Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
51. INT. KAMAR – MALAM
CAST: PLATO
Plato baru selesai mandi, ganti baju, lalu rebahan di atas kasur. Ia membuka kembali novel Kanya Ramla yang baru dibeli. Kemudian teringat sesuatu.
Plato mengambil notes kecil. Menatap nomor ponsel Arum. Ia simpan nomor itu ke ponselnya lalu dengan ragu-ragu mencoba menghubungi Arum. Tersambung.
ARUM (O.S)
Halo...
Plato kebingungan bicara, lantas memutuskan sambungan. Mengambil novel Kanya, sambil tiduran, ia melamunkan pertemuan tadi siang. Plato senyum-senyum menerawang, lalu kembali membaca novel di bawah lampu kamar yang menyala redup.
FADE OUT:
52. INT. KAMAR – PAGI
CAST: PLATO, SOSOK ASING BERTOPI
Alarm beker berbunyi. Plato membuka mata. Bangun dari tidur dengan malas. Duduk di depan meja, meminum air mineral sambil menyetel musik dari tape recorder. Mencari-cari saluran radio.
Plato kemudian cuci muka. Di depan cermin, wajahnya terlihat segar dan sumringah. Ketika jalan ke meja, ia melihat sesuatu terselip di bawah pintu. Sebuah surat.
Plato meraih surat itu. Berwarna merah muda dengan corak pita dan hati. Plato senyum sendiri mengkhayalkan itu dari Arum.
Ketika dibuka, wajahnya berubah serius. Di dalamnya berisi tulisan pendek.
CLOSE UP: tulisan TIADA GELAP SELUBUNGI MATA SELAIN MALAM KETIKA JALANAN TERHAMPAR TANDUS, SUNYI TERPENGGAL RAUNGAN BAGAI KEMATIAN, DAN TIGA KELELAWAR HITAM KELUAR SARANG MEMBURU KETAKUTAN.
Dibukanya pintu, keluar melongok kiri kanan. Tak ada siapa-siapa. Matanya mengernyit gusar. Plato menutup dan mengunci pintu lalu melangkah ke jendela.
Plato melihat sosok asing bertopi sedang menatap ke arah kamarnya. Plato langsung beranjak keluar.
CUT TO:
53. INT./EXT. DEPAN KONTRAKAN – PAGI
CAST: PLATO
Plato turun dari tangga, keluar kontrakan. Di luar pagar sampai pinggir jalan, sosok asing bertopi itu menghilang.
CUT TO:
54. INT. KONTRAKAN – PAGI
CAST: PLATO, PENJAGA KONTRAKAN
Plato berpapasan dengan penjaga kontrakan ketika akan kembali ke kamar.
PENJAGA KONTRAKAN
(keheranan melihat Plato tergopoh-gopoh)
Kenapa mas?
PLATO
Mas pagi ini ngeliat ada orang masuk ga?
PENJAGA KONTRAKAN
Siapa? Teman mas? Saudara?
PLATO
(berpikir sesaat)
Mmm lupain mas.
Plato langsung pergi ke kamar. Penjaga kontrakan terlihat heran.
CUT TO:
55. INT./EXT. KAFE – SIANG
CAST: PLATO, SOSOK ASING BERTOPI
Plato duduk memesan kopi. Ia membuka novel, mencoba membaca dengan gelagat kurang konsentrasi. Wajahnya terlihat tak tenang. Ia menerawang ke luar jendela. Lalu menyulut sebatang rokok. Menyesap kopi.
Ketika menoleh lagi ke luar jendela, tiba-tiba ia melihat sosok asing bertopi duduk di sebuah bangku di seberang jalan, sedang melihat ke arahnya. Wajah sosok itu tidak jelas. Raut muka Plato tegang.
Plato lantas menoleh ke ponselnya di atas meja yang tiba-tiba bunyi. Nomor asing. Ia melirik lagi ke luar, sosok asing bertopi itu menghilang di balik orang-orang yang lalu lalang.
Plato mendiamkan ponselnya. Panggilan tak terjawab. Tak lama nomor yang sama memanggil lagi. Plato akhirnya mengangkat panggilan tanpa bicara sepatah kata pun.
PENELEPON (O.S)
TIGA KELELAWAR HITAM keluar sarang memburu ketakutan. Satu nyawa menyelamatkan semua. Satu nyawa sia-sia.
Panggilan terputus.
Mata Plato membelalak dengan raut ketakutan.
CUT TO:
56. INT. KAMAR – MALAM
CAST: PLATO
Plato membuka pintu kamar. Jaketnya terlihat kebasahan. Saat melepas jaket, ia kaget, di bawah pintu terdapat sepucuk surat lagi. Plato membuka isinya.
PLATO (V.O)
TIGA KELELAWAR HITAM DIKUTUK BERKELANA SETIAP MALAM GULITA SAMPAI SAYAP-SAYAP NERAKA YANG MEREKA KIBASKAN MELESAT MEMBELAH JALANAN SUNYI, ANGIN JAHANAM MEMBISIKKAN ARAH BURUANNYA TANPA INTERUPSI. SEBUAH ISTANA KECIL DI PINGGIRAN KOTA. PARA PENGHUNINYA LELAP DIPELUK MIMPI. MIMPI YANG TERAMAT KEJI.
Plato duduk di meja membayangkan sesuatu. Wajahnya kebingungan. Tatapannya kalut.
Plato mengambil kertas-kertas cerita yang telah ia ketik dan membandingkannya dengan dua surat misterius itu. Hampir ada kemiripan, kecuali kata “KELELAWAR” dengan “KALONG” miliknya.
CLOSE UP: tulisan DI MALAM GULITA ITU TIGA KALONG HITAM YANG DIKUTUK BERKELANA MENGIBASKAN SAYAP-SAYAP NERAKA, MELESAT MEMBELAH JALANAN SUNYI SAMPAI ANGIN JAHANAM MEMBISIKKAN ARAH BURUANNYA SEAKAN MEMBAWA PESAN BERUPA MIMPI PALING MENGHANTUI.
Wajahnya seperti menyimpulkan sesuatu yang mengerikan.
Di luar jendela, gerimis masih menggerojok.
CUT TO:
57. INT. RUANGAN JATI – SIANG
CAST: JATI, BU TIA
Bu Tia masuk ke ruangan Jati membawa koran.
BU TIA
Mas, pernah baca ini? Edisi beberapa minggu lalu.
Jati memasang kacamatanya. Bu Tia menunjuk rubrik SURAT PEMBACA.
JATI
Surat pembaca?
BU TIA
Baca yang judulnya “Cerbung, Fiksi?”
Jati membaca dengan seksama. Tanpa sepenglihatan Jati, Bu Tia membetulkan poni.
Jati membaca dengan mimik serius, lalu menatap Bu Tia yang juga serius menunggu reaksinya.
Tiba-tiba Jati terkekeh.
JATI
Bu Tia ini terlalu serius.
BU TIA
Buat mantan penulis kriminal, mas gak terusik iseng menyelidik?
JATI
Memangnya saya detektif.
Jati dengan santai mencomot camilan di meja. Menawarkan Bu Tia. Bu Tia menolak.
BU TIA
Kalau ternyata betul, publisitas baru kan. Koran kita naik lagi. Karir mas tambah moncer.
JATI
Baru juga dapat misi saya. Ini sih tugas orang lapangan. Lagi pula isinya spekulasi sejak judul.
Bu Tia hanya mengamati koran itu. Jati mengamati bu Tia.
JATI (CONT’D)
Efek PAREIDOLIA.
BU TIA
(bingung)
Apa?
JATI
Sehari sesudah bapak saya wafat dulu, di langit, awan-awan terlihat membentuk wajah seperti lelaki tua tersenyum. Bu Tia pernah tahu kan, info tentang gambar di sisik ikan yang membentuk tulisan tertentu, atau pola di batang pohon yang menyerupai gambar tertentu. Kita menonton film, dengar musik, isi cerita atau liriknya kerap mengena betul seolah kita pernah mengalami. Seolah itu sengaja ditulis buat kita...(jeda). Pembaca fiksi, terkadang seperti itu. Saya pernah baca juga tulisan lainnya menyangkut cerbung. Ada kritik. Ada pujian. Anggap aja dinamika. Positifnya, sastra dapat perhatian lagi.
BU TIA
Yaa...kukira mas bakal tertarik.
JATI
(sedikit mendekat)
Saya lebih tertarik warung sop buntut baru di dekat pengkolan lampu merah. Mau ikut nyobain?
Jati menunjuk jam tangan. Bu Tia senyum malu-malu.
JATI (CONT’D)
Ayo, kali ini saya yang traktir. Kapan-kapan gantian.
Jati dan Bu Tia keluar dari ruangan. Saat menutup pintu, Jati sempat melirik koran minggu yang tertinggal di atas meja.
CLOSE UP: Tulisan surat pembaca berjudul CERBUNG, FIKSI?
CUT TO: