Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
19. EXT. JALANAN KOTA//KAFE – MALAM HARI
Cast : Vanila, Brian.
Brian terus berjalan mencari Vanila, memperhatikan setiap orang yang berjalan di sisi Jalanan Kota.
BG : Beberapa orang berjalan melewati Jalanan Kota.
BRIAN
Lo dimana sih Van? (Mengehela nafas)
Brian menghentikan langkahnya, pandangannya kini menemukan seseorang yang sejak tadi membuat dirinya sangat khawatir. Ia memastikan lagi dan langsung berjalan dengan cepat untuk menghampiri Vanila.
CU : Vanila yang berjalan dengan langkah gontai.
BRIAN
Van?...
Vanila membalikkan tubuhnya dengan malas.
VANILA
Brian, ngapain disini?
BRIAN
Gue tadi emang lagi jalan disekitar ini aja, terus liat lo.
Hmm lesu amat muka lo belom makan ya? Yaudah yuk makan gue traktir deh.
VANILA
Hah? Nggak usah gue kenyang (Sedikit terbata).
Gue mau langsung balik aja deh.
(Tiba-tiba saja suara perut Vanila berbunyi)
*Krukkk….krukkk..
Vanila memegang perutnya yang bunyi, ia terkejut terlihat dari raut wajah dan matanya yang kini membulat sempurna dia merasa sangat malu. Karna suara perutnya yang tidak bisa ia bohongi.
CU : Wajah Vanila yang menahan malu
VANILA VO
Sial kenapa lo pakek bunyi sih !
Brian hanya tertawa melihat tingkah dan ekspresi Vanila yang belum pernah Brian lihat sebelumnya, sangat lucu.
BRIAN
Gue pura-pura nggak denger deh biar lo nggak malu haha…
VANILA
Ishhh…
CUT TO :
Mereke berdua menuju Kafe yang tak jauh dari tempat mereka berdiri, memesan beberapa makanan. Dan mulai menyantapnya, Vanila tanpa ragu langsung menyantap dengan lahab makanan yang telah dipesan. Sedangkan Brian hanya diam memperhatikan Vanila yang tengah sibuk dengan makanannya.
VANILA
Hmm, thanks ya Brian.
Brian masih tetap terdiam sembari tersenyum dan memperhatikan Vanila dengan lekat.
VANILA
Kenapa sih lo, liatin gue kayak gitu?
BRIAN
Enggak, itu ada nasi di pipi lo
VANILA
(Vanila tercengang)
Hah serius lo??
BRIAN
Haha enggak Van, becanda…
VANILA
Dih resek banget lo.
BRAIN
Lo tadi kenapa nggak ngampus?
VANILA
Hmm… gue tadi ada urusan mendadak jadi nggak sempet izin.
BRIAN
Yakin?
VANILA
Apasih lo, iyalah. Lagian bukan urusan lo kan.
BRIAN
Iya-iya sorry, oh iyaa Van…
VANILA
Hmm?
BRIAN
Gue mau kasih lo ini (Menyodorkan buku diary Vanila)
CU : Buku Diary Vanila
Vanila terdiam dan menatap buku yang Brian berikan dengan heran.
VANILA
Buku gue ! Yaampun buku gue…(Vanila langsung mengambilnya)
Kok bisa sama lo?
BRIAN
Gue nggak sengaja nemuin dipinggir jalan waktu itu.
VANILA
Yaampun thanks banget ya, gue udah nyari buku ini kemana-mana.
BRIAN
Van?
VANILA
Hmm kenapa?
BRIAN
Sorry ya?
VANILA
Sorry untuk apa?
BRIAN
Sorry gue udah lancang, kalau gue baca isi buku lo (Sedikit terbata)
Vanila sangat terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Brian, seketika mata Vanila memanas, ia sangat takut jika ada orang lain yang tau tentang isi dari Buku Diary miliknya. Vanila langsung berdiri dan berlari meninggalkan Kafe.
BRIAN
Van tunggu !!!
(Brian mengejar Vanila)
Brian meraih tangan Vanila, Vanila berhenti dan langsung melepaskan tangan Brian.
BRIAN
Gue minta maaf Van. Gue tau ini lancang dan gue nggak berhak tau tentang lo. Tapi lo harusnya cerita Van, lo jangan egois sama diri lo sendiri.
VANILA
Cukup ya Brian, lo nggak akan pernah ngerti ! (Vanila marah sekaligus menangis)
BRIAN
Gue tau Van ini nggak mudah buat lo, tapi sampek kapan lo mau kayak gini. Ini nggak baik buat mental lo Vanila.
VANILA
Lo nggak akan pernah ngerti sama apa yang gue rasain Bri.
Lo nggak akan pernah ngerti gimana sulitnya gue buat kontrol emosi gue, lo nggak ngerti gimana rasanya selalu dianggep remeh sama orang tua lo sendiri, lo nggak akan pernah ngerti! Nggak ada yang peduli sama gue, nggak ada yang liat usaha gue sedikitpun. Orangtua gue selalu nuntut gue harus bisa ini itu tapi mereka nggak pernah ngehargain usaha gue! Mereka bahkan nggak ngerti perasaan gue, apa yang gue alamin mereka gatau. Gue capek Brian gue capek !!!
Lo nggak seharusnya tau ini, lo juga nggak akan peduli. Gue emang sepayah itu, gue bego gue nggak bisa apa-apa!!
Brian menarik tubuh Vanila kepelukannya, kini hujan kembali turun. Vanila menangis kedalam pelukan Brian. Brian tau persis perasaan Vanila, Brian tau betapa hancurnya perasaan Vanila selama ini.
Brian mengelus rambut Vanila dengan lembut, ia tak tega melihat wanita yang ia cintai menangis seperti ini. Vanila masih menangis dalam pelukan Brian.
CUT FLASH BACK TO :
20. INT. RUMAH VANILA – FLASH BACK - SORE HARI
Cast : Vanila, Bapak Doni.
Vanila baru sampai rumahnya pukul 18.00 lalu ia mengetuk pintu.
VANILA
Assalamu’alaikum… Bu, Pak Assalamu’alaikum?
Tak lama pintu itu terbuka bersamaan dengan tamparan yang mendarat tepat di pipi Vanila.
*PLAKKK*
DONI
Tau sekarang jam berapa Vanila? Kenapa pulang jam segini, bukannya Bapak udah pesen buat pulang abis dzuhur. Punya telinga kan kamu?!
Vanila meneteskan air matanya, tangannya mengepal dengan kuat. Rasanya udara disekitarnyapun menghilang, ia seperti kehabisan oksigen.
CUT TO :
21. INT. RUMAH VANILA – RUANG TENGAH – FLASH BACK - PAGI HARI
Cast : Vanila, Bapak Doni, Ibu Rumi.
INSERT : Vanila mengintip dibalik pintu kamar nya.
RUMI
Aku nggak ngerti ya mas sama kamu, buat makan sehari-hari aja susah !
DONI
Cukup ya jaga mulut kamu, aku juga usahain buat keluarga kita, buat anak-anak. Mungkin emang sekarang lagi agak susah, sabar semua juga bakal ngelamain masalah !!! Kamu nggak usah bikin akum akin pusing !!!
RUMI
Apa kamu bilang ? kurang sabar gimana setiap hari kamu bilang sabar-sabar tapi kamu nggak coba cari kerja yang lain. Kamu juga nggak izinin aku kerja keluar kota. Segala pakek nguliahin Vanila, emang biaya kuliah murah? Belum lagi Dhani juga mau masuk smp, Natasya juga bentar lagi umur 5 tahun, bakal sekolah !
DONI
Terus kamu pikir, kamu ngoceh kayak gini bisa nyelesain masalah, bisa dapet jalan keluar?!
(Tangan Doni telah siap menampar Rumi, namun ia urungkan dan menarik tangannya lagi)
Doni memilih beranjak pergi.
CUT TO :
22. INT. RUMAH VANILA – DAPUR// RUANG TENGAH– FLASH BACK – MALAM HARI
Cast : Natasya, Dhani, Rumi, Vanila.
Vanila tengah menyiapkan makanan untuk adik-adiknya di meja makan.
DHANI
Kak, aku pengen deh nanti masuk SMP bisa bawa motor sendiri kayak temen-temen aku. Mereka kemaren cerita nanti masuk sekolah bakal bawa motor sendiri, aku bisa nggak ya kak beli motor?
Vanila terdiam dan menghentikan kegiatannya, tersenyum kelu.
VANILA
Sekolah buat cari ilmu Dhani bukan untuk gedein gengsi, yang penting berangkat sampek sana belajar, sama aja kan. Doain kakak sukses ya, nanti kalau kakak udah punya penghasilan kan bisa ngirimin kamu uang yang banyak, terus jangan lupa uangnya di tabung. (Mengacak pucuk kepala Dhani)
DHANI
Iyaa kak.
VANILA
Yaudah ini sarapan dulu, (Memberikan sepiring nasi dan telur dadar)
kakak cuci piring dulu. Kakak titip Natasya, nanti kalau dia udah bangun bilang kakak ya?... Ibu lagi pergi soalnya.
(Dhani mengangguk mengiyakan)
Dhani sarapan dengan bermain game, ia memakai headset dikedua telinganya. Sedangkan di satu sisi Natasya bangun dan menangis. Vanila tidak mendengar suara tangisan Natasya, tidak lama Ibu Rumi datang dan langsung menggendong Natasya yang menangis.
(Berjalan mencari Vanila)
RUMI
Vanila ?!!! (Berteriak)
Vanila bergegas menghampiri Ibu Rumi.
RUMI
Ibu tinggal keluar sebentar aja kamu bikin adik kamu nangis ya Van. Emang dasar kamu nggak becus ngapa-ngapain, kamu tau adik kamu nangis dikamar sendirian!
Vanila menunduk kini emosinya tak bisa ia bendung lagi.
VANILA
Iya bu, Vanila emang nggak becus ngapa-ngapain ! Vanila emang nggak sehebat Ibu, Vanila emang bego, puas !!!
(Vanila langsung pergi dari hadapan Ibunya)
CUT BACK TO :
23. EXT. JALANAN KOTA – MALAM HARI
Cast : Vanila , Brian.
Brian memeluk Vanila dengan erat, kini mereka basah kuyub karena hujan. Vanila menarik tubuhnya kembali. Ia menunduk, air matanya masih membasi kedua pipinya.
VANILA
(Menghela nafas)
Gue nggak papa kok.
Vanila menghapus air matanya.
BRIAN
Lo nggak perlu selalu keliatan kuat Van, gue tau lo rapuh. Nggak ada salahnya nangis, lo nggak bisa gini terus Van.
VANILA
Lo tau apa Bri, lo nggak akan ngerti. Lo tau ibu gue sempet jalan sama laki-laki lain, I’ts okay, gue selalu dikasarin. Tapi itu benar-benar bikin gue nggak bisa maafin diri gue sendiri, gue nggak bisa kontrol emosi gue, gue nggak mau kasar kayak mereka. Tapi gue nggak bisa nahan emosi gue saat gue marah.
(Vanila berjalan pergi dari hadapan Brian)
BRIAN
Gue dari keluarga Broken Home Van.
(Vanila menghentikan langkahnya)
BRIAN
Orangtua gue pisah saat gue masih SMP, dari kecil gue selalu liat bokap gue kasarin nyokap. Gue masih terlalu kecil waktu itu, untuk ngerti semuanya yang terjadi. Bokap selingkuh, gue bahkan benci banget liat muka dia sekarang.
Vanila membalikkan badannya, kini Vanila menatap Brian. Matanya masih berkaca-kaca, ia tak menyangka bahwa laki-laki yang kini tau banyak hal tentang dirinya memiliki hubungan yang toxic dengan keluarganya.
VANILA
Sorry Brian…
BRIAN
Nggak papa Van, gue udah muak sama semuanya waktu itu. Tapi nyokap selalu nasehatin gue buat tetap bisa kontrol diri gue, akhirnya gue coba buat healing. Gue coba cari kesibukan biar gue nggak sempet mikirin bokap gue. Gue ngelakuin hal yang gue suka, semua ini demi nyokap gue. Akhirnya pelan-pelan gue bisa lebih ikhlas ngejalanin hidup gue sampek sekarang.
Vanila menunduk mendengar semua pernyataan yang keluar dari mulut Brian.
(Brian memegang kedua pundak Vanila)
BRIAN
Van, liat gue !
(Vanila perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Brian yang kini tepat didepan matanya)
BRIAN
Lo harus yakin saman diri lo sendiri, lo nggak bisa kayak gini terus Van. Yang ada lo bisa kena gangguan mental, lo harus speak up sama orang lain. Gue tau sekarang lo nggak bisa percaya sama siapapun, gue juga nggak mau janji sama lo. Tapi sebisa mungkin gue bakal ada buat lo. Gue bakal bantu lo nyembuhin diri lo sendiri.
Percaya sama gue Van, setiap hal yang terjadi dalam hidup lo, itu semua harus bisa lo jadiin pembelajaran dalam hidup ya Van.
VANILA
(Vanila mengangguk)
Makasih ya Brian…
CUT TO :
Scene #24