Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
68. INT. KAFE – MALAM
CAST: PLATO, ARUM
Plato dan Arum duduk berhadapan di sebuah meja. Sayup-sayup suara saksofon bernuansa jazz mengalun lembut. Tak banyak meja yang terisi. Plato dan Arum terlihat asyik bercakap hingga larut dalam suasana. Tawa keduanya sesekali pecah.
PLATO
Aku kira kamu vegetarian.
ARUM
Kenapa ngira aku vegetarian?
PLATO
Well, meat. Kerusakan ozon. Spiritual things. Timbangan...
ARUM
(tertawa)
Aku bukan tipe kayak gitu.
PLATO
(menatap dalam mata Arum)
Jadi, kamu tipe kayak apa?
ARUM
Yang pasti bukan sanguinis.
PLATO
Ternyata bukan cuma anak kedokteran yang baca Hipokrates.
ARUM
Dan kalau boleh nebak, kamu tipe plegmatis. Cowok anarko yang lebih percaya musik daripada politik.
PLATO
Itu judging alih-alih nebak. Anarko mana yang gak sewot karyanya diplagiat? Biarkan Hipokrates hidup tenang sebelum Masehi. Kalau dia sekarang bangkit dan ngeliat generasi milenial asyik joget-joget sendiri di depan layar atau rimbunan alter ego di medsos, dia mungkin bakal geli sama teorinya sendiri...(jeda). Evolusi isi kepala. Di dalam sini itu (menunjuk kepala) rumit.
ARUM
Ternyata koleris. Kamu yang duluan judging aku vegetarian.
PLATO
(tertawa)
Silakan teliti aku.
ARUM
Oke. Akun medsosmu, ada berapa?
PLATO
Aku gak punya medsos.
ARUM
Bohong. Jaman sekarang?
PLATO
Aku cukup beruntung bisa cuap-cuap lewat tulisan dan dibayar.
ARUM
Dari dulu aku punya mimpi jadi penulis. Kayaknya menyenangkan.
PLATO
Lumayan, sampai tulisan kamu dicuri orang tanpa izin.
PLATO (CONT’D)
(teringat sesuatu)
Sampai kamu sadar banyak mimpi terlalu busuk untuk jadi kenyataan.
Jeda sesaat.
Arum meminum segelas air.
ARUM
By the way, kamu percaya gak kalau tiap mimpi itu ada artinya?
PLATO
(mengangkat bahu)
Mitos gak butuh pembuktian, kan.
ARUM
Sebelum diterima kerja, aku bermimpi hamil. Itu bermakna permulaan dari sesuatu.
PLATO
(tergelak)
Siapa pelakunya?
ARUM
Ini bukan novel. Gak butuh tokoh lain, prolog atau epilog. Tiba-tiba...
PLATO
Kamu bisa menafsir mimpi?
ARUM
Baca-baca. Dari rubrik di internet.
PLATO
(tertawa)
Kamu tahu gak penulis konten punya target menulis 500 sampai 1000 kata per artikel, dan dia harus menulis 10 artikel setiap harinya!
ARUM
Ayolah. Seru-seruan aja. Mimpi apa yang paling kamu inget dan terus ganggu sampai sekarang?
Wajah Plato berubah dingin. Teringat mimpi buruknya.
PLATO
Mimpi ngelihat diriku sendiri.
ARUM
(Menatap Plato dengan mendekatkan wajah)
Hmm...Ada sesuatu yang tertunda di kehidupan nyata. Sesuatu yang membuatmu gak puas atau nyaman dengan diri sendiri. Kadang berupa cerminan, kadang pengingat...
Plato termenung mendengar penjelasan Arum.
ARUM (CONT’D)
Kamu merasa kurang terhubung dengan dirimu sendiri. Terlalu sibuk dengan sesuatu, hingga menyisihkan kebahagiaan pribadi. Atau justru karena itu, kamu membuat pagar dengan orang lain. Supaya tak ada yang merasa tersakiti. Menampik tuntutan sosial. Dalam taraf paling ekstrem, ini semacam ilusi. Hari-harimu absurd. Kamu merindukan dirimu sendiri. Yang murni.
PLATO
(tertegun, mencoba melucu tapi garing)
Dan konsekuen.
Arum memiringkan kepala. Plato sesaat terdiam.
PLATO (CONT’D)
Tafsir mimpi-mimpi lainnya pasti sama.
Arum tergelak. Plato menyesap minuman.
PLATO (CONT’D)
Aku permisi dulu ke belakang.
ARUM
Hey, malam ini aku ditraktir, kan?
PLATO
(tersenyum)
Tenang. Selama ini aku gak pernah ninggalin perempuan cantik. Mereka yang kabur duluan.
Plato berjalan ke toilet. Arum merasa tersipu, menyapu secuil rambut yang menutupi telinga.
Di toilet tak ada siapa-siapa kecuali Plato yang sendirian buang air kecil.
Ponselnya berbunyi. Panggilan dari nomor tak dikenal. Agak ragu, Plato mengangkat telepon tanpa bicara. Rautnya tegang.
PENELEPON (O.S)
Ganti cerita atau celaka. Sia-sia lu sembunyi.
PLATO
Siapa ini?! Memang kenapa cerita itu?
PENELEPON (O.S)
Ini perintah. Bukan diskusi. Sayang kalau kekasihmu harus jadi tumbal.
Telepon mati. Wajah Plato terlihat kalut di cermin. Plato langsung beranjak lari keluar. Napasnya tersengal.
Di dalam, Plato mengamati satu-satu pengunjung. Ia berjalan sambil mencoba kelihatan tenang. Matanya berhenti pada topi salah satu pengunjung yang mirip sekali dengan topi sosok yang selama ini menguntitnya.
Plato mendekatinya dari arah belakang. Ketika cukup dekat, pemilik topi itu nyatanya seorang lelaki sepuh. Lelaki tua itu memandang aneh dirinya. Plato berpaling.
Plato pikir mustahil lelaki itu yang menelepon. Ia kembali ke mejanya bersama Arum.
ARUM
Kenapa?
PLATO
Ga ada apa-apa. Kita pulang?
Arum mengangguk.
CUT TO:
69. INT./EXT. DEPAN KAFE – MALAM
CAST: PLATO, ARUM
Plato dan Arum berdiri di depan teras kafe. Cuaca sedikit gerimis. Arum memesan taksi dari ponselnya secara online. Plato celingak celinguk gelisah.
PLATO
Aku ikut antar kamu ya?
ARUM
(menatap Plato)
Kamu yakin? Aku gak apa-apa kok.
PLATO
Kemaleman. Biar aku gak kepikiran. Itu juga kalau kamu gak keberatan.
ARUM
(senyum)
Oke.
Tak berapa lama, taksi datang. Mereka naik. Mobil pergi.
CUT TO:
70. INT./EXT. DALAM TAKSI – MALAM
CAST: PLATO, ARUM, SOPIR TAKSI
Mobil melaju di tengah gerimis dan jalanan lengang. Lampu-lampu kota berpijaran. Plato dan Arum terdiam canggung. Sesekali saling melirik satu sama lain. Pelan-pelan, tangan mereka saling mendekat, dan mendekat. Ketika akhirnya bersentuhan, wajah Arum terlihat malu. Plato menggenggam tangan Arum dengan lembut.
Tak berapa lama, mobil berhenti. Mereka berdua kaget. Gerimis selesai. Sudah sampai tujuan, di depan rumah Arum.
Arum menyerahkan ongkos taksi ke pak sopir.
ARUM
(gugup)
Kamu mau mampir?
PLATO
Heh?
ARUM
Barangkali mau minum kopi atau...
Plato kesulitan menjawab. Suasana menjadi canggung.
ARUM (CONT’D)
(salah tingkah)
Oke forget it. Cuma basa-basi sopan kok. Makasih ya..
PLATO
Bye.
Taksi kembali melaju. Sopir taksi melirik Plato dari kaca spion.
SOPIR
Pacarnya mas?
Plato hanya senyum.
SOPIR
Wah kalau saya jadi mas, gak bakal nolak mas.
PLATO
Bapak ada-ada aja. Kita ke selatan pak.
SOPIR
Siap.
CUT TO: