Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
24. INT. KONTRAKAN – PAGI
CAST: PLATO
Telepon genggam (model lama) berbunyi dari nomor tak dikenal. Terbangun kaget dari tidur, Plato mengangkat telepon.
PLATO
Halo?
PENELEPON (O.S)
Selamat pagi, kami dari PARADIGMA POST. Dengan bapak Plato?
PLATO
Saya sendiri.
PENELEPON (O.S)
Baik, tulisan bapak sudah kami terima dan kurasi. Maaf, domisili bapak apakah di dalam kota?
PLATO
(raut agak bingung)
Ee..betul dalam kota.
PENELEPON (O.S)
Jadi, kemungkinan besar, bapak terpilih sebagai pemenang sayembara cerita bersambung. Bapak dipersilakan ke kantor kami untuk wawancara final dengan redaktur sastra. Hari ini, atau besok.
PLATO
(kegirangan tapi ditahan)
Ini serius? Makasih mbak.
PENELEPON (O.S)
Nanti ketemu dengan pak Jati Pamungkas ya. Mohon dibawa kartu identitasnya.
PLATO
Baik, baik. Siap.
PENELEPON (O.S)
Terima kasih, selamat pagi.
PLATO
Terima kasih.
Wajah Plato berubah sumringah. Ia lompat dan teriak kegirangan.
CUT TO:
25. INT. KANTOR “PARADIGMA POST” - SIANG
CAST: PLATO, JATI PAMUNGKAS, RECEPTIONIST
Suasana kantor cukup sibuk. Beberapa karyawan mondar-mandir. Plato menghampiri meja receptionist.
RECEPTIONIST
(sambil senyum)
Bisa dibantu?
PLATO
Kemarin saya dihubungi, sebagai pemenang sayembara. Cerbung.
RECEPTIONIST
(melihat catatan, agak ragu)
Bapak Plato?
Plato menganggukkan kepala.
RECEPTIONIST
Mari, saya antar.
Sambil berjalan, Plato mengamati suasana sekitar.
Tiba di depan ruangan bertuliskan papan nama “JATI. P/SASTRA” di pintu yang terbuka, receptionist mengetuk, lalu mempersilakan masuk.
JATI
(sambil membaca berkas milik Plato)
Silakan duduk.
Plato dengan agak canggung, duduk menghadap JATI (L/57 Tahun). Jati menggumam, menurunkan kacamatanya sedikit, menatap Plato dari atas sampai bawah sosok Plato yang apa adanya, memakai kemeja, tapi tetap terlihat kusam.
JATI
Plato, nama asli?
PLATO
Betul, pak.
JATI
Sebenarnya tak terlalu penting. Apalah arti sebuah nama, ya kan? Apalagi di dunia kepenulisan, kamu menciptakan namamu sendiri. Yang penting nomor rekening sesuai.
Plato tersenyum tipis.
JATI (CONT’D)
Anda pernah kuliah teknik? atau farmasi?
PLATO
(terlihat bingung)
Saya...tidak kuliah. Lulus SMU langsung bekerja.
JATI
Kerja apa?
PLATO
(agak gugup)
Apa aja yang menghasilkan pak.
JATI
Tak penting juga. Siapa pun berhak untuk menulis. Saya cuma penasaran, di era sekarang, masih ada orang yang repot pakai mesin tik (menunjuk berkas amplop cokelat) untuk menulis karangan.
PLATO
Warisan kakek saya. Tak ada yang mau menampungnya di keluarga, jadi...saya manfaatkan.
JATI
Kalau yang nerima redaktur lain, langsung masuk keranjang sampah.
Plato diam tak menjawab.
JATI (CONT’D)
Sudah berapa karya yang Anda ketik dari mesin tua itu?
PLATO
Cukup banyak pak.
JATI
Cukup banyak untuk pernah terbit di mana saja?
PLATO
(agak menunduk)
Satu kali, di koran lokal tak berhonor.
JATI
Buku? Antologi bersama?
PLATO
(pelan)
Belum pernah.
JATI
Hmm. Keberuntungan pemula. Saya sebetulnya cukup terkesan dengan tulisan Anda. Apa ini karya asli, atau saduran? Apa Anda sudah membuat kerangka cerita yang utuh untuk edisi panjang?
PLATO
Ini satu-satunya cerita yang belum pernah saya kirim ke media mana pun. Tulisan asli saya sendiri. Memang bukan untuk format cerita pendek. Mungkin sepanjang novela atau novel. Masih saya tulis, tapi sudah terbayang endingnya akan seperti apa. Sudah ada kerangkanya.
JATI
(berdiri dari kursi, mendekat ke jendela)
Membaca karya Anda, saya merasakan kejutan-kejutan di setiap kelokan alur. Penokohan detail. Latar dinamis. Ada kesegaran dan sensibilitas sosial, bahkan politik, yang bisa digali lebih dalam lagi. Tidak hitam putih perspektif. Humornya subtil. Dan yang penting, mampu memancing rasa penasaran dari setiap misteri yang dibangun secara naratif. Saya memang mencari genre seperti ini. Bukan roman bergaya sastrawi yang genit tesaurus mencolok mata. Cerbung akan lebih pendek dari cerpen. Setiap edisinya saya ingin ada kejutan. Bikin pembaca ketagihan.
PLATO
Saya akan usahakan pak.
JATI
(tersenyum kecil sambil menerawang)
Saya jadi ingat zaman dulu. Ketak-ketik berisik semalaman. Pakai mesin tik. Itu masa-masa pas novel stensilan jaya. Orang sastra pada sewot.
Plato ikut senyum, tanpa berkata-kata.
JATI (CONT’D)
Jangan salah. Stensilan macam itu imajinatif. Mampu menguak selera yang tertutupi gincu moralitas. Tapi tulisanmu tak cukup nekat ke sana. Aman. Ada pertanyaan?
PLATO
Untuk cerbung ini, apakah bakal terbit setiap pekan?
JATI
Tayang setiap Minggu. Dimulai lusa. Percobaan pertama bagi pemenang adalah 6 bulan. Jika berkembang, kontrak berlanjut. Honor langsung cair maksimal dua hari setelah tayang. Sekali tayang, 1 juta.
Plato mengangguk-angguk, terlihat antusias.
JATI (CONT’D)
Saya juga mantan penulis koran, jadi, ngertilah...
JATI (CONT’D)
Terakhir. Untuk apa, atau kenapa Anda menulis?
Plato berpikir sejenak, teringat sesuatu.
MONTAGE:
1. Terlintas wajah dirinya sendiri yang klimis mendongkan pistol.
2. Sekelebat bayangan zombi dirinya yang menyeringai.
END MONTAGE
PLATO
Mungkin kedengaran klise. Saya...menulis untuk melepas kegilaan di kepala. Setiap orang butuh melampiaskan sesuatu kan pak?
JATI
(menatap dalam Plato)
Yah. Terlalu banyak orang sinting di luar sana yang kehilangan hobi...(jeda). Selamat datang di PARADIGMA POST.
PLATO
(tersenyum senang)
Terima kasih banyak pak. Berarti sekali buat saya (menyalami Jati).
Jati dan Plato berdiri, lalu berjalan hendak keluar ruangan.
JATI
Saya istirahat dulu. O ya, honormu dipotong GOCAP ya.
Plato menaikkan alis.
JATI (CONT’D)
(berjalan duluan tinggalkan Plato)
Buat jasa tukang ngetik.
Plato tertawa kecil.
CUT TO:
26. INT. LORONG KANTOR “PARADIGMA POST” – SIANG
CAST: PLATO
Plato berjalan semangat di lorong kantor dengan wajah gembira yang tertahan.
CUT TO:
27. EXT. DEPAN WARUNG NASI – SIANG
CAST: PLATO
Plato berjalan di depan warung nasi, lalu berhenti. Agak berpikir sesaat, kemudian masuk.
CUT TO:
28. INT. WARUNG NASI – SIANG
CAST: PLATO, PEMILIK WARUNG
Plato berdiri di depan jajaran menu lauk. Ia memilih banyak menu, seperti ayam, telur, sayur, perkedel, dan lain-lain hingga piringnya penuh.
PEMILIK WARUNG
Abis gajian ya?
PLATO
(sumringah)
Lumayan, pak.
Plato kemudian duduk, makan dengan lahapnya.
CUT TO:
29. INT. GEDUNG PERCETAKAN “PARADIGMA POST” – MALAM
CAST: BEBERAPA PEGAWAI PRODUKSI
Koran “Paradigma Post” edisi Minggu dicetak. Cerita “SEPENGGAL JEJAK GULITA” dimuat.
Seorang pegawai sempat membaca isinya dengan raut penuh konsentrasi.
CUT TO:
30. EXT. KIOS AGEN – PAGI
CAST: BEBERAPA PEGAWAI AGEN
Pegawai agen menerima tumpukan koran baru “Paradigma Post” Minggu dari pusat.
CUT TO:
31. EXT. SEBUAH RUMAH – PAGI
CAST: LOPER KORAN
Seorang loper koran sambil bersepeda, melempar koran ke beranda sebuah rumah pelanggan. Koran “Paradigma Post”.
CUT TO: