Cuplikan Chapter ini
Setelah berlari keluar dari balai pertemuan Juragan Darmo tidak menoleh ke belakang Ia berlari sejauh mungkin melewati ladang tebu yang dulu menjadi simbol kejayaannya kini menjadi lorong gelap yang seakan menelannya Langit mendung menambah suram suasana sore itu Angin berhembus kencang dan dedaunan beterbangan seolah ikut mempercepat langkahnya menuju pelarianSesampainya di rumah besar ia masuk tergesa-gesa ke dalam membanting pintu dan menguncinya dari dalam Nafasnya tersengal