Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
46. INT. RUMAH JIWA– KAMAR MARTINI –PAGI
PEMAIN: MARTINI, JIWA, SAHAT
Martini tampak semakin depresi. Ia memegang pisau sambil menceracau. Papa menyelamatkan pisau di tangan Martini.
SAHAT
Ma, berikan pisaunya… Ingat anak-anak kita, Maa..
MARTINI
Mama sudah nggak kuat, Pa… Mama nggak kuat…
(sambil menangis)
Mama ingin mati aja pa…
SAHAT
Istiqfar, Maa…. Istiqfar….
Mama harus sabar…. Kita akan terus mencari obat untuk mama biar mama sembuh…
INTER CUT
Jiwa datang ke kamar Martini setelah mendengar jeritannya. Martini terus meronta-ronta dan menangis. Jiwa juga berusaha membujuk Martini.
JIWA
Maa… jangan lakukan itu. Ini Jiwa, Maa…
Jiwa akan bantu mama. Jiwa akan merawat mama…
Tidak ada lagi yang akan meninggalkan mama…
(suara parau dan sedih)
Martini akhrinya luluh dan melepaskan pisaunya, kemudian menangis sambil terduduk. Tak lama berselang itu Martini tertawa-terbaha-baha.
MARTINI
Kalian bodoh..! Mau saja aku bohongi.
Kalian pikir aku mau mati?
Weekkk… Hahahahaha
Papa dan Jiwa saling pandang dengan wajah cemas. Papa mengeleng-gelengkan kepalanya. Martini kembali tertawa tawa.
CUT TO
47. INT. RUMAH JIWA– RUANG TAMU – SIANG
PEMAIN: JIWA, GUNAR
Jiwa menelpon abangnya, Gunar. Gunar yang bekerja di sebuah perusahaan tidak ambil pusing.
JIWA
Bang… Mama kambuh lagi.
FARALEL CUT
GUNAR. O.S
Mama memang selalu kambuh, Ji… Mama memang menyusahkan. Abang masih banyak kerjaan. Sebaiknya kamu tangani aja dulu. Besok abang ke rumah papa.
Klik. Gunar menutup ponselnya. Jiwa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
CUT TO
48. INT. RUMAH GUNAR – SORE
PEMAIN: GUNAR, MELLY
Gunar baru saja pulang dari kantor. Ia disambut sang istri, Melly.
MELLY
Ada apa bang?
GUNAR
Mama kambuh lagi. Mama memang selalu begitu. Nggak pernah bisa diajak senang sedikit. Sembuh seminggu kambuhnya beminggu-minggu
MELLY
Sudahlah, Bang… Kasihan mama. Papa sudah berjuang membawa mama berobat kemana-mana. Tapi mama tetap saja begitu. Kalau ada waktu luang, sempatkan menjenguk mama, Bang
GUNAR
Aku sibuk, Mell… Kamu lihat saja. Aku kerja pagi pulang malam. Aku capek dan butuh istirahat. Otakku juga bisa pecah kalau semua masalah aku pikul.
MELLY
Ya udah kalau begitu, biar Melly aja yang jenguk mama, bang. Abang istirahatlah.
GUNAR
Iya. Abang mandi dulu
Melly mengangguk dan tersenyum. Gunar ke kamar mandi.
FADE OUT
49. EXT. PERSIMPANGAN JALANAN – PAGI
PEMAIN: JIWA, CASILDA
Di persimpangan jalan Casilda memberhentikan mobilnya, ia melihat Jiwa dan segera keluar dari mobil. Casilda memanggil Jiwa sebelum berlalu.
CASILDA
Jiwa…
Jiwa menoleh dan menatap Casilda dengan lekat.
JIWA
Ada apa, Casilda?
CASILDA
Hmmm…
(gugup)
Jiii… Aku… aku…. Mau bicara sama kamu.
Nanti temui aku cafe depan kampus
Casilda melajukan kembali mobilnya. Sedangkan Jiwa bertanya-tanya heran.
CUT TO
50. INT/EXT. CAFE – PAGI
PEMAIN: JIWA, CASILDA
Casilda memberanikan diri ngomong ke Jiwa. Ia sangat mengagumi Jiwa. Di cafe mereka duduk berhadapan. Sesaat sausana hening.
JIWA
Apa yang ingin kamu bicarakan?
Jiwa bertanya sambil memainkan sedotan di gelasnya.
CASILDA
Mmmm... sebenarnya...
(hening sejenak)
Aku suka kamu, Ji. Maaf jika aku lancang.
Jiwa terdiam mendengar penuturan Casilda, lalu berujar.
JIWA
Maafkan aku, Casilda.
(menunduk sejenak, lalu mendongak)
Aku nggak bisa menerima ucapanmu.
CASILDA
Maksud kamu?
JIWA
Mmm…
(terdiam lama)
CASILDA
Kamu egois, Jiwa! Aku sudah lama sekali memendam rasa ini di hatiku? Kamu menolak cintaku begitu saja? Di mana perasaanmu, Ji?! Aku sangat sakit hati mendengar jawabanmu. Kamu membuat harga diriku diinjak-injak sama cowok sepertimu!
(sedikit emosi dan kecewa)
Jiwa terdiam dan menunduk. Lalu mendongak menatap Casilda.
JIWA
Maafkan aku Casilda. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Mungkin kamu tidak akan pernah menerima cowok sepertiku, Casilda. Aku memikirkan bagaimana dirimu saat bersamaku.
CASILDA
Apa masalahmu? Kamu memang egois, nggak punya hati! Dan..!
(geram)
JIWA
Aku anak orang gila. Ibuku sakit jiwa. Dia gila ketika aku masih kecil. Apa kamu mau pacaran dengan cowok dari anak orang gila?
CASILDA
Aku tidak pernah membandingkan kamu anak siapa.
Aku mencintaimu.
(suara parau)
JIWA
Maafkan aku, Casilda
CASILDA terdiam lama. Kemudian ia memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkan Jiwa. Jiwa memperhatikan CASILDA yang menjauh, namun ia tetap tegar.
CUT TO
51. INT. RUANG TAMU – SIANG
PEMAIN: MARTINI, JIWA
Jiwa memarkirkan motornya lalu masuk ke rumah. Ia melihat Martini duduk terpaku di ruang tamu. Jiwa menghampiri Martini.
JIWA
Maa....
Martini menoleh menatap Jiwa.
MARTINI
Kamu nggak ke kampus?
JIWA
Jiwa udah selesai kuliahnya, Ma...
MARTINI
Trus? Kamu udah kerja?
Jiwa menggelengkan kepalanya.
JIWA
Kerja Jiwa ngurusin mama aja
MARTINI
Untuk apa kamu ngurusin mama? Mamak baik-baik aja kok.
Udahlah, kamu kerja sana.
JIWA
(tersenyum tipis)
Jiwa buatin teh manis ya, Ma...
MARTINI
Iya...
Jiwa beranjak ke dapur.
CUT TO
52. INT. KAMAR CASILDA – SORE
PEMAIN: CASILDA
Casilda menangis sesenggukan di kamarnya.
CUT TO
53. INT. KAMAR JIWA – MALAM
PEMAIN: JIWA
Jiwa terpaku di kamarnya. Galau.
DISSOLVE