Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. INT. KOST– PAGI HARI
Cast : Vanila.
Tampak sebuah meja lengkap dengan kursi bahkan jendela didalam sebuah ruangan yang kecil milik VANILA MELODI perempuan berusia 19 Tahun yang memiliki paras cantik.
Suasana yang sepi disekitar kossannya.
Vanila (VO Prolog)
“Keluarga, seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Keluarga seharusnya menjadi obat saat keluh kesah banyak rasa. Namun nyatanya, ini tidak berlaku bagiku, tak sesuai apa yang aku harapkan. Apapun itu aku akan tetap menyayangi keluargaku. –Vanila Melodi.
Vanila duduk dikursi dekat dengan jendala kamar kossannya, membuka sebuah buku kecil miliknya yang menjadi tempatnya untuk menuangkan segala hal yang ia rasakan. Jemarinya mulai bergerak menaruh goresan tinta hitam diatas kertas putih miliknya. Lembaran lain terbuka, telah penuh berisi coretannya. Matanya berkaca-kaca saat membaca kalimat-kalimat dalam bukunya. Hujan menemani ingatannya.
CU : Buku Diary Vanila.
(Mengingat akan masa lalunya)
CUT TO FLASHBACK :
2. INT.RUMAH VANILA – RUANG TENGAH - FLASH BACK – SIANG HARI
Cast : Bapak Doni, Ibu Rumi, Vanila.
(Saat Vanila duduk dibangku Sekolah Dasar)
INSERT : Bapak duduk dikursi ruang tengah menungguku pulang.
Vanila (VO PROLOG)
Aku langsung memberikan hasil raportku kepada Bapak, aku hanya diam dan menunduk. Aku seolah tau apa yang akan terjadi setalah aku memberikan hasil raportku.
DONI
Vanila??!
CU : Wajah Vanila yang ketakutan
Vanila
Iya pak? (Vanila gemetar)
DONI
Kenapa ini bisa nilainya turun?! Cuman harus belajar aja susah banget, sekarang liat apa yang harus Bapak banggain sama kamu, nilai turun semua! (plak)
(Menampar Vanila)
Vanila (VO PROLOG)
Wanita berkulit putih, berbadan sedikit berisi, ya itu Ibuku, dia sangat pemarah dan selalu menyepelekan apapun hasil yang aku kerjakan, paling sering menyalahkan apapun yang aku kerjakan, bahkan membanding-bandingkan dengan orang lain, Ibu memang tidak sekasar Bapak tapi setiap kali Ibu bicara selalu berhasil menyayat hati.
RUMI
“Liat tuh si Rara, Udah cantik, pinter, dapet juara terus lagi . Enggak kayak kamu, gak becus ngapa-ngapain, nyusahin aja”
(Vanila menunduk menahan air matanya yang ingi segera jatuh)
RUMI
“Vanila kok di andelin mana bisa, gak berguna sekali!”
CUT BACK TO :
3. INT. KOST– PAGI HARI
Cast : Vanila.
Vanila mulai meneteskan air mata perlahan. Hujan menemani tangisannya yang mulai pecah meski tak bersuara. Bayangan akan masa lalunya selalu hadir dikepalanya. Rasa kecewa itu masih membekas hingga kini ia sudah dewasa, amarah itu masih teringat jelas dalam memori ingatannya.
Vanila (VO Prolog)
Gak berguna banget gue, nggak becus ngapain-ngapain selalu salah dihadapan orangtua gue. Gue bahkan sampek sekarang belum bisa buat mereka bangga sama gue. Tapi kenapa sih, mereka nggak pernah sedikit aja ngerti perjuangan gue, ngerti perasaan gue yang selalu dibandingin sama orang lain.
(Tangannya merobek-robek lembaran buku kosong, tangisannya semakin tak bisa ia bendung lagi)
Vanila menarik nafas, mencoba menenangkan dirinya sendiri, overthinking yang selalu menyelimuti fikirannya, amarah yang selalu berhasil mengalahkan dirinya. Meski sejauh ini belum ada orang lain yang tau akan semua yang dia alami. Vanila selalu berhasil memakai topeng ketegaran, yang pada dasarnya dia juga lemah.
CUT TO :
4. EXT. TOKO BUKU– SORE HARI -BANDUNG
Cast : Vanila, Tirta, Chila, Bica, Brian.
Vanila sampai di Toko Buku yang tak begitu jauh dari kossannya.
TIRTA
Eh si eneng geulis, kumaha damang? Udah lama ya neng teh enggak keliatan kesini.
VANILA
Alhamdulillah baik kok kang, hehe iya kang lagi agak sibuk, jadi nggak sempet kesini.
TIRTA
Bukannya ini lagi libur kuliah ya neng, kok gak balik deui si eneng? Akang mah kangen pisan ka kampung, tapi henteu aya libur ka kerja.
VANILA
Vanila malah udah betah kang di Bandung hehe...
Yaudah Vanila masuk dulu ya kang.
TIRTA
Iya neng sok atuh, mangga.
(Vanil masuk kedalam toko buku yang sering ia kunjungi hampir setiap minggu, melihat-lihat tatanan buku-buku yang tersusun begitu rapih)
INSERT :(Mobil yang terparkir didepan Toko Buku)
CHILA
Ngga, gue kesana bentar ya mau cari buku, lo tunggu dimobil aja. Gak papa kan sebentar?
RANGGA
Hmm, jangan macem-macem disana. Gue tunggu di mobil gak usah lama-lama.
CHILA
Iya sebentar kok.
(Chila masuk ke Toko Buku, mencari beberapa buku tentang mental illnes, sedangkan di satu sisi Brian melihat Vanila dan menghampirinya)
BRIAN
Vanila??
VANILA
Ehh Brian.
BRIAN
Lagi cari buku juga?
VANILA
Ya iyalah lo pikir gue disini cari somay.
BRIAN
Santai dong Van, galak banget si haha...
VANILA
Lo tumben amat kesini, ada angin apa nih?
BRIAN
Kalau gue bilang pengen ketemu lo gimana? (goda Brian)
VANILA
Dih basi, gue bukan cewek-cewek dikampus yang tergila-gila sama BEM ganjen kayak lo ya...
BRIAN
Haha canda Vanila, dasar galak.
VANILA
(Vanila tersenyum tipis)
Gue kesana dulu ya?
(menuju rak buku lainnya)
BRIAN
Oke.
Vanila (VO Prolog) :
Dia Brian, salah satu teman satu kelas gue di Kampus. Anaknya baik dan penyayang, tapi sangat tertutup. Dia orang yang bertanggung jawab dan juga BEM kampus, salah satu pria yang di idam-idamkan di kampus. Wajar aja, Brian juga tampan dan humoris.
(Brian melihat gadis cantik, berkulit putih berambut sedikit ikal terlihat sedang kesulitan meraih buku di rak paling atas)
BRIAN
Hmm, sorry kalau mbanya berkenan gue bisa bantu.
(Chila menatap Brian kemudian mengangguk)
BRIAN
Ini (Sembari menyodorkan buku yang telah Brian ambil)
CHILA
Makasih ya mas.
(Tiba-tiba pacar Chilla datang dan melihat mereka berdua, Tanggannya mengepal dan langsung melayang tepat kearah Brian)
CU : Wajah Brian yang penuh amarah.
RANGGA
Brengsek lo!
CHILA
Rangga udah, stop! dia cuman bantuin gue ngambil buku
(Wajah takut)
BRIAN
Sorry, gue nggak ada maksud (Brian mencoba menjelakan)
(Rangga menatap Chila lekat-lekat penuh amarah)
RANGGA
Gue kan udah bilang lo jangan macem-macem sama gue! (Manatap chila pacarnya)
CHILA
Tapi gue nggak bohong dia cuman bantuin gue ambil buku ngga.
RANGGA
Brengsek lo juga jadi cewek (Rangga, menampar Chila)
VANILA
Lo yang brengsek! Kasar banget si sama cewek (Vanila menampar balik Rangga)
RANGGA
Siapa lo, nggak usah ikut campur.
(Tangan Rangga siap menghajar Vanila)
Brian berhasil menangkis tangan Rangga yang mengarah ke Vanila, kejadian ini membuat Brian mengingat akan masa lalunya yang membuatnya tersulut emosi.
RANGGA
Sialan lo, mau jadi jagoan !!!
(Mereka berdua berkelahi)
CHILA
Rangga udah stop! (Chila menangis)
(Kang Tirta datang melerai mereka berdua)
RANGGA
Bangsat!
(Chilla menarik lengan Rangga untuk keluar, mereka berdua meninggalkan Toko)
CUT TO :
(Brian dan Vanila duduk di kursi)
BRIAN
Van lo gak papa kan?
VANILA
Gue nggak papa kok.
(Vanila mengompres luka Brian)
VANILA
Dasar cowok kasar, bisa-bisanya dia nampar cewek kayak gitu.
CU : Memar Brian.
Vanila Menekan memar Brian sedikit keras.
BRIAN
Van pelan-pelan sakit.
VANILA
Sorry-sorry gue kesel sama cowok kasar! (Ungkap Vanila)
BRIAN
Gue nggak akan kasar kok sama lo (goda Brian)
VANILA
Dih, mau gue tambah lukanya dipipi satunya?!
BRIAN
Haha jangan galak-galak lo makin lucu tau.
(Vanila menekan luka di pipi Brian)
BRIAN
Aduhh duh (merasa kesakitan)
VANILA
Tadi kenapa dia bisa ngehajar lo gitu? (Tanya Vanila)
BRIAN
Kayaknya dia salah faham, gue cuman bantuin cewek tadi ambil buku.
VANILA
Parah banget sih, posesifnya udah keterlaluan toxic banget itu namanya! (Wajah kesal)
BRIAN
Udah-udah jangan marah-marah, balik yuk gue anterin.
VANILA
Nggak usah deh, gue bisa balik sendiri lagian nggak jauh kok kossan gue.
BRIAN
Nolak rezeki gak baik tau.
VANILA
Ribet banget lo.
BRIAN
Udah ayok.. (Menarik lengan Vanila dengan hati-hati)
(Brian mengantar pulang Vanila)
CUT TO :
#Scene 5