Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
136. INT. RUMAH RINA - KAMAR BAPAK - SORE HARI
Bapak berbaring lemah di atas kasur. Rina duduk di pinggir kasur dan menyuapkan sesendok demi sesendok bubur ke mulut Bapak. Bapak terlihat sangat lemah sehingga harus dibantu Rina untuk makan. Setelah memberikan minum pada Bapak, Rina meletakkan mangkok bubur di atas meja kecil samping kasur. Rina lalu menyelimuti Bapak yang telah memejamkan mata. Rina beranjak keluar kamar.
CUT TO:
137. EXT. RUMAH RINA - TERAS - SORE HARI
Rina membuka pintu dan berjalan keluar. Ia berdiri menatap sekeliling dan mendongak ke langit dengan tatapan sayu. Terlihat langit yang mulai menguning. Rina menghela napas panjang dan menikmati semilir angin. Tak lama kemudian, matahari pun terbenam.
DISSOLVE TO:
138. EXT. DUSUN - PAGI HARI
Matahari terbit dengan indahnya. Suasana dusun cukup ramai dengan berbagai aktivitas warga. Ada yang ke pasar, beli sayur di tukang sayur keliling, melayani pembeli di warung sembako, berkendara dengan motor, berjalan kaki menuju sawah dan kebun, juga anak - anak yang berangkat sekolah. Matahari pun perlahan meninggi lalu redup menuju sore hari.
CUT TO:
139. EXT. RUMAH MAK PENI - TERAS - SORE HARI
Anak Perempuan Mak Peni bersama tetangganya yaitu para ibu - ibu muda sedang berkumpul menjaga anak - anak mereka yang sedang bermain. Mereka menatap sinis ke rumah besar cukup mewah dan bertingkat yang tampak dari ujung jalan.
ANAK MAK PENI
Tau nggak, sampai sekarang kami
masih bingung gimana itu orang
bisa kaya. Dulu dia yg paling
miskin di kampung ini.
TETANGGA 1
Kan dia merantau, Buk. Biasanya
orang rantau memang lebih sukses.
TETANGGA 2
Tapi banyak yg bilang dia pesugihan.
Karena dirantau juga nggak jelas
kerjanya apa.
Mak Peni yang sudah tua renta keluar rumah menuju teras dan ikut nimbrung bersama para ibu - ibu muda.
MAK PENI
Memang pesugihan dia. Dia itu dekat
dengan si Ipa, orang yg juga
pesugihan sebelumnya dan sekarang
sudah mati. Sudah pasti si Rina itu
diajari pesugihan juga.
TETANGGA 1
Tapi Mak, buk Rina tuh pernah merantau,
nggak seperti nenek Ipa yg tiba tiba kaya.
MAK PENI
Kau tau apa anak kecil!
(menunjuk Anak perempuannya)
Ini anakku jadi saksi. Bapak perempuan
itu sakit-sakitan sampai akhirnya
meninggal. Sudah pasti meninggal karena
ditumbalkan. Itulah selepas Bapak dia
meninggal, perempuan itu lulus sekolah
pula dan dia langsung pergi merantau.
Dari mana dia dapat duit untuk pergi
kalau bukan pesugihan? Bagaimana dia makan
di rantau orang kalau tidak punya uang?
TETANGGA 1
Mungkin aja dari Nek Ipa, Mak.
MAK PENI
Sebelum dia lulus sekolah, Ipa sudah mati!
TETANGGA 1
Tapi banyak, Mak, yang hidup di rantau
orang dengan kerja serabutan.
MAK PENI
Rina itu kerja tidak jelas, tidak ada
yg tahu dia kerja apa di rantau.
Dan kau tahu, sampai hari ini dia
tetap banyak uang padahal tidak kerja.
Usaha yg dia akui di rantau pun
sepi dan tidak laku. Kalau bukan pesugihan
lalu apa? Bahkan perempuan simpanan pun
pasti ketahuan karena tuannya mengunjungi.
Tapi perempuan itu tidak pernah dikunjungi
siapapun. Paham kau?!
TETANGGA 1
(berucap pelan dan mengalah)
Iya, Mak.
Anak perempuan Mak Peni dan si ibu muda lainnya hanya nyengir sinis melihat perdebatan tadi. Lalu Mak Peni yang julid itu pun masuk ke dalam rumah.
CUT TO:
140. INT. RUMAH MEWAH RINA - MALAM HARI
Bulan menyembul dari balik awan. Cahayanya menerangi balkon rumah Rina. Rina yang telah paruh baya duduk sendirian di kursi goyang sambil bersenandung mantra pesugihan di dekat balkon. Rina dengan wajah sedih dan lesu menoleh ke dalam rumah dan terlihatlah air mata Rina yg mengalir. Lalu Rina beranjak mematikan lampu seluruh ruangan dan masuk ke dalam kamarnya, menyalakan lilin di kamar itu dan terdengarlah mantra ritual yang dirapalkan dari balik pintu kamar.
FADE OUT.