Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
75. EXT. JALANAN – PAGI
CAST: PLATO
Plato maraton di sepanjang sisi jalan. Ia terbayang wajah Sofia di masa lalu (DISSOLVE).
MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS:
1. POV bersama Sofia, menarik-narik tangannya menuju permainan menangkap boneka.
2. POV bersama Sofia menonton film.
3. Wajah Sofia yang menatapnya sambil tersenyum.
END MONTAGE
Plato berhenti di dekat lampu merah.
POV PENGUNTIT: mengamati Plato dari kejauhan.
CUT TO:
76. INT. KAMAR – SIANG
CAST: PLATO, HANTU WANITA
Plato mandi.
POV PENGUNTIT: pelan-pelan mendekati pintu kamar mandi.
Plato seperti mendengar sesuatu. Ia kenakan handuk, membuka pintu kamar mandi melongok ke luar, tak ada siapa pun di kamarnya.
Setelah berpakaian, Plato melahap mie instan yang sudah diseduh. Memutar-mutar frekuensi radio di tape recorder. Sesekali ia tertawa mendengar lelucon dari penyiar radio.
(Setelah makan) Plato menyalakan rokok. Musik jazz lawas mengalun. Ia memperhatikan lagi tulisannya. Ia pasang kertas di mesin tik, mulai mengetik sesuatu.
POV PENGUNTIT: mendekati Plato dari belakang.
Plato menoleh ke belakang. Tak ada siapa-siapa.
Plato mengetik kembali. Cahaya di kamar tak terlalu terang. Pelan-pelan, sesosok berpakaian putih berjalan horizontal di balakang Plato. Plato tak menggubris apa pun. Ia tetap mengetik dan mengetik.
Plato kemudian merasa lelah. Ia menggeliat. Rokok dimatikan.
Ketika hendak membalikkan badan menuju ranjang, hantu wanita yang ia lihat di bioskop tempo hari sedang duduk di sisi ranjang, memandang tajam dirinya dengan darah mengucur dari kepala.
TALKING HEAD HANTU WANITA
HANTU WANITA
Kamu bukan penulis. Kamu cuma ingin membebaskan iblis.
SMASH CUT TO:
77. INT. KAMAR – PAGI
CAST: PLATO
Plato terbangun kaget dari meja. Ia tertidur dan mimpi buruk. Napasnya tersengal-sengal.
Ia mencoba mengetik, tapi tak bisa. Plato memikirkan sesuatu. Ia memasang hoodie dan kacamata, lalu pergi keluar.
CUT TO:
78. INT. WARNET & GAME ONLINE – SIANG
CAST: PLATO
Plato mencari-cari informasi di internet. Di layar terlihat beberapa judul artikel tentang peristiwa perampokan.
CLOSE UP: tulisan-tulisan KORBAN PEMBEGALAN TEWAS DI TEMPAT. LAGI! AKSI BEGAL GENG MOTOR. PERAMPOKAN DI SIANG BOLONG MERESAHKAN MASYARAKAT.
Raut Plato mengernyit, merebah ke sandaran kursi, memikirkan sesuatu yang mencurigakan.
CUT TO:
79. INT. BIOSKOP – MALAM
CAST: ARUM, PLATO, SOFIA, ARKA
Arum berdiri menunggu Plato. Tak lama, Plato datang.
PLATO
Maaf telat.
ARUM
Baru kok, yuk.
Plato dan Arum berjalan di lorong bioskop. Arum menunjuk poster film horor.
PLATO
Horor? Gak yang lucu-lucu aja, komedi, atau action?
Arum tertawa.
ARUM
Gara-gara baca cerbung di koran, jadi suka genre ini.
PLATO
(Kaget)
Cerbung?
ARUM
Bukan horor sih, tapi atmosfernya mirip. Koran Paradigma. Kamu gak baca koran lain ya?
PLATO
(Gugup)
Emm...
Dari arah berlawanan, Sofia dan tunangannya, Arka, tak sengaja berpapasan dengan mereka.
Plato terlihat kaget, namun mencoba tenang.
SOFIA
Lho, kamu?
PLATO
(salah tingkah)
Hai...
ARUM
(berbisik ke Plato)
Siapa?
SOFIA
(kepada Arka)
Kenalin, ini...temen lamaku, Damar.
PLATO
(berbisik ke Arum)
Teman lama.
Plato, Arka, Sofia, dan Arum saling bersalaman. Sofia melirik Arum.
SOFIA
Kalian mau nonton film apa?
Plato dan Arum menjawab serentak tetapi tidak kompak.
PLATO
Mungkin Action.
ARUM
Horor.
Plato dan Arum saling memandang heran. Sofia tergelak.
SOFIA
(tersenyum geli)
Mungkin bisa diskusi dulu...Kami duluan ya.
ARKA
Mari.
Sofia dan Arka berlalu.
Arum mengernyit, Plato menaikkan bahu.
ARUM
Hmm, mencurigakan.
PLATO
Aku malas bayar buat dikaget-kagetin.
ARUM
Kamu tau bukan itu maksudku.
Ponsel Plato berbunyi. Nomor tak dikenal. Panggilan mati. Plato curiga.
ARUM
Dari siapa?
PLATO
Kerjaan.
Ponsel kembali berbunyi.
ARUM
Oke, kali ini aku yang traktir.
Arum pergi membeli tiket. Agak ragu, Plato mengangkat panggilan tanpa bicara.
PENELEPON (O.S)
Supaya bukan dianggap fiksi, tunggu kejutan sesaat lagi.
Panggilan mati. Wajah Plato tegang.
CUT TO:
80. INT. BIOSKOP – MALAM
CAST: ARUM, PLATO, SOFIA, ARKA
Sedang asyik menonton di dalam studio, ada pesan teks masuk ke ponsel Plato.
CLOSE UP: pesan berantai dari rekan kantor di kotak masuk: Robby, kawan kita, ditabrak lari. Sekarang masuk rumah sakit.
Arum melirik ponsel Plato yang menyala terang.
ARUM
(berbisik)
Hey, ini bioskop.
Pesan masuk bergetar lagi di ponsel Plato.
CLOSE UP: pesan teks dari nomor tak dikenal: Berikutnya bosmu, Jati!
PLATO
(cemas)
Sorry, aku harus pergi.
ARUM
Kemana? Ada apa sih?
Plato menggandeng tangan Arum pergi.
Di kursi atas, beberapa baris dari mereka, Sofia yang juga menonton film yang sama, melihat Plato dan Arum pergi dengan pandangan heran.
CUT TO:
81. INT./EXT. DALAM TAKSI – MALAM
CAST: ARUM, PLATO
Taksi berhenti di depan rumah Arum.
PLATO
Maaf ya, lain kali disambung lagi. Aku harus kejar berita.
ARUM
(mengangguk, tersenyum kecut)
Hati-hati Damar. Hubungi aku nanti.
Arum menatap khawatir dan mencium pipi Plato. Plato kaget.
Arum turun dari taksi. Taksi pun bergegas pergi.
CUT TO:
82. INT. RUMAH SAKIT – MALAM
CAST: PLATO, JATI, ROBBY
Tiga kenalan kantor berkumpul di luar pintu IGD. Robby tertidur di kasur IGD dengan infusan. Kepala, tangan, dan sebelah kakinya diperban.
Plato dan Jati melihat sebentar keadaan Robby.
JATI
Dia ditabrak sepulang dari meliput berita soal korupsi. Masih untung lukanya gak serius. Si pengecut langsung kabur. Begitulah, cara jalanan mengadu nyali.
Plato tercenung dengan ucapan Jati.
Mereka berdua pergi ke luar ruangan. Duduk di bangku panjang lorong Rumah Sakit.
PLATO
Saksi mata?
JATI
(menggeleng)
Mereka tahu situasi. Jalanan sepi. Robby itu Lone Ranger. Pengendara yang kebetulan lewat menemukannya sudah tergeletak begitu aja. Masih ada orang baik.
PLATO
Sudah dilaporkan?
JATI
(tertawa sinis)
Harus. Tapi jangan terlalu berharap.
PLATO
(nada ragu)
Apa memang berkaitan dengan kasus yang dia liput?
JATI
Yaah, di dunia ini ada yang memang kebetulan, ada yang tampak seolah kebetulan. Kita gak pernah tahu.
Plato dan Jati diam sesaat.
JATI (CONT’D)
Almarhum bapaknya Robby itu karib saya. Kami sama-sama menulis. Sampai Robby tumbuh besar, bakat itu ternyata menurun. Sebelum wafat, bapaknya sempat menitipkan Robby untuk saya asuh. Dia ingin Robby menjadi pengarang cerita, lebih besar dari namanya. Tapi Robby tak tertarik dengan dunia cerita. Dia lebih memilih jurnalisme. Setiap orang punya jalan sendiri.
Jati dan Plato saling memandang.
Jati mendekat.
JATI (CONT’D)
Jalan kamu, mirip dengan jalan saya dulu, Plato. Membaca gaya bercerita khas yang lahir dari mesin tik tua, melempar ingatan saya. Melihat sosok kamu sebagai penulisnya, saya kayak ngaca di cermin...(jeda). Saya pernah punya idealisme yang sama dengan kamu. Tapi nyatanya hidup harus sering berhadapan dengan kompromi. Maaf kalau kemarin saya terkesan pragmatis. Suatu hari nanti, kamu mungkin bisa menggantikan saya di Paradigma. Saya pernah bicarakan ini ke atasan, waktunya anak muda berbakat dikasih kepercayaan. Jangan berhenti berproses, Plato.
Jati menepuk bahu Plato.
Plato tertunduk gundah.
CUT TO: