Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Anonim
Suka
Favorit
Bagikan
7. Pesan Kematian

58. INT. BIOSKOP – MALAM

CAST: PLATO, HANTU WANITA

Plato berada di bioskop lawas. Suasana cukup sepi. Musik berirama lawas mengalun. Masuk studio, ia hanya melihat tiga penonton yang duduk berjauhan. Film dimulai. Plato melihat kanan kiri. Kosong.

Tak berapa lama film diputar, ia mendengar suara dari arah sebelah kiri. Di kursi yang cukup jauh, ia melihat sosok wanita sedang menonton.

Plato agak heran, tadi tak ada siapa-siapa di sepanjang barisan kursinya. Plato kembali menonton adegan di film. Ketika ia menengok lagi ke kiri, wanita itu menatapnya dengan tajam. Matanya melotot. Dari kepalanya darah mengalir hingga dahi dan terus menetes.

Plato tersentak, dan langsung beranjak keluar.

CUT TO:

59. EXT. JALANAN – MALAM

CAST: PLATO

Plato berjalan dengan tergesa-gesa, sesekali menengok ke belakang. Napasnya tersengal-sengal. Dari arah berlawanan, sebuah mobil melaju, hampir menabraknya.

CUT TO:

60. INT./EXT. METROMINI – MALAM

CAST: PLATO, SOPIR METROMINI

Plato duduk di berisan tengah. Ia melirik kanan kiri. Di belakang kursi penumpang kosong. Gelap. Sopir menatapnya dingin dari kaca spion dalam. Gestur Plato terlihat ketakutan.

CUT TO:

61. INT. KAMAR – MALAM

CAST: PLATO, SOSOK ASING BERTOPI

Plato masuk kamar tergopoh-gopoh. Melepas hoodie. Duduk di sisi kasur. Diam sesaat. Ia lalu melangkah ke jendela secara perlahan-lahan. Membuka tirai. Di luar, sesosok asing bertopi tengah menatap kamarnya. Plato terkejut.

Plato mengambil sebuah gunting baja besar dari laci meja. Ia kembali ke jendela, mengintip dari balik tirai. Sosok itu hilang. Sekali lagi memastikan, sosok itu benar-benar hilang. Plato menghela napas berusaha menenangkan diri. Ia cuci muka. Mengunci pintu kamar dua kali. Merebah di kasur dengan gunting baja di sisinya.

Cukup kesulitan tidur, ia gelisah.

Plato mencoba duduk untuk mengetik cerita, tetapi tak bisa. Tak ada satu kalimat pun yang bisa ia tulis. Ia lantas menyetel musik dari tape recorder. Musik yang pelan. Kembali Plato merebahkan diri di atas kasur. Lama-lama matanya pun terpejam.

FADE OUT:

62. INT. KAMAR – SIANG

CAST: PLATO, PENJAGA KONTRAKAN

Suara pintu diketuk.

PENJAGA KONTRAKAN (O.S)

Mas, ada paket!

Plato membuka mata. Sinar matahari menembus kamar. Plato seperti malas untuk beranjak.

PLATO

(setengah teriak)

Paket dari mana mas?

PENJAGA KONTRAKAN (O.S)

Barusan ada petugas paket yang antar.

PLATO

Ya, taruh aja mas. Makasih.

Plato duduk menguap, meregangkan tangan dan bahu. Minum air mineral, lalu jalan sempoyongan membuka pintu. Sebuah kotak.

Dibawanya kotak paket ke dalam. Plato membuka paket itu dengan gunting baja. Ketika dibuka, berisi sebuah kotak lagi yang di atasnya tertempel secarik kertas yang dilipat. Firasat Plato merasa kurang enak. Dibukanya kertas itu secara perlahan.

CLOSE UP: tulisan GANTI CERITA ATAU CELAKA!

Plato menusuk-nusuk kotak kedua dengan gunting. Ketika dibuka, seketika itu juga ia melompat terkesiap. Kotak terlempar.

Sepenggal kepala kambing berguling-guling. Tetesan darahnya mengotori lantai. Wajah Plato pucat ketakutan.

CUT TO:

63. INT. KANTOR PARADIGMA POST – SIANG

CAST: PLATO, BU TIA

Plato mendatangi ruangan Bu Tia untuk mengambil honor. Bu Tia serius mengamati layar komputer.

PLATO

Sibuk, bu Tia?

BU TIA

Eh kamu. Ya beginilah, tutup buku..(jeda). Honor ya?

Plato mengangguk senyum.

BU TIA (CONT’D)

Sebentar ya.

Bu Tia masih mengetik sesuatu di depan layar. Tak lama, ia melirik Plato yang terlihat kuyu.

BU TIA (CONT’D)

Abis begadang?

PLATO

Lumayan.

BU TIA

Kalian makhluk nokturnal, imbangi dengan berolah tubuh. Di usianya sekarang, mas Jati itu masih suka lari lho.

PLATO

(senyum)

Saya juga kadang lari, bu. Kalau dikejar sesuatu.

BU TIA

Dasar.

Bu Tia menghitung uang dan memasukkannya ke dalam amplop.

PLATO

Makasih...

Baru membalikkan badan, Bu Tia bicara lagi.

BU TIA

(sambil mengetik)

Omong-omong, paketnya sudah sampai?

Plato tercenung kaget.

PLATO

Paket?

BU TIA

Iya, beberapa hari lalu ada yang menelepon ke sini. Kebetulan aku yang ngangkat. Nanya alamat sama nomor telepon kamu. Dia bilang, sodara kamu di kampung. Mau kirim paket buah-buahan, gitu...

PLATO

(gugup)

Oh, paket itu. Iya sudah sampai. Makasih, bu Tia.

Plato beranjak pergi dengan tergesa.

Bu Tia menatap Plato, keheranan.

CUT TO:

64. INT. KAMAR – SIANG

CAST: PLATO, PETUGAS KONTRAKAN

Plato memasuk-masukkan semua baju dan barangnya ke tas ransel. Menyiapkan mesin tik dan tape recorder. Ia pergi dari kontrakan sambil memberi kunci kamar pada petugas kontrakan. Menoleh sebentar ke arah kamarnya di atas, lalu pergi dengan menjinjing cover kecil berisi mesin tik di kanan, dan tape recorder di kiri.

CUT TO:

65. EXT. JALANAN – SIANG

CAST: PLATO

Plato berjalan-jalan mencari kontrakan baru. Akhirnya berhenti di depan sebuah rumah susun.

CUT TO:

66. INT. RUMAH SUSUN – SORE

CAST: PLATO, PENGURUS RUSUN

Pengurus rusun, lelaki setengah baya bertampang sangar, duduk di hadapan Plato. Perutnya buncit. Kumisnya baplang. Sedang mengunyah makanan sambil mengobrol.

PENGURUS RUSUN

Sebenernya rusun ini khusus buat warga sini. Ga nerima umum. Tapi ya...kalau mas sangat butuh, saya bisa bantu urus.

PLATO

Biayanya berapa?

PENGURUS RUSUN

Dua kali lipat.

Plato menimbang-nimbang.

PENGURUS RUSUN (CONT’D)

Susah lho mas, cari hunian kayak gini dengan harga segitu.

PLATO

Gimana kalau setengahnya dua minggu lagi?

PENGURUS RUSUN

(tertawa kecil)

Deal!

Plato diantar ke lantai tiga. Suasana cukup sepi dan gelap. Pengurus rusun membuka pintu.

PENGURUS RUSUN

Inget ya, kalau ada yang nanya. Bilang mas masih keluarga pak Sanif.

Plato mengangguk.

Plato mengamati ruangan. Terlihat agak kumuh.

CUT TO:

67. INT. RUMAH SUSUN – MALAM

CAST: PLATO

Plato menata barang-barangnya.

CLOSE UP: mesin tik di atas meja. Di sampingnya diletakkan gunting baja.

Plato membuka jendela. Ia kemudian push up beberapa kali. Mondar-mandir. Menyulut rokok. Menyiapkan kertas, mencoba untuk mengetik.

Tetapi ia mendapati huruf “O” di mesin tik hilang tombolnya. Plato bingung. Ia mencari-cari di lantai, di tas cover, di mana pun tak juga ditemukan. Ia mencoba mengakalinya dengan lipatan kecil kertas. Plato mengetik lagi. Berhasil. Namun ide menulisnya sedang mentok. Plato mengisap rokok, memandangi pemandangan luar jendela.

Cuci muka. Rebahan di kasur, Plato mengambil ponselnya lalu menatap nomor Arum. Plato melakukan panggilan.

ARUM (O.S)

Halo...

PLATO

Halo, Arum?

DISSOLVE TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar