Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
20. EXT. AREAL KAMPUS – PAGI
PEMAIN: JIWA, PINBO
Pinbo bingung mengapa Jiwa meninggalkan cewek cantik begitu saja. Pinbo pun jadi kepo sambil mengikuti langkah Jiwa.
PINBO
Siapa dia, Ji? Cantik sekali?
Kenapa kamu tinggalin gitu aja?
JIWA
Teman sekolahku dulu waktu di SMU.
PINBO
Pacarmu?
JIWA
Bukan.
PINBO
Kenapa nggak kamu pacarin aja dia, Ji…
Bodoh amat sih. Dia itu nyaris sempurna.
Kalau aku jadi kamu, udah ku pacarin dia.
JIWA
Ya udah kamu pacaran aja ama dia.
PINBO
Hehehe… apa dia mau sama cowok kayak aku ya?
Jiwa geleng-geleng kepala sambil terus berjalan.
CUT TO
21. EXT. AREAL KAMPUS – PAGI
PEMAIN: CASILDA, SHARLA
Casilda berjalan sambil melamun. Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Sharla menghampiri Casilda yang terlihat galau.
SHARLA
Casildaaa… Tunggu…
Casilda berhenti dan menoleh ke belakang. Sharla berlari kecil menghampiri Casilda.
SHARLA
Kamu kenapa? Kok melamun gitu?
CASILDA
Hmmm… tadi aku ketemu ama temen waktu di SMU dulu, Sharla.
Dia tampan sekali sekarang.
SHARLA
Dan itu yang membuatmu jadi galau kayak orang gila?
Memangnya dia siapa? Pacarmu?
Atau mantanmu?
CASILDA
Belum sempat jadian tau. Huh.
SHARLA
Belum jadian? Yaelaah… segitu gegananya dirimu?
CASILDA
Aku mengaguminya, Sharla…
Sampai sekarang dia sangat mempesona.
SHARLA
Dan kamu jatuh cinta sama dia kan?
Udah ngaku aja.
CASILDA
(Diam sesaat)
Tapi dia dingin kali jadi cowok.
Nggak mungkin kan aku duluan yang nembak dia?
Apa dia nggak doyan ama cewek ya, Shar?
SHARLA
Lebih baik kamu ungkapkan aja perasaanmu.
Dari pada kamu terbayang-bayang terus.
Bisa gila beneran.
CASILDA
(tersipu)
Udah ah, baru aja ketemu. Dia punya temen di sini.
Anak seni. Raka namanya. Aku akan cari tahu nomor hapenya. Kita masuk yuk.
Casilda melangkahkan kakinya dan terus berjalan sampai Sharla tertinggal beberapa langkah.
CUT TO
22. EXT. HALAMAN RUMAH JIWA – PAGI
PEMAIN: MARTINI, RIA (50 TAHUN)
Martini menuju halaman dan memeriksa bunga-bunganya. Ia mencabuti rumput yang sudah rimbun. Tiba-tiba saja tetangga rumahnya mencibir dirinya dengan sinis. Wajahnya sewot-sewot.
RIA
Ciiihh... Wong edan. Gila!
Martini menatapnya dengan lekat. Kemudian ia masuk ke dalam rumah dengan ekspresi kesal. Mulutnya komat-kamit. Martini tidak mau ada orang menyebutnya gila. Itu membuatnya menjadi kumat.
CUT TO
23. INT. RUMAH JIWA – KAMAR MARTINI–PAGI
PEMAIN: MARTINI ( 50 TAHUN)
Martini masuk ke kamarnya. Lalu duduk di sisi tempat tidur. Ia diam dan melamun. Pikiran-pikiran lain mengusiknya kembali. Perlahan, Martini melepas ikat di rambutnya dengan pandangan semu. Kemudian menggunting sebagian rambutnya dan ngoceh tak karuan.
MARTINI
Aku gak gila... aku gak gilaa!!!
(teriak)
Hening sesaat sambil memperhatikan wajahnya di cermin.
MARTINI
Kau yang gila!
(marah, sambil melotot)
Aku gak gilaaaaaaa!!!
(Berteriak)
Martini berteriak sambil menangis. Ia meremat spray tempat tidur, lalu menghapus air matanya. Setelah beberapa saat terdiam, ia pun tertawa terbaha-baha.
CUT TO
24. EXT. AREAL KAMPUS – SIANG
PEMAIN: CASILDA, SHARLA
Sharla geleng-geleng kepala ketika melihat Casilda melamun. Ia melambaikan tangannya di wajah Casilda, namun Casilda tidak merespon.
SHARLA
Haloo, Casildaaaa!
(sedikit menjerit)
Emang enak dicuekin?
Casildaaaa... Kamu kemana ajaaa?
Casilda terkesiap.
CASILDA
Eh, Sharla ada apa?
SHARLA
Ada apa...???
Sedari tadi kamu melamun sambil senyum-senyum.
Kamu kesambet setan mana?
CASILDA
Setan? Setan apa-an?
SHARLA
Setan di kepalamu!
CASILDA
Hmmm, aku lagi bete nih. Kita ke Mall yuk.
Casilda melangkahkan kakinya dengan segera. Sharla berlari kecil mengejar Casilda.
CUT TO
25. EXT. AREAL KAMPUS – SIANG
PEMAIN: CASILDA, SHARLA, JIWA, PINBO
Casilda melihat Jiwa di parkiran dan menyalakan motornya. Casilda yang sudah berada di mobil hanya memperhatikan saja. Kemudian ia tersenyum tipis. Sharla yang melihat Casilda jadi bingung. Ia melihat pandangan Casilda dan melihat Cowor berjaket blue jeans yang mengendari motor.
SHARLA
Ohh... Jadi itu cowok yang kamu taksir?
E hem...(berdehem)
CASILDA
Aku menyukainya sejak dulu. Sejak di bangku SMU.
Casilda melajukan mobilnya keluar kampus.
CUT TO.
26. EXT. JALANAN – SIANG
PEMAIN: MARTINI, HAFSA, JIWA, PINBO
Martini terlihat di jalan sambil menangis dan tertawa. Rambutnya awut-awautan. Hafsah melihat Martini ada di jalanan langsung saja menghampiri Martini dan mengajaknya pulang. Awalnya Martini meronta dan menolak
HAFSAH
Maaa… Mama kenapa ada disini?
Ayo kita pulang, Maa…
(sambil menarik lengan Martini)
Matini menghempaskan tangan Hafsa. Ia melihat Hafsa dengan tatapan tajam.
MARTINI
Siapa kau?
HAFSA
Ini Hafsa, Ma… Anak mama. Ayo kita pulang, Ma…
Malu dilihati orang… Ayo, Maa…
(mata Hafsa merebak)
MARTINI
Aku nggak mau pulang!
Enak aja kau nyuruh-nyuruh aku pulang!
Hafsa menangis.
INTER CUT :
Dari jauh terlihat Jiwa mengendarai sepeda motornya. Kemudian ia berhenti ketika melihat Hafsa. Jiwa buru-buru turun begitu melihat Martini. Ia menghentikan sepeda motornya dan memberikannya ke Pinbo. Jiwa menghampiri Martini.
JIWA
Ma… kenapa ada disini?
Ayo kita pulang, Ma… Malu dilihati orang. Ayo, Ma.
(pujuk Jiwa)
Ayolah, Ma….
(sambil mengamit jemari Martini)
MARTINI
Kamu nggak kuliah, Ji? Kok ada disini?
JIWA
Jiwa memang nggak kuliah, Ma. Kan Jiwa mau jaga mama.
Ayo, Ma kita pulang.
Martini mengangguk dan mengikuti ajakan Jiwa. Mereka pulang naik taksi. Motor Jiwa dibawa Pinbo.
CUT TO
27. INT. RUMAH JIWA–SORE
PEMAIN: JIWA, MARTINI
Jiwa sampai di depan rumahnya dan keluar dari taksi. Jiwa memapah Martini masuk ke rumah.
CUT TO
28. INT. DEPAN KAMAR MARTINI – SORE
PEMAIN: JIWA
Jiwa melihat Martini dari balik pintu. Matanya merebak melihat keadaan Martini.
O.S. JIWA
Ya Allah berikan kesabaran atas cobaan yang Kau berikan kepada kami.
Jiwa menghampus air matanya dengan kedua jari tangannya.
CUT TO
29. INT/EXT. TERAS RUMAH JIWA–SORE
PEMAIN: JIWA, HAFSAH
Jiwa melihat Hafsah duduk termenung di teras rumah. Jiwa heran dan menghampiri adiknya.
JIWA
Hafsah..? Kenapa di luar?
HAFSAH
Hafsah sedih melihat mama, Bang...
Kasihan mama. Kenapa ya mama kita jadi seperti itu?
(sedih)
JIWA
Sudahlah... kita bersabar aja. Mungkin ini cobaan dari Allah, Hafsa...
HAFSA
Sampai kapan mama kayak gini, Bang?
Hafsa kasihan melihat mama.
Jiwa terdiam sejenak dan berusaha memberi jawaban ke Hafsa.
JIWA
Hafsa… semuanya kita serahkan saja sama Allah.
Semua itu datangnya dari Allah. Yuk kita masuk. Udah sore.
Hafsa mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Mereka masuk ke dalam rumah.
CUT TO
30. INT. TERAS DEPAN – RUMAH JIWA – MALAM
PEMAIN: SAHAT, JIWA
Sahat duduk di teras sambil membaca majalah. Jiwa keluar dari pintu dan duduk di samping Sahat. Mereka kemudian bercengkrama. Jiwa menanyakan tentang penyakit mama yang tdak kunjung sembuh.
JIWA
Pa, sebenarnya penyakit mama itu apa?
Kasihan mama, Pa. Sebaiknya kita bawa mama berobat ke alternatif.
SAHAT
(Diam sejenak lalu menatap Jiwa dengan lekat)
Papa juga tidak sampai hati melihat mamamu begitu, Ji.
Ini menyangkut masa lalu.
JIWA
Masa lalu? Masa lalu apa, Pa?
Sahat meletakkan majalahnya di atas meja.
SAHAT
Dulu ada seorang laki-laki yang sangat mencintai mamamu. Tapi mama mu tidak mencintainya.
Laki-laki itu pun kecewa dan menguna-gunai papa.
Tapi guna-guna itu tidak bisa tembus ke tubuh papa dan mengenai mama mu.
JIWA
Santet? Siapa yang menyantet mama, Pa?
SAHAT
Sudahlah... semua sudah berlalu. Papa sudah berusaha menyembuhkan mama kamu. Tapi tidak ada hasilnya.
JIWA
Dan papa putus asa? Kasihan mama, Pa.
Jiwa kana cari orang yang sudah menyakiti mama.
(tampak emosi)
PAPA
Kamu jangan gegabah. Papa hanya ingin mama kamu sembuh, itu aja.
JIWA
Pa... Jiwa kasihan melihat mama begitu.
Mama sangat lelah, Pa.
Jiwa tidak akan membiarkan orang itu, Pa.
Jiwa akan cari dia.
Jiwa bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah.
CUT TO
31. INT. KAMAR CASILDA – MALAM
PEMAIN: CASILDA (18)
Casilda melamun di kamarnya. Ia terbayang dengan wajah Jiwa. Ia jatuh hati pada Jiwa.
CASILDA
Hmmm... kamu memang beda dari cowok lain, Ji...
Saat memandangmu.... Saat dekat denganmu...
Aku terasa nyaman...
Casilda terus melamun.
FADE OUT