Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sugih
Suka
Favorit
Bagikan
9. #9
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

112. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI

Rina menghitung jumlah uang di bawah kasurnya yang mencapai puluhan juta. Ia mengikat uang itu dengan karet gelang lalu menyimpannya kembali di bawah kasurnya. Rina lalu duduk di samping kasur dan merenung. Ia mengambil beberapa kertas di samping lilin pesugihan. Dan ketika dibalik, kertas - kertas itu masing - masing berisi tulisan : 


ANGGI - MATI

IKA - MATI

DWI - MATI

ARMAN - GILA

TONI - GILA


CUT TO:


113. INT. KELAS - PAGI HARI 

Saat Guru sedang sibuk mengoreksi tugas para murid di meja Guru, Rina menoleh curi - curi pandang ke arah Andri yang dibalas lirikan tajam dan buang muka oleh Andri. Rina tahu Andri kesal padanya. Rina menghela napas panjang dengan ekspresi sedih dan tidak menoleh pada Andri lagi. 


CUT TO:


114. EXT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI

Rina mengetuk pintu rumah Nek Ipa sambil melirik ke rumah Mak Peni untuk memastikan kalau Mak Peni tidak sedang mengawasinya. Nek Ipa lalu membuka pintu dan Rina pun masuk ke dalam rumah.


CUT TO:


115. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI

Nek Ipa membimbing Rina duduk di sofa ruang tamu. Nek Ipa duduk di korsi goyang sambil tersenyum ceria pada Rina yang juga terlihat bahagia. Mereka berbasa - basi sejenak.


NEK IPA

Bagaimana, Nak? Apa sekarang

kamu sudah puas?


RINA

Puas banget, Nek. Makasih banyak

ya, Nek. Kalau bukan karena Nenek,

mungkin aku masih dibully sekarang.

Dan malah tambah parah dibully mereka.


NEK IPA

(tersenyum)

Mereka sudah dapat ganjaran

sesuai dengan kemauan kamu.

Nggak usah diingat-ingat lagi.


RINA

Iya, Nek.


NEK IPA

Jadi, kenapa kamu ke sini?

Mau amin aja ya.


RINA

(agak ragu)

Emm, Rina mau tanya, Nek.


NEK IPA

Tanya soal apa?


RINA

Kan dendam Rina sudah terbalaskan,

Nek. Semua sakit hati Rina

sudah terlampiaskan juga. Jadi,

Rina mau berhenti melakukan

pesugihan, Nek. Rina sudah cukup

sama uang yang ada sekarang.

Rina nggak sanggup lagi rasanya

melayani Genderuwo itu, Nek.


NEK IPA

(senyumnya memudar)

Pesugihan yang sudah dilakukan

tidak bisa dibatalkan atau dihentikan,

Rin. Kamu sudah terikat dengan

Genderuwo itu selamanya.


RINA

(kaget dan takut, menelan ludah)

Selamanya, Nek?


NEK IPA

(mengangguk mantap)


RINA

Tapi, Nek. Rina nggak sanggup

lagi melayani Genderuwo itu.

Apa nggak ada caranya sama

sekali, Nek, untuk lepas

dari pesugihan?


NEK IPA

(terdiam memandangi

Rina dengan tajam)


RINA

(tiba - tiba teringat sesuatu)

Nek, pasti ada caranya kan?

Apalagi perempuan kan ada

menopouse. Pasti berhenti kan

setelah menopouse, Nek?!


NEK IPA

(berucap tanpa ekspresi)

Darah haid bisa diganti dengan

darahmu sendiri kalau nanti

saatnya menopouse. Tidak ada

alasan untuk tidak melakukan

persembahan. Tubuh dan jiwa

kamu sudah menjadi milik

genderuwo itu, selamanya.


RINA

(protes dengan gusar)

Nggak bisa gitu dong, Nek.

Aku nggak bisa nikah kalau

masih jadi budak Genderuwo yang

pencemburu itu. Aku nggak mau

terus-terusan melakukan pesugihan!


NEK IPA

Ya makanya itu kamu jangan

menikah. Suami Nenek pun dibunuh

Genderuwo karena kecemburuan

Genderuwo itu. Nenek tidak

menikah lagi sampai sekarang.


CUT TO:

116. INT. RUMAH NEK IPA - MALAM HARI

FLASBACK.

Nek Ipa selesai melakukan ritual dan melayani Genderuwo. Ia lalu masuk ke dalam kamar dan melihat suaminya sudah tengkurap di lantai dengan leher yang patah. Nek Ipa hanya mampu menangis sambil memeluk suaminya itu. 


CUT TO:


117. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI

Rina menatap Nek Ipa dengan ekspresi kaget dan takut.


RINA

Tapi Nenek paling enggak pernah

menikah. Sedangkan aku belum

menikah sama sekali dan dilarang

menikah sampai kapanpun!


NEK IPA

(berucap pelan)

Ya, itulah resikonya.


Rina terdiam sejenak dan menatap Nek Ipa dengan marah. Ia bahkan hampir menangis.


NEK IPA (CONT’D)

(ekspresi mengejek)

Tidak perlu berpikir untuk

berhenti, Nak. Kamu banyak

dapat manfaat dari pesugihan ini. 


RINA

(membentak dan menunjuk wajah Nek Ipa)

Pembohong! Nenek pembohong!

Nenek nggak pernah bilang

kalau pesugihan ini

nggak bisa dihentikan!!!


NEK IPA

Ini sudah takdir, Rina.

Jalani lah takdirmu.


RINA

(masih marah dan gusar)

Kenapa Nenek nggak pernah

bilang kalau pesugihan ini

nggak bisa dihentikan? Kenapa

Nenek nggak pernah ngasih

tau? Kenapa, Nek?


NEK IPA

(tetap tenang)

Sudah takdir, Rina. TAKDIR.


RINA

(semakin gusar)

Enggak, enggak...

Aku nggak mau.

Aku nggak mau, Nek!!!


NEK IPA

(diam tanpa ekspresi

memandangi Rina)


RINA

Aku nggak akan melakukan

ritual itu lagi.

Aku mau berhenti!!!


NEK IPA

(tatapan memperingatkan)

Jangan coba - coba, Rina!

Kamu tidak bisa memutus

perjanjian darah dengan

Genderuwo pesugihan sekehendak

hatimu. Kamu akan kehilangan

semua uang yang sudah kamu

dapatkan, dan kamu terpaksa

menyediakan tumbal!


RINA

Aku nggak peduli dengan semua

uang itu, Nek. Mau hilang,

terbakar, atau habis nggak

bersisa pun terserah!

Aku mau berhenti!

Tumbal sudah ada 3 orang

yang mati. Apalagi yang

Genderuwo itu mau?!


NEK IPA

Ayahmu yang akan menjadi tumbal

selanjutnya kalau kamu berhenti!


Rina tersentak hingga terdiam dan hanya mampun menatap Nek Ipa. 


NEK IPA (CONT’D)

Genderuwo itu akan menagih

janjimu sesuai dengan

perjanjian darah yang

sudah kamu buat. Tidak

ada jalan untuk memutus

pesugihan. Karena kamu sudah

menyerahkan dirimu untuk

menjadi budak Genderuwo itu

selamanya. Seperti Nenek yang

juga tidak bisa lepas,

mau bagaimanapun caranya.


Rina kembali murka dan gusar hingga berteriak pada Nek Ipa dengan keras.


RINA

Nenek sengaja menjerumuskan

aku? NENEK SENGAJA MEMBUAT

AKU JADI BUDAK GENDERUWO

JUGA?! IYA NEK?!!!


Nek Ipa tiba - tiba tertawa keras, tertawa jahat dengan ekspresi wajah melotot penuh tipu muslihat.

 

NEK IPA

(tersenyum manis)

Aku sudah berhasil, Rina.

(senyum berubah menjadi

tatapan tajam dan licik)

Kamu sekarang sudah menjadi

budak setan, sama sepert aku!!!


RINA

Anjing! Biadab! Setan kau, Nek!


NEK IPA

(mata melotot dan ekspresi

memperingatkan, nada suara tajam)

Hati - hati berucap, Rina.

Aku jelas tidak mau menderita

sendiri. Begitu bertemu dengan

orang yang senasib, kenapa tidak

dijerumuskan juga? Toh kamu

mendapat manfaat besar dari

pesugihan. Kenapa kamu marah? hehehe

(terkekeh)


RINA

(menangis keras)

Nenek jahat. Nenek egois.

Kenapa Nek? Aku punya

salah apa sama Nenek?!


NEK IPA

Nenek cuma membantu kamu,

Rin. Kamu kenapa marah?


Rina tidak habis pikir dan juga kehabisan kata - kata. Ia lalu berlari pergi meninggalkan rumah Nek Ipa sambil menangis tersedu - sedu. Meninggalkan pintu rumah Nek Ipa terganga lebar. Sedangkan Nek Ipa duduk tersenyum di kursi goyang dengan santai dan dengan ekspresi penuh kemenangan.


CUT TO:


118. EXT. JALANAN DUSUN - SIANG HARI

Rina berlari keluar rumah Nek Ipa menyusuri jalanan dusun menuju rumahnya sambil menangis tersedu - sedu. Mak Peni yang muncul menuju teras dari dalam rumahnya melihat Rina berlari sambil menangis dan hendak memanggilnya. Namun, Rina berlari sangat cepat. Mak Peni lalu menatap rumah Nek Ipa dan berguman sendiri.


MAK PENI

Diapakan si Ipa Rina sampai nangis

begitu? Dasar nenek-nenek gila!


CUT TO:


119. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SIANG HARI

Rina masuk kamarnya dan menangis tertahan dengan terduduk di samping kasur. Ia lalu melihat lilin - lilin pesugihannya dan dengan marah mematahkan lilin - lilin itu, begitu pula dengna lilin - lilin baru yang di simpannya di bawah kasur, dipatahkannya dan dibuangnya ke plastik sampah di sudut ruangan. Rina lalu membereskan dan membersihkan kamarnya dari sisa - sisa barang pesugihan kecuali uang yang ia simpan di bawah kasur. Ia bertekad kuat untuk berhenti dari pesugihan Genderuwo itu. 


CUT TO:


120. EXT. RUMAH RINA - MALAM HARI

Suasana sangat sepi. Rumah Rina terlihat diterangi lampu teras yang agak redup. 


CUT TO:


121. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI

Rina sedang tertidur pulas. Tiba-tiba tangan Genderuwo mencekik leher Rina hingga Rina terbangun dengan terkejut penuh ketakutan. Genderuwo itu mencekik Rina dengan marah, matanya melotot tajam, hingga Rina hampir kehabisan napas.


GENDERUWO

Berani kamu berhenti?

Berani kamu berhenti melayaniku?


Rina membuka mata lalu terlonjak bangun dengan napas terengah - engah, keringat mengucur deras dan menatap sekeliling. Ternyata Rina hanya mimpi. Namun ia menelan ludah berkali - kali dan menyentuh leher juga mengusap - usap dadanya untuk menenangkan diri. Rina menangis, tidak bisa tidur kembali dan lalu hanya berbaring nyalang hingga pagi menjelang yang ditandai dengan suara kokok ayam jantan.


CUT TO:


122. INT. KELAS - SIANG HARI

Rina sedang belajar di kelas. Suasan cukup hening karena Bu Guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Rina gelisah. Ia merasa seperti ada seseorang yang sedang mengawasinya. Rina pelan - pelan celingak - celinguk sekeliling kelas. Ketika ia melihat ke atas pintu kelas yang tertutup, Rina melihat penampakan sepasang mata merah sedang memperhatikannya tanpa berkedip. Rina merinding ketakutan lalu menundukkan pandangannya.

Rina pun memalingkan wajah dengan menoleh ke belakang. Rina lalu melihat genderuwo yg berdiri besar dan tegak di ruangan belakang kelasnya. Rina kaget dan menoleh ke depan. Ia terlihat sangat ketakutan dengan tubuh gemetar berusaha tetap duduk di bangkunya. 

Genderuwo itu berjalan mendekat dan mencengkeram bahu Rina hingga Rina semakin ketakutan dan meringis kesakitan. Rina menahan sakit dari cengkraman itu dengan menangis tertahan. 

Lalu bel pulang berbunyi yg mengagetkan Rina. Cengkramamn Genderuwo itu hilang. Rina pun buru-buru menyimpan bukunya ke dalam tas dan pulang.


CUT TO:


123. INT. RUMAH RINA - SORE HARI

Rina masuk rumah dengan perasaan takut dan berhati - hati berjalan di dalam rumahnya. Ia menatap sekeliling dengan menahan napas, lalu dengan mengendap - endap menuju kamarnya. Saat membuka pintu kamar, sebuah tangan menarik pundak Rina dan membuat Rina menjerit ketakutan. Ternyata tangan itu adalah tangan Bapak. 


BAPAK

Kamu kenapa, Nak?

Kenapa ketakutan begitu?


RINA

(napas terngah - engah)

E.. Enggak kenapa-kenapa, Pak

cuma kaget aja.


BAPAK

Masuk rumah kok kayak mau maling.


Rina hanya tersenyum canggung. Sedangkan kening Bapak berkerut penuh tanya.


BAPAK (CONT’D)

Kamu Bapak perhatikan sering

murung belakangan ini. Kenapa Rin,

ada masalah di sekolah?

Ada yang ganggu kamu?

Bilang sama Bapak kalau

ada yang ganggu.


RINA

(menggeleng)

Enggak, Pak. Nggak ada

yang ganggu Rina kok.


BAPAK

Apa kamu udah mulai pacaran?

Udah pacar pacaran ya?

Jangan dulu, Nak.

Sekolah dulu yang benar.


RINA

Rina nggak pacaran kok, Pak.

Cuma lagi stress belajar

aja belakangan ini. 


BAPAK

Susah pelajarannya, Nak?


RINA

Lumayan, Pak. 


Bapak menatap Rina kasihan. Rina lalu menenangkan Bapak.


RINA (CONT’D)

Rina nggak apa-apa kok, Pak.

Nanti Rina belajar sama teman

Rina yang lebih pintar. Pasti

stress belajar Rina hilang.


BAPAK

(mengangguk)

Kalau perlu les bilang sama Bpaak ya.

Bapak usahakan uangnya.


RINA

Nggak usah, Pak. Teman Rina ada

kok yang mau ngajarin.


BAPAK

Ya udah, Bapak mau nyadap dulu.

Kamu makan yang banyak ya.

Tadi Bapak goreng ikan sungai.


RINA

(tersenyum)

Iya, Pak.


Bapak berlalu pergi keluar rumah membawa pisau sadap. Sedangkan Rina masuk ke dalam kamarnya dengan was - was lalu menutup pintu.


CUT TO:


124. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SORE HARI

Rina mengunci pintu kamarnya. Ia meletakkan tasnya di lantai dan berdiri sejenak melirik sekeliling kamar. Rina kemudian mengangkat kasurnya yg memperlihatkan lautan uang dan menggenggam uang itu lalu bergumam ke arah sekeliling kamar.


RINA

Aku mau berhenti. Aku nggak mau

lagi jadi istrimu. Aku nggak mau

lagi melayanimu. Ambillah uang ini,

tolong jangan ganggu aku lagi!


Suasana hening, sejenak Rina merasa lega, lalu meja riasnya terpotong seperti ditendang dgn kuat. Rina terduduk di atas kasur dan menjerit ketakutan. Lalu ia beranjak pergi dengan terburu - buru membuka kunci kamar.


CUT TO:

125. EXT. JALANAN DUSUN - SORE HARI

Rina berlari menyusuri jalanan dengan menangis ketakutan.


CUT TO:


126. EXT. RUMAH NEK IPA - SORE HARI

Rina sampai di depan pintu rumah. Ia mengetuk pintu dengan keras berulang kali dan memanggil Nek Ipa sambil berteriak.


RINA

(menangis ketakutan)

NEEEKKK, NEK IPA...

BUKA PINTUNYA NEEEKKK...

TOLONG RINA NEEEEKKK!!!

NEK... NEK IPAAA...!!!


CUT TO:


127. INT. RUMAH NEK IPA - SORE HARI

Nek Ipa duduk di kursi goyangnya dengan santai sambil tersenyum dan bersenandung ceria merapalkan mantra pesugihan. Suara panggilan Rina padanya tidak ia jawab sama sekali. Nek Ipa mengabaikan panggilan Rina dan terus bersenandung.


CUT TO:


128. EXT. RUMAH NEK IPA - SORE HARI

Rina berhenti memanggil dan malah menangis tersedu - sedu. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan rumah Nek Ipa dengan menahan tangisnya. Wajahnya terlihat sembab dan depresi. 


CUT TO:


129. EXT. JALANAN DUSUN - SORE HARI

Rina berjalan pulang menuju rumahnya. Mak Peni yang sedang duduk di teras melihat Rina yang sembab lalu berdiri dan berjalan cepat menghampiri Rina untuk mencegatnya. 


MAK PENI

Rina, ada apa? Kenapa nangis?


RINA

(berhenti berjalan dan menggeleng)

Enggak ada apa - apa, Mak.

Aku cuma lagi sedih, terus tadi

mau curhat sama Nek Ipa. Soalnya

Nek Ipa sudah Rina anggap seperti

ibu Rina sendiri. Tapi kayaknya

Nek Ipa nggak ada di rumah.


MAK PENI

(mencibir sangsi)

Dia zalim sama kamu ya, Rin?

Apa upah kamu membersihkan

rumahnya nggak dia bayar?

Kamu jujur aja sama Mamak Rin!


RINA

(menggeleng)

Enggak, Mak. Enggak kayak gitu.

Nek Ipa udah bayar upahku kok.

Aku cuma lagi stress aja.


MAK PENI 

(mengerutkan dahi tanda tidak percaya)


RINA

Aku pamit pulang ya, Mak.


Rina kembali berjalan diiringi tatapan tajam Mak Peni padanya. Mak Peni lalu menoleh ke rumah Nek Ipa dan menatap rumah itu dengan sinis.


CUT TO:


130. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SORE HARI

Rina masuk kamar dan duduk d atas kasur. Ia merenung sejenak lalu berbaring dan tidur.


CUT TO:


131. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MAGHRIB

Rina tersentak bangun dari tidurnya dengan membuka mata secara tiba - tiba. Ia merasa kepanasan dan tubuhnya memang terlihat berkeringat. Rina bangkit duduk sejenak lalu berdiri mengambil handuk dan beranjak keluar kamar.


CUT TO:


132. INT. RUMAH RINA - KAMAR MANDI - MAGHRIB

Rina memegang celana dalamnya yang terkena darah haid. Rina menatap ke sekeliling dengan takut. Ia lalu membuang celana dalam itu ke plastik sampah di sudut kamar mandi. Rina lalu mengambil sikat gigi dan pasta gigi lalu menggosok giginya. 


CUT TO:


133. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI

Rina masuk kamar dengan handuk tersampir di bahunya. Ia mengunci diri di dalam kamar. Rina duduk di kasur sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Perasaannya campur aduk. Cemas dan takut mendominasi perasaannya saat ini. Matanya terus mengawasi sekeliling kamar. Rina lalu berbaring nyalang dan melamun. 

Tiba - tiba, ia mendengar suara gedebug alias suara sesuatu yang besar dibanting dengan keras ke lantai. Rina terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur. Ia berlari membuka pintu dan keluar kamar.


CUT TO:


134. INT. RUMAH RINA - MALAM HARI

Rina berlari keluar kamar dan melihat Bapak yg terbaring pingsan di lantai dgn separuh badan di dalam kamar Bapak, sedangkan kepalanya di luar pintu kamar. Yang ternyata Bapak sedang dicekik sesosok tangan besar berbulu lebat yg tentu saja Rina tahu kalau itu genderuwo. Rina memekik meminta ayahnya dilepaskan. Tapi genderuwo itu menggeram semakin kuat. 


RINA

JANGAAAN!!! JANGAN SAKITI BAPAKKU!!!


GENDERUWO

(menggeram)

Hgggmmmmm....!!!


Rina mencoba menarik tubuh Bapak, namun malah Rina yg dicengkeram dan dibanting hingga membentur dinding. Rina teraring lemas tak berdaya. Lalu samar samar Rina melihat tubuh ayahnya yg diangkat ke atas dan dibanting kedinding juga kemudian di lempar ke lantai hingga membentur kursi kayu. Rina hanya bisa menangis menyaksikan Bapak dianiaya. 

Genderuwo itu menggeram kalau ia akan membunuh Bapak sebagai tumbal karena Rina tdk melakukan ritual dan menolak melayaninya. 


GENDERUWO (CONT’D)

Kamu mau berhenti jadi istriku?!!!

Menolak ritual dan melayaniku?!

Maka Bapakmu adalah tumbalku!!!


Bapak kembali dicekik. Rina dengan kepala yg mengalirkan darah pelan pelan bangkit lalu berjalan menuju dapur. Rina mengambil korek, lilin dan bungkusan celana dalam yg ia masukkan ke tong sampah dapur. Rina menyalakan lilin itu lalu melemparkan celana dalam berisi darah haid segar lalu membaca mantra sambil menari dengan khusuk. Rina merasakan tubuhnya ditarik dan tangan besar Genderuwo itu memeluk Rina dari belakang lalu menariknya ke dalam kamar. Rina menatap Bapak yang terbaring pingsan di ruang tengah dengan tangisan. Lalu saat ia sampai di pintu kamarnya dan melihat mata Bapak yg bergerak, Rina memekik ketakutan (takut ayahnya mati dan takut akan melayani si genderuwo). Rina melambai dan memanggil Bapak dengan keras.


RINA

(menangis dan berteriak ketakutan)

BAPAAAAAKKK!!!!!!!!!!


Lalu pintu kamar pun tertutup dengan keras.


DISSOLVE TO:


135. INT. RUMAH RINA - DAPUR - SORE HARI

Rina memasak bubur di dapur. Wajahnya terlihat murung dan pucat. Baju kaos dan rok panjang membuat penampilan Rina sangat polos. Rambut panjangnya tergerai dengan indah. Rina mengaduk bubur dengan fokus lalu menuang beberapa sendok bubur ke dalam mangkok yang telah berisi sendok. Rina lalu membawa bubur itu menuju kamar Bapak. 


CUT TO:

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)