Cuplikan Chapter ini
“Sebenarnya aku masih penasaran pada santri pesantren ini yang mendatangi kamu waktu itu,” buka Wanti di sela istirahat kelas pagi keesokan harinya. Ia dan Malia lagi-lagi berkumpul di dekat tempat cucian piring sambil mengamati hutan yang tampak menyegarkan. “Siapa ya dia?” “Kenapa kelihatannya kamu terobsesi sekali pada santri pesantren ini, sih? Di dekat sekolah kita juga kan ada beberapa pesantren. Kalau memang sesuka itu pada calon pak ustadz kenapa tidak berkenalan dengan mereka