Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
48. INT. TOKO BUKU – SIANG
CAST: PLATO, ARUM
Suasana toko buku cukup sepi.
Plato dan ARUM (25 tahun) menggeser langkah pelan, berhadapan dengan rak novel, fokus melihat-lihat judul buku.
Tangan mereka lantas tak sengaja ingin mengambil buku yang sama. Keduanya kaget. Arum melepas earphone yang menempel di telinga.
PLATO
(senyum)
Silakan, mbak dulu.
Arum senyum rikuh mengambil buku, diikuti Plato kemudian. Keduanya terlihat canggung, membuat sedikit jarak.
Plato menatap Arum, kagum dengan parasnya. Arum terlihat malu. Saat Arum balik menatap, Plato berlagak melihat cover buku dan membolak-balikkannya dengan gelagat seperti kepergok. Arum mengibaskan rambut. Diam-diam Plato menatap Arum lagi. Arum menahan senyum. Ia menatap Plato dan buku yang sedang dipegangnya.
ARUM
Mas...bisa baca kebalik ya.
Plato sekejap tersadar jika bukunya terbalik. Arum menahan geli. Plato salah tingkah.
PLATO
Dulu pernah punya. Belum tamat baca, hilang. Jadi, ya...udah sedikit tahu isinya.
Arum mengangguk pelan, masih menahan senyum sambil agak menggigit bibir.
Setelah jeda sesaat, Arum mengembalikan buku ke tempatnya, hendak pergi.
PLATO
Gak jadi ambil, mbak?
Arum menoleh.
ARUM
Saya gak lagi terburu-buru.
PLATO
Nggak suka genrenya, atau penulisnya?
Arum kebingungan menjawab. Ia tak jadi beranjak.
PLATO (CONT’D)
Biasanya orang mutusin baca buku karena faktor penulis ketimbang penasaran isinya.
ARUM
Hmmm tergantung...kasuistik sih.
ARUM (CONT’D)
Kalau satu buku dikarang oleh penulis terkenal yang pakai nama samaran, kira-kira bakal laku gak?
PLATO
Buku laku kan nggak harus bagus.
Arum tertawa. Plato dan Arum berdiri dengan posisi berhadapan seolah akan berdiskusi.
ARUM
Oke...mas sendiri bakal baca? Bagus gaknya buku apa bisa dilihat dari blurb, atau testimoni?
PLATO
(nada pelan)
Ya, harus dibaca sampai selesai.
ARUM
Persis. Semua kajian, kesan, konklusinya ada di akhir. Itu pun mustahil untuk semua seragam. Ibarat twist ending yang bisa membuat takjub atau justru menyebalkan buat orang lain. Tiap pembaca punya tafsir sendiri.
Plato terlihat makin tertarik.
ARUM (CONT’D)
(mengacungkan telunjuk dan jari tengah sebagai perumpamaan)
“Pengarang mati ketika teks lahir”. Pertanyaannya, dia dibunuh, kena serangan jantung, atau mati bunuh diri?
Sekarang Plato yang ganti kebingungan.
PLATO
Mesti dicari surat wasiatnya.
Arum menahan tawa. Ia kemudian melangkah pelan, sambil melihat-lihat buku lain, ia bicara lagi. Di samping belakangnya, Plato mengikuti.
ARUM
Kritikus sering mencurigai misi dari pesan terselubung karya lewat pembacaan teks. Biasanya karena latar belakang si pengarang. Semacam obsesi. Buat saya, karangan itu dialogis. Mungkin aja, pesan A direpresentasikan oleh tokoh A. Tapi kan ada sekian tokoh lain yang punya perspektif berbeda. Antitesisnya. Itu yang membuat cerita jadi hidup. Dramatis. Dan kita nikmati. Kedengaran ironi sih. Jadi gimana ceritanya satu unsur bisa dianggap juru bicara bagi sekian unsur lainnya, bahkan juru bicara resmi bagi si pengarang?
PLATO
Jadi mbak lebih setuju totalitas unsur dalam sebuah karya, begitu?
ARUM
Kalau mas naksir seseorang hanya karena tergila-gila pada matanya yang bulat jernih bagai telaga perawan atau hidungnya yang bangir, saya bilang itu fetish.
Plato tergelak. Keduanya berpandang-pandangan, lalu saling melengos.
PLATO
Tapi bukannya penilaian objektif diperlukan juga buat, katakanlah, pertanggungjawaban yang sifatnya ilmiah?
ARUM
Saya sebenarnya gak menggemari dikotomi dan perdebatannya. Ilmiah gak ilmiah. Pop atau sastra serius. layaknya musik, film, bahkan politik, sastra itu selera. Perjumpaan dengan sebuah buku itu jodoh. Kecewa setelah membaca, itu nasib.
Keduanya diam sesaat, seolah saling menunggu kalimat satu sama lain.
PLATO
Mmm mbak sering datang ke sini?
ARUM
Lumayan. Di sini suasananya enak sih. Tenang.
PLATO
Suka baca buku apa aja?
ARUM
Hmm apa ya...banyak. Termasuk yang mas lagi pegang.
PLATO
Kanya Ramla?
ARUM
Saya punya buku-bukunya yang lain.
PLATO
Wah. Saya tahunya cuma ini. Buat pancingan nulis sebenarnya.
ARUM
Lho mas pengarang?
PLATO
(agak gugup, teringat sesuatu)
Oh nggak. Saya wartawan.
ARUM
Pantas.
PLATO
Maksudnya?
ARUM
Dari tadi saya kayak diinterview.
PLATO
(tertawa)
Maaf kalau ngrasa begitu. Ga bermaksud.
ARUM
“Buku laku nggak harus bagus”. Pancingan yang jitu.
PLATO
(masih tertawa)
Kamu terlalu menganalisa.
Arum dan Plato terdiam canggung.
PLATO (CONT’D)
Tapi itu blunder.
ARUM
Gak juga..itu pembahasan yang klasik sih. Paradoks idealisme realisme. Selalu menggugah, kan.
PLATO
Omong-omong, pernah baca sastra koran?
ARUM
(sambil tertawa)
Makhluk apalagi itu? becanda. Ya, sesekali.
PLATO
(bernada penasaran)
Koran apa?
ARUM
(seperti memikirkan sesuatu)
Beberapa. Mas wartawan mana?
PLATO
(bernada ragu)
JELAJAH.
PLATO (CONT’D)
Kalau kamu, kerja di mana?
ARUM
Aku desain grafis.
PLATO
Keren.
ARUM
Yah, gak sia-sia sejak kecil ngegambar gunung matahari.
Plato tergelak. Keduanya kembali saling bertatapan sesaat, sebelum melengos dan saling diam.
Arum melirik jam tangan.
PLATO
Mmm saya, boleh hubungin kamu?
ARUM
(berpikir sesaat)
Yaaa, boleh. Kamu...bukan sejenis psikopat, kan?
Plato terkekeh.
PLATO
Karena tato?
ARUM
(Menggeleng, melihat jari dan leher Plato)
Psikopat biasanya rapi dan wangi.
Plato berlagak mencium ketiak. Arum merasa geli, geleng-geleng kepala.
Arum membuka ponsel, memperlihatkan nomornya. Plato mencatat di secarik notes kecil. Arum agak keheranan.
PLATO
Nama kamu...
ARUM
Arum.
PLATO
(berpikir sesaat)
Arum...aku DAMAR.
Arum dan Plato bersalaman.
ARUM
Jangan panggil aku mbak lagi ya.
Keduanya saling melempar senyum.
ARUM (CONT’D)
Aku, kayaknya mesti duluan DAMAR.
Plato melambaikan tangan. Arum pergi.
Plato menatapnya dengan segenap rasa hingga sosok Arum hilang dari pandangan.
CUT TO:
49. EXT. JALANAN – SIANG
CAST: PLATO
Plato berjalan keluar dari toko buku.
POV PENGUNTIT: mengamati Plato dari kejauhan.
Plato merasa ada yang mengikutinya sepanjang jalan. Ia menoleh ke belakang. Tak ada siapa-siapa.
CUT TO:
50. EXT./INT. METROMINI – SIANG
CAST: PLATO
Plato naik metromini, duduk agak di bagian depan. Ia membuka bungkusan buku yang baru dibeli. Tersenyum singkat, lalu membacanya.
POV PENGUNTIT: mengamati Plato dari bangku belakang.
CUT TO: