Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
112. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI
Rina menghitung jumlah uang di bawah kasurnya yang mencapai puluhan juta. Ia mengikat uang itu dengan karet gelang lalu menyimpannya kembali di bawah kasurnya. Rina lalu duduk di samping kasur dan merenung. Ia mengambil beberapa kertas di samping lilin pesugihan. Dan ketika dibalik, kertas - kertas itu masing - masing berisi tulisan :
ANGGI - MATI
IKA - MATI
DWI - MATI
ARMAN - GILA
TONI - GILA
CUT TO:
113. INT. KELAS - PAGI HARI
Saat Guru sedang sibuk mengoreksi tugas para murid di meja Guru, Rina menoleh curi - curi pandang ke arah Andri yang dibalas lirikan tajam dan buang muka oleh Andri. Rina tahu Andri kesal padanya. Rina menghela napas panjang dengan ekspresi sedih dan tidak menoleh pada Andri lagi.
CUT TO:
114. EXT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI
Rina mengetuk pintu rumah Nek Ipa sambil melirik ke rumah Mak Peni untuk memastikan kalau Mak Peni tidak sedang mengawasinya. Nek Ipa lalu membuka pintu dan Rina pun masuk ke dalam rumah.
CUT TO:
115. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI
Nek Ipa membimbing Rina duduk di sofa ruang tamu. Nek Ipa duduk di korsi goyang sambil tersenyum ceria pada Rina yang juga terlihat bahagia. Mereka berbasa - basi sejenak.
NEK IPA
Bagaimana, Nak? Apa sekarang
kamu sudah puas?
RINA
Puas banget, Nek. Makasih banyak
ya, Nek. Kalau bukan karena Nenek,
mungkin aku masih dibully sekarang.
Dan malah tambah parah dibully mereka.
NEK IPA
(tersenyum)
Mereka sudah dapat ganjaran
sesuai dengan kemauan kamu.
Nggak usah diingat-ingat lagi.
RINA
Iya, Nek.
NEK IPA
Jadi, kenapa kamu ke sini?
Mau amin aja ya.
RINA
(agak ragu)
Emm, Rina mau tanya, Nek.
NEK IPA
Tanya soal apa?
RINA
Kan dendam Rina sudah terbalaskan,
Nek. Semua sakit hati Rina
sudah terlampiaskan juga. Jadi,
Rina mau berhenti melakukan
pesugihan, Nek. Rina sudah cukup
sama uang yang ada sekarang.
Rina nggak sanggup lagi rasanya
melayani Genderuwo itu, Nek.
NEK IPA
(senyumnya memudar)
Pesugihan yang sudah dilakukan
tidak bisa dibatalkan atau dihentikan,
Rin. Kamu sudah terikat dengan
Genderuwo itu selamanya.
RINA
(kaget dan takut, menelan ludah)
Selamanya, Nek?
NEK IPA
(mengangguk mantap)
RINA
Tapi, Nek. Rina nggak sanggup
lagi melayani Genderuwo itu.
Apa nggak ada caranya sama
sekali, Nek, untuk lepas
dari pesugihan?
NEK IPA
(terdiam memandangi
Rina dengan tajam)
RINA
(tiba - tiba teringat sesuatu)
Nek, pasti ada caranya kan?
Apalagi perempuan kan ada
menopouse. Pasti berhenti kan
setelah menopouse, Nek?!
NEK IPA
(berucap tanpa ekspresi)
Darah haid bisa diganti dengan
darahmu sendiri kalau nanti
saatnya menopouse. Tidak ada
alasan untuk tidak melakukan
persembahan. Tubuh dan jiwa
kamu sudah menjadi milik
genderuwo itu, selamanya.
RINA
(protes dengan gusar)
Nggak bisa gitu dong, Nek.
Aku nggak bisa nikah kalau
masih jadi budak Genderuwo yang
pencemburu itu. Aku nggak mau
terus-terusan melakukan pesugihan!
NEK IPA
Ya makanya itu kamu jangan
menikah. Suami Nenek pun dibunuh
Genderuwo karena kecemburuan
Genderuwo itu. Nenek tidak
menikah lagi sampai sekarang.
CUT TO:
116. INT. RUMAH NEK IPA - MALAM HARI
FLASBACK.
Nek Ipa selesai melakukan ritual dan melayani Genderuwo. Ia lalu masuk ke dalam kamar dan melihat suaminya sudah tengkurap di lantai dengan leher yang patah. Nek Ipa hanya mampu menangis sambil memeluk suaminya itu.
CUT TO:
117. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI
Rina menatap Nek Ipa dengan ekspresi kaget dan takut.
RINA
Tapi Nenek paling enggak pernah
menikah. Sedangkan aku belum
menikah sama sekali dan dilarang
menikah sampai kapanpun!
NEK IPA
(berucap pelan)
Ya, itulah resikonya.
Rina terdiam sejenak dan menatap Nek Ipa dengan marah. Ia bahkan hampir menangis.
NEK IPA (CONT’D)
(ekspresi mengejek)
Tidak perlu berpikir untuk
berhenti, Nak. Kamu banyak
dapat manfaat dari pesugihan ini.
RINA
(membentak dan menunjuk wajah Nek Ipa)
Pembohong! Nenek pembohong!
Nenek nggak pernah bilang
kalau pesugihan ini
nggak bisa dihentikan!!!
NEK IPA
Ini sudah takdir, Rina.
Jalani lah takdirmu.
RINA
(masih marah dan gusar)
Kenapa Nenek nggak pernah
bilang kalau pesugihan ini
nggak bisa dihentikan? Kenapa
Nenek nggak pernah ngasih
tau? Kenapa, Nek?
NEK IPA
(tetap tenang)
Sudah takdir, Rina. TAKDIR.
RINA
(semakin gusar)
Enggak, enggak...
Aku nggak mau.
Aku nggak mau, Nek!!!
NEK IPA
(diam tanpa ekspresi
memandangi Rina)
RINA
Aku nggak akan melakukan
ritual itu lagi.
Aku mau berhenti!!!
NEK IPA
(tatapan memperingatkan)
Jangan coba - coba, Rina!
Kamu tidak bisa memutus
perjanjian darah dengan
Genderuwo pesugihan sekehendak
hatimu. Kamu akan kehilangan
semua uang yang sudah kamu
dapatkan, dan kamu terpaksa
menyediakan tumbal!
RINA
Aku nggak peduli dengan semua
uang itu, Nek. Mau hilang,
terbakar, atau habis nggak
bersisa pun terserah!
Aku mau berhenti!
Tumbal sudah ada 3 orang
yang mati. Apalagi yang
Genderuwo itu mau?!
NEK IPA
Ayahmu yang akan menjadi tumbal
selanjutnya kalau kamu berhenti!
Rina tersentak hingga terdiam dan hanya mampun menatap Nek Ipa.
NEK IPA (CONT’D)
Genderuwo itu akan menagih
janjimu sesuai dengan
perjanjian darah yang
sudah kamu buat. Tidak
ada jalan untuk memutus
pesugihan. Karena kamu sudah
menyerahkan dirimu untuk
menjadi budak Genderuwo itu
selamanya. Seperti Nenek yang
juga tidak bisa lepas,
mau bagaimanapun caranya.
Rina kembali murka dan gusar hingga berteriak pada Nek Ipa dengan keras.
RINA
Nenek sengaja menjerumuskan
aku? NENEK SENGAJA MEMBUAT
AKU JADI BUDAK GENDERUWO
JUGA?! IYA NEK?!!!
Nek Ipa tiba - tiba tertawa keras, tertawa jahat dengan ekspresi wajah melotot penuh tipu muslihat.
NEK IPA
(tersenyum manis)
Aku sudah berhasil, Rina.
(senyum berubah menjadi
tatapan tajam dan licik)
Kamu sekarang sudah menjadi
budak setan, sama sepert aku!!!
RINA
Anjing! Biadab! Setan kau, Nek!
NEK IPA
(mata melotot dan ekspresi
memperingatkan, nada suara tajam)
Hati - hati berucap, Rina.
Aku jelas tidak mau menderita
sendiri. Begitu bertemu dengan
orang yang senasib, kenapa tidak
dijerumuskan juga? Toh kamu
mendapat manfaat besar dari
pesugihan. Kenapa kamu marah? hehehe
(terkekeh)
RINA
(menangis keras)
Nenek jahat. Nenek egois.
Kenapa Nek? Aku punya
salah apa sama Nenek?!
NEK IPA
Nenek cuma membantu kamu,
Rin. Kamu kenapa marah?
Rina tidak habis pikir dan juga kehabisan kata - kata. Ia lalu berlari pergi meninggalkan rumah Nek Ipa sambil menangis tersedu - sedu. Meninggalkan pintu rumah Nek Ipa terganga lebar. Sedangkan Nek Ipa duduk tersenyum di kursi goyang dengan santai dan dengan ekspresi penuh kemenangan.
CUT TO:
118. EXT. JALANAN DUSUN - SIANG HARI
Rina berlari keluar rumah Nek Ipa menyusuri jalanan dusun menuju rumahnya sambil menangis tersedu - sedu. Mak Peni yang muncul menuju teras dari dalam rumahnya melihat Rina berlari sambil menangis dan hendak memanggilnya. Namun, Rina berlari sangat cepat. Mak Peni lalu menatap rumah Nek Ipa dan berguman sendiri.
MAK PENI
Diapakan si Ipa Rina sampai nangis
begitu? Dasar nenek-nenek gila!
CUT TO:
119. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SIANG HARI
Rina masuk kamarnya dan menangis tertahan dengan terduduk di samping kasur. Ia lalu melihat lilin - lilin pesugihannya dan dengan marah mematahkan lilin - lilin itu, begitu pula dengna lilin - lilin baru yang di simpannya di bawah kasur, dipatahkannya dan dibuangnya ke plastik sampah di sudut ruangan. Rina lalu membereskan dan membersihkan kamarnya dari sisa - sisa barang pesugihan kecuali uang yang ia simpan di bawah kasur. Ia bertekad kuat untuk berhenti dari pesugihan Genderuwo itu.
CUT TO:
120. EXT. RUMAH RINA - MALAM HARI
Suasana sangat sepi. Rumah Rina terlihat diterangi lampu teras yang agak redup.
CUT TO:
121. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI
Rina sedang tertidur pulas. Tiba-tiba tangan Genderuwo mencekik leher Rina hingga Rina terbangun dengan terkejut penuh ketakutan. Genderuwo itu mencekik Rina dengan marah, matanya melotot tajam, hingga Rina hampir kehabisan napas.
GENDERUWO
Berani kamu berhenti?
Berani kamu berhenti melayaniku?
Rina membuka mata lalu terlonjak bangun dengan napas terengah - engah, keringat mengucur deras dan menatap sekeliling. Ternyata Rina hanya mimpi. Namun ia menelan ludah berkali - kali dan menyentuh leher juga mengusap - usap dadanya untuk menenangkan diri. Rina menangis, tidak bisa tidur kembali dan lalu hanya berbaring nyalang hingga pagi menjelang yang ditandai dengan suara kokok ayam jantan.
CUT TO:
122. INT. KELAS - SIANG HARI
Rina sedang belajar di kelas. Suasan cukup hening karena Bu Guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Rina gelisah. Ia merasa seperti ada seseorang yang sedang mengawasinya. Rina pelan - pelan celingak - celinguk sekeliling kelas. Ketika ia melihat ke atas pintu kelas yang tertutup, Rina melihat penampakan sepasang mata merah sedang memperhatikannya tanpa berkedip. Rina merinding ketakutan lalu menundukkan pandangannya.
Rina pun memalingkan wajah dengan menoleh ke belakang. Rina lalu melihat genderuwo yg berdiri besar dan tegak di ruangan belakang kelasnya. Rina kaget dan menoleh ke depan. Ia terlihat sangat ketakutan dengan tubuh gemetar berusaha tetap duduk di bangkunya.
Genderuwo itu berjalan mendekat dan mencengkeram bahu Rina hingga Rina semakin ketakutan dan meringis kesakitan. Rina menahan sakit dari cengkraman itu dengan menangis tertahan.
Lalu bel pulang berbunyi yg mengagetkan Rina. Cengkramamn Genderuwo itu hilang. Rina pun buru-buru menyimpan bukunya ke dalam tas dan pulang.
CUT TO:
123. INT. RUMAH RINA - SORE HARI
Rina masuk rumah dengan perasaan takut dan berhati - hati berjalan di dalam rumahnya. Ia menatap sekeliling dengan menahan napas, lalu dengan mengendap - endap menuju kamarnya. Saat membuka pintu kamar, sebuah tangan menarik pundak Rina dan membuat Rina menjerit ketakutan. Ternyata tangan itu adalah tangan Bapak.
BAPAK
Kamu kenapa, Nak?
Kenapa ketakutan begitu?
RINA
(napas terngah - engah)
E.. Enggak kenapa-kenapa, Pak
cuma kaget aja.
BAPAK
Masuk rumah kok kayak mau maling.
Rina hanya tersenyum canggung. Sedangkan kening Bapak berkerut penuh tanya.
BAPAK (CONT’D)
Kamu Bapak perhatikan sering
murung belakangan ini. Kenapa Rin,
ada masalah di sekolah?
Ada yang ganggu kamu?
Bilang sama Bapak kalau
ada yang ganggu.
RINA
(menggeleng)
Enggak, Pak. Nggak ada
yang ganggu Rina kok.
BAPAK
Apa kamu udah mulai pacaran?
Udah pacar pacaran ya?
Jangan dulu, Nak.
Sekolah dulu yang benar.
RINA
Rina nggak pacaran kok, Pak.
Cuma lagi stress belajar
aja belakangan ini.
BAPAK
Susah pelajarannya, Nak?
RINA
Lumayan, Pak.
Bapak menatap Rina kasihan. Rina lalu menenangkan Bapak.
RINA (CONT’D)
Rina nggak apa-apa kok, Pak.
Nanti Rina belajar sama teman
Rina yang lebih pintar. Pasti
stress belajar Rina hilang.
BAPAK
(mengangguk)
Kalau perlu les bilang sama Bpaak ya.
Bapak usahakan uangnya.
RINA
Nggak usah, Pak. Teman Rina ada
kok yang mau ngajarin.
BAPAK
Ya udah, Bapak mau nyadap dulu.
Kamu makan yang banyak ya.
Tadi Bapak goreng ikan sungai.
RINA
(tersenyum)
Iya, Pak.
Bapak berlalu pergi keluar rumah membawa pisau sadap. Sedangkan Rina masuk ke dalam kamarnya dengan was - was lalu menutup pintu.
CUT TO:
124. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SORE HARI
Rina mengunci pintu kamarnya. Ia meletakkan tasnya di lantai dan berdiri sejenak melirik sekeliling kamar. Rina kemudian mengangkat kasurnya yg memperlihatkan lautan uang dan menggenggam uang itu lalu bergumam ke arah sekeliling kamar.
RINA
Aku mau berhenti. Aku nggak mau
lagi jadi istrimu. Aku nggak mau
lagi melayanimu. Ambillah uang ini,
tolong jangan ganggu aku lagi!
Suasana hening, sejenak Rina merasa lega, lalu meja riasnya terpotong seperti ditendang dgn kuat. Rina terduduk di atas kasur dan menjerit ketakutan. Lalu ia beranjak pergi dengan terburu - buru membuka kunci kamar.
CUT TO:
125. EXT. JALANAN DUSUN - SORE HARI
Rina berlari menyusuri jalanan dengan menangis ketakutan.
CUT TO:
126. EXT. RUMAH NEK IPA - SORE HARI
Rina sampai di depan pintu rumah. Ia mengetuk pintu dengan keras berulang kali dan memanggil Nek Ipa sambil berteriak.
RINA
(menangis ketakutan)
NEEEKKK, NEK IPA...
BUKA PINTUNYA NEEEKKK...
TOLONG RINA NEEEEKKK!!!
NEK... NEK IPAAA...!!!
CUT TO:
127. INT. RUMAH NEK IPA - SORE HARI
Nek Ipa duduk di kursi goyangnya dengan santai sambil tersenyum dan bersenandung ceria merapalkan mantra pesugihan. Suara panggilan Rina padanya tidak ia jawab sama sekali. Nek Ipa mengabaikan panggilan Rina dan terus bersenandung.
CUT TO:
128. EXT. RUMAH NEK IPA - SORE HARI
Rina berhenti memanggil dan malah menangis tersedu - sedu. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan rumah Nek Ipa dengan menahan tangisnya. Wajahnya terlihat sembab dan depresi.
CUT TO:
129. EXT. JALANAN DUSUN - SORE HARI
Rina berjalan pulang menuju rumahnya. Mak Peni yang sedang duduk di teras melihat Rina yang sembab lalu berdiri dan berjalan cepat menghampiri Rina untuk mencegatnya.
MAK PENI
Rina, ada apa? Kenapa nangis?
RINA
(berhenti berjalan dan menggeleng)
Enggak ada apa - apa, Mak.
Aku cuma lagi sedih, terus tadi
mau curhat sama Nek Ipa. Soalnya
Nek Ipa sudah Rina anggap seperti
ibu Rina sendiri. Tapi kayaknya
Nek Ipa nggak ada di rumah.
MAK PENI
(mencibir sangsi)
Dia zalim sama kamu ya, Rin?
Apa upah kamu membersihkan
rumahnya nggak dia bayar?
Kamu jujur aja sama Mamak Rin!
RINA
(menggeleng)
Enggak, Mak. Enggak kayak gitu.
Nek Ipa udah bayar upahku kok.
Aku cuma lagi stress aja.
MAK PENI
(mengerutkan dahi tanda tidak percaya)
RINA
Aku pamit pulang ya, Mak.
Rina kembali berjalan diiringi tatapan tajam Mak Peni padanya. Mak Peni lalu menoleh ke rumah Nek Ipa dan menatap rumah itu dengan sinis.
CUT TO:
130. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SORE HARI
Rina masuk kamar dan duduk d atas kasur. Ia merenung sejenak lalu berbaring dan tidur.
CUT TO:
131. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MAGHRIB
Rina tersentak bangun dari tidurnya dengan membuka mata secara tiba - tiba. Ia merasa kepanasan dan tubuhnya memang terlihat berkeringat. Rina bangkit duduk sejenak lalu berdiri mengambil handuk dan beranjak keluar kamar.
CUT TO:
132. INT. RUMAH RINA - KAMAR MANDI - MAGHRIB
Rina memegang celana dalamnya yang terkena darah haid. Rina menatap ke sekeliling dengan takut. Ia lalu membuang celana dalam itu ke plastik sampah di sudut kamar mandi. Rina lalu mengambil sikat gigi dan pasta gigi lalu menggosok giginya.
CUT TO:
133. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI
Rina masuk kamar dengan handuk tersampir di bahunya. Ia mengunci diri di dalam kamar. Rina duduk di kasur sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Perasaannya campur aduk. Cemas dan takut mendominasi perasaannya saat ini. Matanya terus mengawasi sekeliling kamar. Rina lalu berbaring nyalang dan melamun.
Tiba - tiba, ia mendengar suara gedebug alias suara sesuatu yang besar dibanting dengan keras ke lantai. Rina terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur. Ia berlari membuka pintu dan keluar kamar.
CUT TO:
134. INT. RUMAH RINA - MALAM HARI
Rina berlari keluar kamar dan melihat Bapak yg terbaring pingsan di lantai dgn separuh badan di dalam kamar Bapak, sedangkan kepalanya di luar pintu kamar. Yang ternyata Bapak sedang dicekik sesosok tangan besar berbulu lebat yg tentu saja Rina tahu kalau itu genderuwo. Rina memekik meminta ayahnya dilepaskan. Tapi genderuwo itu menggeram semakin kuat.
RINA
JANGAAAN!!! JANGAN SAKITI BAPAKKU!!!
GENDERUWO
(menggeram)
Hgggmmmmm....!!!
Rina mencoba menarik tubuh Bapak, namun malah Rina yg dicengkeram dan dibanting hingga membentur dinding. Rina teraring lemas tak berdaya. Lalu samar samar Rina melihat tubuh ayahnya yg diangkat ke atas dan dibanting kedinding juga kemudian di lempar ke lantai hingga membentur kursi kayu. Rina hanya bisa menangis menyaksikan Bapak dianiaya.
Genderuwo itu menggeram kalau ia akan membunuh Bapak sebagai tumbal karena Rina tdk melakukan ritual dan menolak melayaninya.
GENDERUWO (CONT’D)
Kamu mau berhenti jadi istriku?!!!
Menolak ritual dan melayaniku?!
Maka Bapakmu adalah tumbalku!!!
Bapak kembali dicekik. Rina dengan kepala yg mengalirkan darah pelan pelan bangkit lalu berjalan menuju dapur. Rina mengambil korek, lilin dan bungkusan celana dalam yg ia masukkan ke tong sampah dapur. Rina menyalakan lilin itu lalu melemparkan celana dalam berisi darah haid segar lalu membaca mantra sambil menari dengan khusuk. Rina merasakan tubuhnya ditarik dan tangan besar Genderuwo itu memeluk Rina dari belakang lalu menariknya ke dalam kamar. Rina menatap Bapak yang terbaring pingsan di ruang tengah dengan tangisan. Lalu saat ia sampai di pintu kamarnya dan melihat mata Bapak yg bergerak, Rina memekik ketakutan (takut ayahnya mati dan takut akan melayani si genderuwo). Rina melambai dan memanggil Bapak dengan keras.
RINA
(menangis dan berteriak ketakutan)
BAPAAAAAKKK!!!!!!!!!!
Lalu pintu kamar pun tertutup dengan keras.
DISSOLVE TO:
135. INT. RUMAH RINA - DAPUR - SORE HARI
Rina memasak bubur di dapur. Wajahnya terlihat murung dan pucat. Baju kaos dan rok panjang membuat penampilan Rina sangat polos. Rambut panjangnya tergerai dengan indah. Rina mengaduk bubur dengan fokus lalu menuang beberapa sendok bubur ke dalam mangkok yang telah berisi sendok. Rina lalu membawa bubur itu menuju kamar Bapak.
CUT TO: