Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
LIMA TAHUN KEMUDIAN
8. INT. RUANG TAMU – MALAM
PEMAIN: SAHAT(55 TAHUN), JIWA (20 TAHUN), HENNY (23 TAHUN), DODY (25 TAHUN), GUNAR (27 TAHUN)
Establish rumah Sahat. Lampu ruang tamu sudah menyala. Ruang tamu cukup besar dengan interior tahun delapan puluhan. Ada kursi tamu, buffet kayu dengan hiasan vas bunga. Lukisan di dinding tampak elegan. Sahat mengenakan kemeja kerja warna krem berlengan panjang yang digulung sampai kesiku. Ia duduk diam sambil menunduk. Ada beban pikiran yang harus ia pecahkan.
Gunar mengenakan kemeja kotak-kotak berlengan pendek, celana kantoran. Ia juga duduk dengan wajah tertekan.
Dody yang duduk dekat papanya juga berekspresi tak enak dilihat. Ia memberontak ketika papa menyuruhnya untuk mengurus sang mamak.
Henny juga menolak permintaan sang Bapak.
JIWA memakai kaos oblong dan duduk anteng di kursi. Sahat mulai pembicaraan.
Sahat mulai bicara
SAHAT
Anak-anak, papa mengumpulkan kalian di sini hanya mau minta tolong. Papa sangat sayang dengan mama kalian, namun papa tidak bisa menjaga mama sepanjang waktu. Papa hanya minta sedikit waktu kalian untuk mengurus mama. Gunar, kamu yang paling tua dan udah mapan. Bagaimana kalau kamu menyisahkan waktumu untuk mengurus mama mu?
GUNAR
Gunar nggak bisa, Pa ngurusin mama. Pekerjaan Gunar banyak, belum lagi kegiatan di luar. Mungkin Dody yang lebih banyak waktu.
Terlihat ekspresi Sahat sangat kecewa. Dody juga langsung menolak tawaran Sahat.
DODY
Dody juga nggak bisa, Pa. (Beat, menatap Gunar) Aku gak bisa, Bang. Kamu pikir kamu aja yang sibuk? Kan masih ada kak Henny
HENNY
Kakak juga gak bisa, Dod. Kakak ngurus anak-anak aja sudah repot. Apalagi ngurus mama. Bagaimana kalau mama dikirim ke panti jompo, atau....
Sahat bereaksi. Ia tidak suka kalau istrinya dikirim ke panti jompo.
SAHAT
Apa maksud kamu? Mama sudah melahirkan kalian. Membesarkan kalian dengan penuh kasih. Kamu tega mengirim mama mu ke panti jompo? Hehk... (Kesal/marah)
Henny tertunduk.
DODY
Trus siapa yang mau menjaga mama kalau semua nggak bisa?
Jiwa akhirnya bicara dengan hati berat dan miris.
JIWA
Biar aku saja yang mengurus mama.
Kalian tidak perlu repot menghabiskan waktu kalian untuk mama, uruslah keluarga kalian masing-masing.
HENNY
Ji……
JIWA
Nggak apa-apa, Kak. Aku ikhlas menjaga mama. Kasihan mama kalau dibiarkan seperti itu. Mama butuh perhatian dari kita. Aku juga nggak perlu meneruskan pendidikanku. Aku ingin berbakti kepada mama di sisa hidupnya.
Gunar, Dody dan Henny menunduk diam. Papa juga tidak bicara apa-apa. Jiwa kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi.
Tinggal mereka yang berdiam diri di ruang keluarga.
CUT TO
9. INT. KAMAR MARTINI – MALAM
PEMAIN: JIWA, MARTINI
Jiwa melihat mama yang tertidur dari balik pintu kamar. Ia menatap sedih dan menangis.
MONTAGE :
· Jiwa membasuh kaki mama
· Jiwa menyuapi makanan untuk mama
· Jiwa menyisir rambut mama
END MONTAGE
Mama terbangun ketika Jiwa duduk di samping mama.
MARTINI
Ji... Kamu nggak kuliah?
(suara lembut)
JIWA
(mendongak menatap mama)
Enggak, Ma....
MARTINI
Kenapa kamu nggak kuliah? Nanti gimana masa depanmu?
Trus nanti kamu kerja apa?
JIWA
Mama nggak usah khawatir.
Saat ini kuliah, kerja dan masa depan Jiwa adalah berbakti kepada mama, bolehkan, Ma?
Mata mama berkaca-kaca sambil menahan tangisnya. Suara mama terdengar berat.
MARTINI
Maafkan mama ya, Ji. Mama sudah menyusahkan kalian.
Mama juga nggak mau seperti ini. Mama capek, Ji...
Mama gak tahu apa yang sudah terjadi pada mama.
JIWA
Ma... Jiwa sayang mama
(sambil menahan tangisnya.)
Mama jangan ngomong begitu ya…
O.S. JIWA
Ya Allah… berilah kesembuhan kepada mamaku.
Mata mama berkaca-kaca sambil menatap langit-langit kamar.
FADE OUT