Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
71. INT. RUANGAN JATI – SIANG
CAST: PLATO, JATI
Plato duduk menghadap Jati yang sedang mengaduk teh manis di cangkirnya. Wajah Plato menunduk. Gesturnya terlihat gusar.
Jati menyesap teh manis. Diam sesaat, suasana menjadi agak dingin.
Jati berdiri, menerawang ke dekat jendela.
JATI
Kamu pernah lihat surat pembaca? Forum-forum diskusi atau grup sastra?
PLATO
Gak terlalu pak...
Jati menoleh heran, duduk lagi di kursinya.
JATI
Kita dapat perhatian lagi, Plato. Orang-orang mendiskusikan ceritamu, kamu gak tahu?
PLATO
In a good sense?
JATI
Yeah, beberapa kritikan. Lainnya pujian. Dinamika yang wajar. Cuma soal selera.
Plato diam.
JATI (CONT’D)
Saya malah pengen kamu memperpanjang ceritanya.
Plato agak terperanjat.
PLATO
Saya punya banyak cerita lain yang saya kira sebanding pak...
JATI
Misalnya?
PLATO
Cerita tentang lelaki yang punya kemampuan bernyanyi sebagai alegori satire kehidupan seorang buruh yang merangkap aktivis. Akibat aktivismenya itu ia mesti kehilangan istri dan nyawanya sendiri.
JATI
Ada lagi?
PLATO
Ee...Tentang penulis tua yang menjalin hubungan dengan seorang perempuan muda yang mengaguminya. Keduanya punya masa lalu yang suram. Si lelaki tua pernah dipenjara bertahun-tahun atas tuduhan subversif oleh rezim otoriter. Si perempuan pernah jadi korban perkosaan saat peristiwa huru-hara.
JATI
(berpikir sejenak)
Hmm. Tema-tema seperti itu sudah ada tempatnya di kolom cerpen...(jeda). Begini Plato. Media cetak mengalami senjakala, kamu mungkin tahu. Beberapa gulung tikar tergilas zaman. Sisanya mesti memeras otak bagaimana cara supaya bertahan, tak terkecuali koran legendaris ini, Paradigma Post. Setiap divisi dituntut berinovasi. Pos cerpen saya ubah jadi satu kali perbulan asal puisi tetap eksis. Kalau kamu ngeh, kurasi cerpen oleh redaktur sebelumnya sering mendapat kritikan. Ya kualitasnya akhir-akhir ini dibilang tak sebanding dengan honor, ya nama-nama penulisnya yang dianggap itu-itu saja. Penjualan anjlok. Koran jadi makin tipis. Manajemen butuh penyegaran. Saya masuk. Ini yang kita lakukan sekarang. Hasilnya? Oplah minggu naik! Iklan bertambah. Cerpen jadi eksklusif. Penyair baru bermunculan. Dan cerbung...ibarat candu. Banyak yang suka. Peduli setan dengan catatan tengil kritikus. Yang penting dibeli. Sastra koran sedang sekarat, Plato!
PLATO
Entahlah, saya merasa karangan itu terlalu mentah untuk image sastra koran ini.
JATI
Itu masalah psikis setiap pengarang. Pengarang yang baik. Percaya sama saya. Dan yang paling penting, percayalah dengan karyamu sendiri.
Plato memikirkan sesuatu. Menghela napas.
PLATO
Seberapa panjang?
JATI
Tak perlu berjilid-jilid, ini bukan sinetron. Cukup empat sampai delapan seri tambahan. Kamu bisa kembangkan cerita dari sudut pandang tokoh lain. Ceritanya kan tentang tiga tokoh utama yang terpaksa merampok demi menyelamatkan kehidupannya masing-masing. Kamu bisa olah narasi dari sudut pandang pihak korban. Atau dari perspektif anggota keluarga ketiga tokoh utama. Pertebal sisi-sisi humanisnya, romansa, pemikiran-pemikirannya ketimbang peristiwa. Masukkan konteks hari ini. Berikan kontras pada perubahan moral atau apalah, kamu pasti paham.
Plato terdiam lagi.
JATI (CONT’D)
Cara menghormati pencapaian adalah menghargai proses, Plato. Di dalamnya tak selalu sempurna. Jangan bunuh ketidaksempurnaan itu dengan menjadi orang lain.
Plato tercenung dengan perkataan Jati. Mereka tak bicara apa-apa lagi.
CUT TO:
72. INT. KANTOR PARADIGMA POST – SIANG
CAST: SOFIA, PEMIMPIN REDAKSI
SOFIA (P/27 tahun) dengan penampilan semi office, keluar dari ruangan pemimpin redaksi.
Sofia yang memakai sepatu high heels dan tas selempang, berjalan anggun di sepanjang lorong kantor.
CUT TO:
73. INT. KANTOR PARADIGMA POST – SIANG
CAST: SOFIA, PLATO
Sofia (mantan kekasih Plato) dan Plato hampir bertabrakan saat di lobi kantor. Mereka berdua sempat hendak berjalan lagi, ketika baru tiga langkah, Sofia dan Plato berhenti dan melirik satu sama lain. Keduanya saling terperangah.
SOFIA
Damar?!
PLATO
(kaget)
Kamu...? Kok ada di sini?
SOFIA
Aku rekanan Paradigma. Kamu sendiri?
PLATO
(agak gugup)
Aku...ketemu temen. Soal kerjaan.
SOFIA
Kamu jurnalis di sini?
PLATO
Mmm...wartawan lepas gitu lah. Gak punya kantor.
Sofia dan Plato jeda sesaat, saling menatap canggung. Sofia tersenyum. Plato balas senyum.
CUT TO:
74. EXT. TAMAN DI HALAMAN KANTOR PARADIGMA POST – SIANG
CAST: SOFIA, PLATO
Sofia dan Plato duduk di bangku taman yang panjang.
SOFIA
Lama juga ya, enam tahun.
PLATO
Gimana kabar kamu?
SOFIA
Baik. Kamu? Kayaknya ada yang malas cukuran.
PLATO
(tersenyum kecut)
Gak ada yang bawel lagi.
Raut Sofia berubah, seperti merasa bersalah.
PLATO (CONT’D)
Kamu sering ke sini?
SOFIA
Ga terlalu. Biasanya si urusan iklan.
PLATO
Kamu kerja apa?
SOFIA
Property. Bos kamu suka kasih referensi vendor. Ya, kerja sama gitulah.
Plato mengangguk-angguk, Sofia diam sesaat. Plato mengamati jemari Sofia.
PLATO
Udah nikah?
SOFIA
(tertawa kecil)
Straight to the point.
PLATO
Kita bukan remaja lagi.
SOFIA
Aku sudah tunangan.
PLATO
Aku gak liat cincin.
SOFIA
(tergelak)
Nggak persis kayak adegan di film, tapi...kemungkinan pasti ini yang terakhir, Damar.
PLATO
(Menatap Sofia)
Probabilitas itu cuma dua, Sofia.
SOFIA
Oke pakai rumus bersyarat. Kamu sendiri?
PLATO
Apanya?
SOFIA
Udah punya anak berapa?
PLATO
(tertawa)
Jauh...Masih betah begini. Menikah belum prioritas.
SOFIA
Betah atau pura-pura betah?
Plato menatap Sofia.
PLATO
Seenggaknya aku membuat keputusanku sendiri.
Sofia terdiam beberapa saat.
SOFIA
(Menunduk, lalu menatap Plato)
Maaf ya.
PLATO
Nggak perlu...Itu udah lama lewat.
SOFIA
(menerawang)
Kamu gak tahu gimana kondisi aku pas kita putus.
PLATO
Hey, sudahlah. Kita nggak bisa melawan sesuatu yang kita nggak kuasa mengubahnya, kan.
PLATO (CONT’D)
(bercanda)
Daripada kamu dikutuk jadi batu.
Sofia tersenyum kecut.
SOFIA
Tapi sekarang, kamu dekat dengan seseorang?
PLATO
(berlagak mikir)
Hmm...
SOFIA
Rumit ya? Pacaran sama kamu emang rumit.
Plato tertawa. Mereka berdua terdiam lagi.
PLATO
Selamat ya. Aku doain kamu bahagia.
SOFIA
(senyum)
Kamu sukses ya Plato...Aku pengen kamu juga bahagia dengan apa yang kamu jalani sekarang.
Sofia memasang tali tasnya. Gesturnya seperti ragu untuk beranjak.
SOFIA (CONT'D)
Aku harus pergi...
Sofia melangkah pergi dengan raut tegar.
Plato memandangi Sofia dengan tatapan nanar.
FADE OUT: