Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Anonim
Suka
Favorit
Bagikan
12. Sang Kelelawar

102. EXT. TAMAN KOTA – SIANG

CAST: PLATO, ARUM, 3 BEGAL, IBU PLATO, SATU KELUARGA

Plato dan Arum melangkah di jalan setapak lalu duduk di sebuah bangku panjang taman kota. Cuaca cerah. Di sekitarnya terlihat pepohonan, rumput hijau dan bunga warnai-warni.

Arum tersenyum manis. Plato menatapnya dengan gundah.

PLATO

Kamu baca cerbung Paradigma?

ARUM

 Ya. Kenapa?

Wajah Plato seperti ragu untuk meneruskan obrolan.

PLATO

Gimana kalau selama ini aku sebenarnya bukan orang yang kamu kira?

ARUM

(wajah bingung)

Maksud kamu? Lagi ngomongin apa sih?

Plato memalingkan pandangan.

PLATO

Aku...bukan wartawan, Arum. Aku cuma pengarang cerita untuk koran. Paradigma.

ARUM

(terhenyak)

Hah? Jadi? Kamu Plato?

Plato mengangguk pelan. Wajahnya tertunduk, lalu menerawang ke depan.

PLATO

Seharusnya aku jujur sejak awal, tapi...

ARUM

Tapi apa?

PLATO

Kepalaku terus diteror kenangan buruk.

Arum masih tak mengerti. Ia memandang nanar Plato, menunggu penjelasan lebih lanjut.

PLATO (CONT’D)

(Menghela napas)

Aku sebenernya cari kehidupan baru di kota ini. Menulis cerita. Bekerja apa aja. Semua tulisanku ditolak, sampai suatu hari, cerita itu mampir ke mejanya. Dia sosok ayah buat aku. Cuma Jati yang percaya sama aku. Sebelum Jati meninggal, aku sering diteror surat-surat kaleng dan...hantu masa lalu. Hantu yang harus aku bebaskan dari kepalaku.

Plato memandang Arum.

PLATO (CONT’D)

KELELAWAR atau...KALONG HITAM. Itu rumah keduaku dulu.

Arum tercenung nanar.

MONTAGE:

1. Malam hari, tiga pengendara motor melaju kencang di jalan.

2. Sebuah mobil berisi keluarga: ibu bapak dan kedua anak kecilnya.

3. Sang ibu (hantu wanita berdarah) melongok kedua anaknya yang tidur di jok belakang.

4. Dari kaca spion, si bapak melihat tiga motor terus mengikutinya.

END MONTAGE

PLATO (CONT’D)

(Menahan rasa sesal)

Kami diharuskan “berburu”. Semacam bukti kesetiaan. Malam itu secara acak kami membegal sebuah mobil. Jalanan sepi. Temenku mengeluarkan golok. Tadinya cuma untuk menakut-nakuti. Harus ada yang dibawa. Ibu itu menolak barangnya diambil. Suaminya coba maju. Tapi temenku, entah gimana, sampe memukul gagang golok ke kepala si ibu. Darahnya mengucur. Insiden bodoh. Kami langsung kabur.

MONTAGE – VARIOUS LOCATIONS:

1. Di basekamp, salah seorang begal membuka topeng: Plato yang masih cepak berwarna dengan wajah klimis terlihat ketakutan.

2. Ketiga begal terlihat adu mulut.

3. Plato pergi dari rumah. Sang Ibu melepas anaknya pergi dengan wajah sedih.

4. Plato membaca berita pembegalan oleh dirinya di koran. Korban tewas.

END MONTAGE

PLATO (CONT’D)

Sejak itu kami bertiga gak pernah lagi saling kontak. Aku sembunyi. Semua ini (menunjuk wajah dan dirinya sendiri) palsu. Kamu benar, Arum. Ini semua ilusi. Kecuali cerita itu.

Arum masih tertegun untuk beberapa saat.

ARUM

Damar?

PLATO

Nama kecilku. Entahlah. Pertama liat kamu, aku ngerasa gak bisa lagi selamanya sembunyi.

ARUM

Kamu tetap bohong soal penulis cerita.

PLATO

Orang tua mantan pacarku dulu mencibir remeh profesi ini. Hubungan kami gak berlanjut. Aku gak mau kejadian lagi.

ARUM

Surat-surat kaleng itu?

PLATO

Entah siapa. Pas kita gak jadi nonton kemarin, mereka mengancam Jati. Aku takut kamu berikutnya.

Arum terlihat gelisah.

ARUM

Mereka nuntut apa?

PLATO

Cabut atau ganti cerita aku di Paradigma.

ARUM

Kenapa?

PLATO

Mana kutahu?

Arum terlihat memikirkan sesuatu.

ARUM

Mereka tahu alamat kamu?

PLATO

Mungkin. Aku selalu ngerasa ada yang menguntit.

ARUM

Gimana kalau kamu pindah aja sementara?

PLATO

Kemana?

ARUM

(berpikir sesaat)

Aku punya tempat. Rumah kosong. Punya keluargaku, gak keurus gitulah. Tapi lumayan kok.

Plato berpikir sesaat, lalu mengangguk setuju.

Plato dan Arum beranjak dari bangku, menaiki motor, lalu melesat pergi.

POV PENGUNTIT: Mengamati dari jauh Plato dan Arum yang pergi, lalu menghidupkan motor.

CUT TO:

103. INT. SEBUAH RUANGAN – SIANG

CAST: SOFIA

Ponsel Sofia berbunyi. Mata Sofia tajam memandang layar ponsel. Sofia mengangkat panggilan.

PENELEPON (O.S)

Mereka pergi.

SOFIA

Kamu ikuti terus.

Sofia memutus telepon. Matanya menerawang dingin.

CUT TO:

104. EXT. JALAN RAYA – SIANG

CAST: PLATO, ARUM

Motor yang ditumpangi Plato dan Arum melaju ke pinggiran kota.

CUT TO:

105. EXT. DEPAN RUMAH TUA– SORE

CAST: PLATO, ARUM

Motor berhenti. Plato dan Arum sampai di depan sebuah rumah agak tua dengan rumput halamannya yang panjang-panjang liar.

Plato memandangi rumah itu.

ARUM

Ayo.

Arum melangkah di depan Plato, memasuki beranda rumah. Ia ambil sebuah kunci dari tasnya. Pintu terbuka.

CUT TO:

106. INT. RUMAH TUA – SORE

CAST: PLATO, ARUM

Plato dan Arum memasuki rumah. Lantainya kotor, gorden berdebu. Plafon atap banyak bercak hitam seperti bekas bocor.

Arum membuka kamar mandi. Toiletnya kotor. Plato mengikutinya di belakang.

ARUM

Kayaknya kita harus kerja bakti.

PLATO

(mengangkat alis)

Kamu punya kopi?

MONTAGE:

1. Plato menyapu lantai.

2. Arum membersihkan toilet.

3. Plato melapisi bercak hitam plafon dengan waterproof.

4. Arum mencabuti gorden, lalu mengepel lantai.

5. Plato membuka penutup sofa dan mengatur-atur letaknya.

END MONTAGE

Kelelahan, Plato kemudian duduk di sofa, di ruang tengah. Tak terlalu banyak barang yang terlihat, kecuali 2 meja; besar dan kecil samping sofa, lemari, dan tumpukan barang kecil.

Arum menatap Plato dari belakang, lalu masuk ke kamar mandi.

Plato melihat sebuah novel lama tergeletak di meja kecil samping sofa. Ia mengambil dan membacanya sambil rebahan di sofa. Membalik-balik halaman. Matanya lama-lama mengecil.

FADE OUT:

107. INT. RUANGAN – MALAM

CAST: HANTU WANITA

POV PLATO: Hantu wanita menatapnya (on camera) sambil tersenyum dengan darah menetes dari kepala.

SMASH CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar