Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
TANGAN TERAKHIR
Suka
Favorit
Bagikan
3. 3, BERTEMU DENGAN TEMAN LAMA, scene 10-19

10.    INT. DAPUR - RUMAH JIWA–PAGI

PEMAIN: MARTINI ( 50 TAHUN)

Establish sebuah rumah yang cukup mewah di daerah itu. Rumah model bougenvil berwarna putih. Di dapur terlihat Martini sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Lagu Rayuan pulau kelapa. Martini terlihat tidak anfal hari ini.

CUT TO

11.    INT. KAMAR JIWA–PAGI

PEMAIN: JIWA (20 TAHUN)

Kamar berukuran sedang yang rapi. Ada lemari baju, tempat tidur dan meja belajar. Jiwa pun keluar dari kamar.

CUT TO

12.    INT. RUMAH JIWA–PAGI

PEMAIN: MARTINI, JIWA (20 TAHUN), HAFSAH (17 TAHUN), ADE (15 TAHUN), SAHAT (53 TAHUN)

Hafsah dan Ade asyik menyantap sarapan pagi. Papa keluar dari kamar, lalu ke ruang makan. Sejenak ia memperhatikan Martini sambil tersenyum tipis.

Jiwa yang juga baru keluar dari kamar melihat dengan heran. Mama sudah normal kembali, pikirnya. 

MARTINI

Jiwa… Ayo duduk. Kita sarapan bareng. Mama sudah masak nasi goreng. Papa… kok melamun? Ayo sarapan, nanti papa telat ke kantor.

Papa tersenyum sambil mengangguk. Jiwa pun ikut duduk di ruang makan. Ia memperhatikan mama dengan lekat. Ada senyum bahagia di sana. Kemudian ia menyuap nasi goreng buatan Martini. Begitu dimulut, Jiwa pun mendelik. Nasi gorengnya keasinan. Jiwa medegut ludahnya dan buru buru minum teh manis. Ia pun kembali mendelik dengan teh manis yang kemanisan.

JIWA O.S

Ya Allah... Nasi gorengnya keasinan...

teh nya kemanisan.

Jiwa buru-buru menghapus mulutnya dengan serbet. Lalu buru-buru pamit.

JIWA

Jiwa pergi dulu, Ma, Pa. Jiwa ada janji sama temen.

Gak enak kalau terlambat.

SAHAT

Ingat mama mu di rumah.

Jangan lama-lama kamu perginya.

JIWA

Iya, Pa.

Assalamualaikum...

SAHAT

Waalaikumsalam

CUT TO

                 

13.    EXT. JALANAN – PAGI

PEMAIN: JIWA

Jiwa terlihat di jalan mengendarai sepeda motornya.

CUT TO

14.    EXT. PINGGIR JALAN – PAGI

PEMAIN: PINBO (19)

Pinbo terlihat gelisah sambil menggaruk-garuk kepalanya. Beberapa saat kemudian motor Jiwa pun datang dan berhenti di depannya.

PINBO

Lama amat sih? Udah keriting ini rambutku.

JIWA

Udah nggak usah bacot! Ayo naik!

Pinbo naik dengan kesal setelah menerima helm dari Jiwa.

JIWA

Pegangan yang kuat!

PINBO

Ngapain pula pegang-pegang kau?

JIWA

Kita mau ngebuuut....

Seketika saja motor Jiwa melesat sampai Pinbo kewalahan dan hampir jatuh.

CUT TO

15.    INT. KAMAR - RUMAH CASILDA – PAGI

PEMAIN: CASILDA (19)

Di kamar terdengar suara music keras menyentak. Casilda headbinger di kamar sambil merapikan baju dan buku-buku kuliahnya, kemudian ia keluar.

CUT TO

16.    INT. RUMAH CASILDA – PAGI

PEMAIN: CASILDA (19), PAPA CASILDA, MAMA CASILDA

Casilda keluar dari kamarnya dan menemui papa, mama di ruang makan. Mama memperhatikan Casilda dengan lekat.

CASILDA

Pagi, Pa... Ma...

MAMA

Pagi... Kamu pulang jam berapa, Casilda?

CASILDA

Agak sore, Ma. Kenapa?

MAMA

Jangan lama-lama pulangnya. Temeni mama belanja perlengkapan dapur ya.

CASILDA

Papa kan ada, Ma?

PAPA

Papa hari ini ada pertemuan dengan rekan-rekan papa.

Kamu temeni aja mamamu.

CASILDA

Huh, Papa. Padahal Casilda mau nonton sama temen-temen.

(sedikit mengeluh)

Casilda pergi dulu, Pa, Ma...

MAMA

Kamu nggak sarapan?

CASILDA

Udah nggak selera, Ma.

Dag, Ma...

MAMA

Hati-hati di jalan

CASILDA

Iya.

Casilda berlalu meninggalkan papa dan mama.

MAMA

Casilda sudah semakin dewasa, Pa...

Mama khawatir...

PAPA

Mama khawatir apa?

MAMA

Pergaulannya dengan anak-anak kampus lain.

Apalagi banyak modus-modus yang mama lihat di media sosial. Mama jadi takut, Pa…

PAPA

Apa lagi yang mama takutkan?

MAMA

Pa, anak muda zaman sekarang, Pa. Ada-ada saja kelakuannya.

PAPA

Mama harus percaya sama Casilda. Anak kalau diberi kepercayaan pasti bisa menjaganya.

MAMA

Hmm, Papa selalu saja membela Casilda.

Nanti kalau terjadi apa-apa sama Casilda, mama juga yang disalahi.

PAPA

Ya udah, papa berangkat dulu, Ma.

Papa beranjak dari kursinya, lalu mengambil tas kerjanya. Mama ikut mengantar papa.

CUT TO

17.    EXT. SEKITAR KAMPUS – PAGI

PEMAIN: JIWA, PINBO

Motor Jiwa memasuki pelataran kampus, lalu berhenti di parkiran. Pinbo turun dan muntah-muntah sampai matanya memerah.

PINBO

Gila kau naik motor, Ji. Sampai mual perutku.

JIWA

Hahahaha.... makanya jangan banyak cerita!

Kan udah ku bilang tadi pegangan yang kuat, tapi kau banyak tanya. Kau rasakanlah.

PINBO

Kau mau ngapain kesini? Memangnya kau kuliah disini?

JIWA

Udah, tenang aja kau. Aku mau menemui temanku.

Jiwa berjalan meninggalkan parkiran. Pinbo masih menahan muntanya dan mengikuti langkah Jiwa.

CUT TO

18.    EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: CASILDA

Casilda memarkirkan mobilnya di parkiran, lalu keluar sambil mendekap bukunya di dada. Setelah itu ia berjalan di trotoar.

CUT TO

19.  EXT. AREAL KAMPUS – PERSIMPANGAN JALAN - PAGI

PEMAIN: CASILDA, JIWA, PINBO

Tak sengaja Casilda bertemu dengan Jiwa. Jiwa pun terkejut melihat Casilda teman sekolahnya dulu. Casilda juga terkejut bisa bertemu dengan Jiwa di kampusnya. Lekat ia menatap ke Jiwa.

CASILDA

Jiwaaa…

(menyapa lembut)

Jiwa menoleh dan gugup

JIWA

Casilda?

(keheranan)

CASILDA

Kamu kuliah disini?

(sedikit gembira)

JIWA

(menggeleng)

Enggak... Aku nggak kuliah.

Aku mau ketemu temenku disini

CASILDA

Ohh... Siapa nama temenmu itu?

JIWA

Raka. Dia anak seni music dan dia kuliah disini.

Sementara Pinbo hanya memperhatikan mereka berbicara. Di sekitar beberapa mahasiswa lalu lalang.

CASILDA

Oh… Udah lama sekali kita nggak ketemu, Ji.

Gimana kabarmu?

JIWA

Aku baik-baik saja, Casilda.

Oh iya, aku jalan dulu ya.

(sambil berlalu meninggalkan Casilda)

CASILDA

Ji... Tunggu!

Jiwa terus saja berlalu. Casilda menatap kepergian Jiwa dengan lekat, kemudian melenguh kesal.

CASILDA

Ugh... aku kan belum selesai ngomong.

Dia makin cakep.

(bergumam)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar