Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Anonim
Suka
Favorit
Bagikan
3. Retrospeksi

24.   INT. KONTRAKAN – PAGI

CAST: PLATO

Telepon genggam (model lama) berbunyi dari nomor tak dikenal. Terbangun kaget dari tidur, Plato mengangkat telepon.

PLATO

Halo?

PENELEPON (O.S)

Selamat pagi, kami dari PARADIGMA POST. Dengan bapak Plato?

PLATO

Saya sendiri.

PENELEPON (O.S)

Baik, tulisan bapak sudah kami terima dan kurasi. Maaf, domisili bapak apakah di dalam kota?

PLATO

(raut agak bingung)

Ee..betul dalam kota.

PENELEPON (O.S)

Jadi, kemungkinan besar, bapak terpilih sebagai pemenang sayembara cerita bersambung. Bapak dipersilakan ke kantor kami untuk wawancara final dengan redaktur sastra. Hari ini, atau besok.

PLATO

(kegirangan tapi ditahan)

Ini serius? Makasih mbak.

PENELEPON (O.S)

Nanti ketemu dengan pak Jati Pamungkas ya. Mohon dibawa kartu identitasnya.

PLATO

Baik, baik. Siap.

PENELEPON (O.S)

Terima kasih, selamat pagi.

PLATO

Terima kasih.

Wajah Plato berubah sumringah. Ia lompat dan teriak kegirangan.

CUT TO:

25.   INT. KANTOR “PARADIGMA POST” - SIANG

CAST: PLATO, JATI PAMUNGKAS, RECEPTIONIST

Suasana kantor cukup sibuk. Beberapa karyawan mondar-mandir. Plato menghampiri meja receptionist.

RECEPTIONIST

(sambil senyum)

Bisa dibantu?

PLATO

Kemarin saya dihubungi, sebagai pemenang sayembara. Cerbung.

RECEPTIONIST

(melihat catatan, agak ragu)

Bapak Plato?

Plato menganggukkan kepala.

RECEPTIONIST

Mari, saya antar.

Sambil berjalan, Plato mengamati suasana sekitar.

Tiba di depan ruangan bertuliskan papan nama “JATI. P/SASTRA” di pintu yang terbuka, receptionist mengetuk, lalu mempersilakan masuk.

JATI

(sambil membaca berkas milik Plato)

Silakan duduk.

Plato dengan agak canggung, duduk menghadap JATI (L/57 Tahun). Jati menggumam, menurunkan kacamatanya sedikit, menatap Plato dari atas sampai bawah sosok Plato yang apa adanya, memakai kemeja, tapi tetap terlihat kusam.

JATI

Plato, nama asli?

PLATO

Betul, pak.

JATI

Sebenarnya tak terlalu penting. Apalah arti sebuah nama, ya kan? Apalagi di dunia kepenulisan, kamu menciptakan namamu sendiri. Yang penting nomor rekening sesuai.

Plato tersenyum tipis.

JATI (CONT’D)

Anda pernah kuliah teknik? atau farmasi?

PLATO

(terlihat bingung)

Saya...tidak kuliah. Lulus SMU langsung bekerja.

 JATI

Kerja apa?

PLATO

(agak gugup)

Apa aja yang menghasilkan pak.

JATI

Tak penting juga. Siapa pun berhak untuk menulis. Saya cuma penasaran, di era sekarang, masih ada orang yang repot pakai mesin tik (menunjuk berkas amplop cokelat) untuk menulis karangan.

PLATO

Warisan kakek saya. Tak ada yang mau menampungnya di keluarga, jadi...saya manfaatkan.

JATI

Kalau yang nerima redaktur lain, langsung masuk keranjang sampah.

Plato diam tak menjawab.

JATI (CONT’D)

Sudah berapa karya yang Anda ketik dari mesin tua itu?

PLATO

Cukup banyak pak.

JATI

Cukup banyak untuk pernah terbit di mana saja?

PLATO

(agak menunduk)

Satu kali, di koran lokal tak berhonor.

JATI

Buku? Antologi bersama?

PLATO

(pelan)

Belum pernah.

JATI

Hmm. Keberuntungan pemula. Saya sebetulnya cukup terkesan dengan tulisan Anda. Apa ini karya asli, atau saduran? Apa Anda sudah membuat kerangka cerita yang utuh untuk edisi panjang?

PLATO

Ini satu-satunya cerita yang belum pernah saya kirim ke media mana pun. Tulisan asli saya sendiri. Memang bukan untuk format cerita pendek. Mungkin sepanjang novela atau novel. Masih saya tulis, tapi sudah terbayang endingnya akan seperti apa. Sudah ada kerangkanya.

JATI

(berdiri dari kursi, mendekat ke jendela)

Membaca karya Anda, saya merasakan kejutan-kejutan di setiap kelokan alur. Penokohan detail. Latar dinamis. Ada kesegaran dan sensibilitas sosial, bahkan politik, yang bisa digali lebih dalam lagi. Tidak hitam putih perspektif. Humornya subtil. Dan yang penting, mampu memancing rasa penasaran dari setiap misteri yang dibangun secara naratif. Saya memang mencari genre seperti ini. Bukan roman bergaya sastrawi yang genit tesaurus mencolok mata. Cerbung akan lebih pendek dari cerpen. Setiap edisinya saya ingin ada kejutan. Bikin pembaca ketagihan.

PLATO

Saya akan usahakan pak.

JATI

(tersenyum kecil sambil menerawang)

Saya jadi ingat zaman dulu. Ketak-ketik berisik semalaman. Pakai mesin tik. Itu masa-masa pas novel stensilan jaya. Orang sastra pada sewot.

Plato ikut senyum, tanpa berkata-kata.

JATI (CONT’D)

Jangan salah. Stensilan macam itu imajinatif. Mampu menguak selera yang tertutupi gincu moralitas. Tapi tulisanmu tak cukup nekat ke sana. Aman. Ada pertanyaan?

PLATO

Untuk cerbung ini, apakah bakal terbit setiap pekan?

JATI

Tayang setiap Minggu. Dimulai lusa. Percobaan pertama bagi pemenang adalah 6 bulan. Jika berkembang, kontrak berlanjut. Honor langsung cair maksimal dua hari setelah tayang. Sekali tayang, 1 juta.

Plato mengangguk-angguk, terlihat antusias.

JATI (CONT’D)

Saya juga mantan penulis koran, jadi, ngertilah...

JATI (CONT’D)

Terakhir. Untuk apa, atau kenapa Anda menulis?

Plato berpikir sejenak, teringat sesuatu.

MONTAGE:

1. Terlintas wajah dirinya sendiri yang klimis mendongkan pistol.

2. Sekelebat bayangan zombi dirinya yang menyeringai.

END MONTAGE

PLATO

Mungkin kedengaran klise. Saya...menulis untuk melepas kegilaan di kepala. Setiap orang butuh melampiaskan sesuatu kan pak?

JATI

(menatap dalam Plato)

Yah. Terlalu banyak orang sinting di luar sana yang kehilangan hobi...(jeda). Selamat datang di PARADIGMA POST.

PLATO

(tersenyum senang)

Terima kasih banyak pak. Berarti sekali buat saya (menyalami Jati).

Jati dan Plato berdiri, lalu berjalan hendak keluar ruangan.

JATI

Saya istirahat dulu. O ya, honormu dipotong GOCAP ya.

Plato menaikkan alis.

JATI (CONT’D)

(berjalan duluan tinggalkan Plato)

Buat jasa tukang ngetik.

Plato tertawa kecil.

CUT TO:

26.   INT. LORONG KANTOR “PARADIGMA POST” – SIANG

CAST: PLATO

Plato berjalan semangat di lorong kantor dengan wajah gembira yang tertahan.

CUT TO:

27.   EXT. DEPAN WARUNG NASI – SIANG

CAST: PLATO

Plato berjalan di depan warung nasi, lalu berhenti. Agak berpikir sesaat, kemudian masuk.

CUT TO:

28.   INT. WARUNG NASI – SIANG

CAST: PLATO, PEMILIK WARUNG

Plato berdiri di depan jajaran menu lauk. Ia memilih banyak menu, seperti ayam, telur, sayur, perkedel, dan lain-lain hingga piringnya penuh.

PEMILIK WARUNG

Abis gajian ya?

PLATO

(sumringah)

Lumayan, pak.

Plato kemudian duduk, makan dengan lahapnya.

CUT TO:

29.   INT. GEDUNG PERCETAKAN “PARADIGMA POST” – MALAM

CAST: BEBERAPA PEGAWAI PRODUKSI

Koran “Paradigma Post” edisi Minggu dicetak. Cerita “SEPENGGAL JEJAK GULITA” dimuat.

Seorang pegawai sempat membaca isinya dengan raut penuh konsentrasi.

CUT TO:

30.   EXT. KIOS AGEN – PAGI

CAST: BEBERAPA PEGAWAI AGEN

Pegawai agen menerima tumpukan koran baru “Paradigma Post” Minggu dari pusat.

CUT TO:

31.   EXT. SEBUAH RUMAH – PAGI

CAST: LOPER KORAN

Seorang loper koran sambil bersepeda, melempar koran ke beranda sebuah rumah pelanggan. Koran “Paradigma Post”.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar