Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
10. INT. DAPUR - RUMAH JIWA–PAGI
PEMAIN: MARTINI ( 50 TAHUN)
Establish sebuah rumah yang cukup mewah di daerah itu. Rumah model bougenvil berwarna putih. Di dapur terlihat Martini sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Lagu Rayuan pulau kelapa. Martini terlihat tidak anfal hari ini.
CUT TO
11. INT. KAMAR JIWA–PAGI
PEMAIN: JIWA (20 TAHUN)
Kamar berukuran sedang yang rapi. Ada lemari baju, tempat tidur dan meja belajar. Jiwa pun keluar dari kamar.
CUT TO
12. INT. RUMAH JIWA–PAGI
PEMAIN: MARTINI, JIWA (20 TAHUN), HAFSAH (17 TAHUN), ADE (15 TAHUN), SAHAT (53 TAHUN)
Hafsah dan Ade asyik menyantap sarapan pagi. Papa keluar dari kamar, lalu ke ruang makan. Sejenak ia memperhatikan Martini sambil tersenyum tipis.
Jiwa yang juga baru keluar dari kamar melihat dengan heran. Mama sudah normal kembali, pikirnya.
MARTINI
Jiwa… Ayo duduk. Kita sarapan bareng. Mama sudah masak nasi goreng. Papa… kok melamun? Ayo sarapan, nanti papa telat ke kantor.
Papa tersenyum sambil mengangguk. Jiwa pun ikut duduk di ruang makan. Ia memperhatikan mama dengan lekat. Ada senyum bahagia di sana. Kemudian ia menyuap nasi goreng buatan Martini. Begitu dimulut, Jiwa pun mendelik. Nasi gorengnya keasinan. Jiwa medegut ludahnya dan buru buru minum teh manis. Ia pun kembali mendelik dengan teh manis yang kemanisan.
JIWA O.S
Ya Allah... Nasi gorengnya keasinan...
teh nya kemanisan.
Jiwa buru-buru menghapus mulutnya dengan serbet. Lalu buru-buru pamit.
JIWA
Jiwa pergi dulu, Ma, Pa. Jiwa ada janji sama temen.
Gak enak kalau terlambat.
SAHAT
Ingat mama mu di rumah.
Jangan lama-lama kamu perginya.
JIWA
Iya, Pa.
Assalamualaikum...
SAHAT
Waalaikumsalam
CUT TO
13. EXT. JALANAN – PAGI
PEMAIN: JIWA
Jiwa terlihat di jalan mengendarai sepeda motornya.
CUT TO
14. EXT. PINGGIR JALAN – PAGI
PEMAIN: PINBO (19)
Pinbo terlihat gelisah sambil menggaruk-garuk kepalanya. Beberapa saat kemudian motor Jiwa pun datang dan berhenti di depannya.
PINBO
Lama amat sih? Udah keriting ini rambutku.
JIWA
Udah nggak usah bacot! Ayo naik!
Pinbo naik dengan kesal setelah menerima helm dari Jiwa.
JIWA
Pegangan yang kuat!
PINBO
Ngapain pula pegang-pegang kau?
JIWA
Kita mau ngebuuut....
Seketika saja motor Jiwa melesat sampai Pinbo kewalahan dan hampir jatuh.
CUT TO
15. INT. KAMAR - RUMAH CASILDA – PAGI
PEMAIN: CASILDA (19)
Di kamar terdengar suara music keras menyentak. Casilda headbinger di kamar sambil merapikan baju dan buku-buku kuliahnya, kemudian ia keluar.
CUT TO
16. INT. RUMAH CASILDA – PAGI
PEMAIN: CASILDA (19), PAPA CASILDA, MAMA CASILDA
Casilda keluar dari kamarnya dan menemui papa, mama di ruang makan. Mama memperhatikan Casilda dengan lekat.
CASILDA
Pagi, Pa... Ma...
MAMA
Pagi... Kamu pulang jam berapa, Casilda?
CASILDA
Agak sore, Ma. Kenapa?
MAMA
Jangan lama-lama pulangnya. Temeni mama belanja perlengkapan dapur ya.
CASILDA
Papa kan ada, Ma?
PAPA
Papa hari ini ada pertemuan dengan rekan-rekan papa.
Kamu temeni aja mamamu.
CASILDA
Huh, Papa. Padahal Casilda mau nonton sama temen-temen.
(sedikit mengeluh)
Casilda pergi dulu, Pa, Ma...
MAMA
Kamu nggak sarapan?
CASILDA
Udah nggak selera, Ma.
Dag, Ma...
MAMA
Hati-hati di jalan
CASILDA
Iya.
Casilda berlalu meninggalkan papa dan mama.
MAMA
Casilda sudah semakin dewasa, Pa...
Mama khawatir...
PAPA
Mama khawatir apa?
MAMA
Pergaulannya dengan anak-anak kampus lain.
Apalagi banyak modus-modus yang mama lihat di media sosial. Mama jadi takut, Pa…
PAPA
Apa lagi yang mama takutkan?
MAMA
Pa, anak muda zaman sekarang, Pa. Ada-ada saja kelakuannya.
PAPA
Mama harus percaya sama Casilda. Anak kalau diberi kepercayaan pasti bisa menjaganya.
MAMA
Hmm, Papa selalu saja membela Casilda.
Nanti kalau terjadi apa-apa sama Casilda, mama juga yang disalahi.
PAPA
Ya udah, papa berangkat dulu, Ma.
Papa beranjak dari kursinya, lalu mengambil tas kerjanya. Mama ikut mengantar papa.
CUT TO
17. EXT. SEKITAR KAMPUS – PAGI
PEMAIN: JIWA, PINBO
Motor Jiwa memasuki pelataran kampus, lalu berhenti di parkiran. Pinbo turun dan muntah-muntah sampai matanya memerah.
PINBO
Gila kau naik motor, Ji. Sampai mual perutku.
JIWA
Hahahaha.... makanya jangan banyak cerita!
Kan udah ku bilang tadi pegangan yang kuat, tapi kau banyak tanya. Kau rasakanlah.
PINBO
Kau mau ngapain kesini? Memangnya kau kuliah disini?
JIWA
Udah, tenang aja kau. Aku mau menemui temanku.
Jiwa berjalan meninggalkan parkiran. Pinbo masih menahan muntanya dan mengikuti langkah Jiwa.
CUT TO
18. EXT. AREAL KAMPUS – PAGI
PEMAIN: CASILDA
Casilda memarkirkan mobilnya di parkiran, lalu keluar sambil mendekap bukunya di dada. Setelah itu ia berjalan di trotoar.
CUT TO
19. EXT. AREAL KAMPUS – PERSIMPANGAN JALAN - PAGI
PEMAIN: CASILDA, JIWA, PINBO
Tak sengaja Casilda bertemu dengan Jiwa. Jiwa pun terkejut melihat Casilda teman sekolahnya dulu. Casilda juga terkejut bisa bertemu dengan Jiwa di kampusnya. Lekat ia menatap ke Jiwa.
CASILDA
Jiwaaa…
(menyapa lembut)
Jiwa menoleh dan gugup
JIWA
Casilda?
(keheranan)
CASILDA
Kamu kuliah disini?
(sedikit gembira)
JIWA
(menggeleng)
Enggak... Aku nggak kuliah.
Aku mau ketemu temenku disini
CASILDA
Ohh... Siapa nama temenmu itu?
JIWA
Raka. Dia anak seni music dan dia kuliah disini.
Sementara Pinbo hanya memperhatikan mereka berbicara. Di sekitar beberapa mahasiswa lalu lalang.
CASILDA
Oh… Udah lama sekali kita nggak ketemu, Ji.
Gimana kabarmu?
JIWA
Aku baik-baik saja, Casilda.
Oh iya, aku jalan dulu ya.
(sambil berlalu meninggalkan Casilda)
CASILDA
Ji... Tunggu!
Jiwa terus saja berlalu. Casilda menatap kepergian Jiwa dengan lekat, kemudian melenguh kesal.
CASILDA
Ugh... aku kan belum selesai ngomong.
Dia makin cakep.
(bergumam)