Cuplikan Chapter ini
Hujan turun lebat malam itu seperti air mata langit yang sedang menumpahkan segala duka Dan seperti sinetron murah meriah yang tak punya efek CGI tiba-tibaplokair menetes dari plafon ruang tamuArdi menatap tetesan itu dengan ekspresi yang sulit didefinisikanantara ingin tertawa atau merenung dalam kesedihan Satu-satunya sofa empuk di rumah itu yang akhirnya mereka beli setelah melewati debat panjang dan mengorbankan tabungan Ardi untuk helm baru kini basah kuyup Dina tidak terlih