Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
94. EXT. PASAR - SIANG HARI
Dari kejauhan, Rina memasukkan 1 plastik asoy besar ke dalam tasnya lalu berjalan pergi meninggalkan pasar.
CUT TO:
95. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SORE HARI
Rina terlihat sangat segar setelah mandi. Ia mengeluarkan plastik asoy besar berisi bodycare, skincare wajah dan jedai dari dalam tasnya. Rina meletakkan bodycare dan skincare juga jedai di atas meja rias tuanya, berdekatan dengan cermin murah persegi kecil. Rina pun mengoleskan handbody itu dengan fokus lalu tersenyum karena tubuhnya wangi. Lalu Rina memoles skincare di wajah sambil bercermin.
CUT TO:
96. INT. KELAS - PAGI HARI
Rina memasuki kelas dengan tampilan yang lebih segar. Ia memakai jedai barunya dan terlihat lebih percaya diri. Anggi memandang Rina dengan sinis. Sedangkan seorang siswa laki - laki bernama Andri menatap Rina terpesona. Andri bergerak mendekati Rina dan duduk di sampingnya.
ANDRI
Rin, kamu udah ngerjain tugas?
RINA
(tersenyum)
Udah. Kenapa?
ANDRI
Nggak apa - apa, nanya aja.
Takutnya kamu belum bikin.
RINA
Udah kok.
Andri lalu berjalan pindah ke bangkunya. Bel masuk pun berbunyi.
CUT TO:
97. INT. KELAS - SIANG HARI
Anggi makan jajanan sambil berjalan masuk k dalam kelas. Ia menatap sinis pada Rina dan Andri yang sedang makan jajanan berdua di bangku Rina. Anggi duduk di bangkunya dan memperlihatkan ekspresi jijik mendengar Rina dan Andri yang bercanda tawa.
CUT TO:
98. INT. KELAS - SIANG HARI
Bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa sibuk membereskan peralatan belajar. Rina menyandang tas dan beranjak keluar kelas. Namun, baru saja Rina berdiri, Anggi menjambak rambut Rina dari belakang hingga Rina terduduk di kursinya dengan keras. Anggi lalu berjalan keluar kelas dengan tanpa dosa diiringi tatapan kesal Siswi 1, 2, dan 3 juga Teman 1, 2, dan 3. Lalu Andri menghampiri Rina dan mengajaknya pulang bersama.
ANDRI
(menunjukkan perhatian)
Kamu ngga apa - apa, Rin?
RINA
(tersenyum)
Enggak apa - apa kok.
Rina pun berdiri dan disambut dengan senyum Andri. Mereka lalu berjalan keluar kelas.
CUT TO:
99. EXT. RUMAH RINA - SIANG HARI
Andri mengantar Rina hingga ke depan rumahnya. Andri lalu pamit pada Rina.
RINA
(senyum manis)
Makasih ya, udah
nganterin aku pulang.
ANDRI
Sama - sama, Rin. Aku pamit
langsung balik ya.
RINA
(mengangguk)
Andri lalu berbalik pergi. Rina memperhatikan kepergian Andri. Sesekali Andri menoleh pada Rina dan tersenyum manis yang dibalas senyum malu - malu oleh Rina. Andri pun tidak terlihat lagi di ujung jalan. Lalu Rina pun beranjak masuk ke dalam rumah.
CUT TO:
100. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI
Rina menyalakan lilin, meletakkan pembalut berisi darah haidnya, menari kecil dan merapalkan mantra dengan perasaan takut karena tiba - tiba merinding. Perasaan Rina tidak enak. Apalagi angin bertiup cukup kencang dan membuat lilin yang menyala hanya tinggal 1 saja. Saat Rina selesai menyalakan kembali lilin - lilin itu, tangan besar berbulu genderuwo mencengkeram bahu Rina lalu membanting tubuhnya ke atas kasur. Genderuwo melotot dan menggeram marah pada Rina yang membuat Rina melotot ketakutan.
GENDERUWO
Tidak ada laki - laki yang boleh menikahi istriku. Sekali lagi kamu berani bermesraan dengan laki - laki manusia, aku bunuh laki - laki itu. Sampai kapan pun kamu tidak boleh menikah. Mengerti kamu budak?
Rina terkejut dengan kata - kata si Genderuwo hingga tidak segera menjawab. Genderuwo itu lalu mencengkeram leher Rina dan Rina dengan terbata - bata menjawab.
RINA
I.. Iya..iya, Tuan.
Mata merah si Genderuwo masih menyala menatap Rina, namun cengkraman tangannya di leher Rina perlahan ia lepaskan. Lalu dengan kasarnya si Genderuwo itu menyibak kain rok Rina dan memaksa Rina berhubungan badan hingga suara deritas kasur Rina terdengar kencang.
CUT TO:
101. EXT. RUMAH RINA - TERAS - MALAM HARI
Bapak yang sedang merokok lagi - lagi mendengar suara deritan kasur Rina dan kali ini bergumam.
BAPAK
Sudah lapuk apa kayu kasur Rina?
Kalau nggak diganti lama-lama bisa
ambruk. Nantilah aku cari kayu dulu.
DISSOLVE TO:
102. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - PAGI HARI
Rina bangkit dari kasur dengan mengernyitkan dahi. Tubuhnya terasa sakit semua. Ia memijat lengan, leher, dan memukul - mukul punggungnya. Rina terlihat sangat pegal.
CUT TO:
103. INT. KELAS - PAGI HARI
Rina masuk kelas dan langsung duduk di bangkunya. Andri tersenyum melihat Rina dan segera mendekatinya.
ANDRI
Rin, nanti siang ke kantin yuk?
RINA
(ketus)
Enggak ah. Aku di kelas aja.
ANDRI
(mencoba mengajak)
Ayolah, Rin. Aku traktir.
RINA
Aku punya uang, kok. Makasih.
ANDRI
Ya udah nanti kita makan
di kelas aja ya.
Rina tidak menjawab, lalu Andri pun pergi. Rina terlihat murung dan sedih.
CUT TO:
104. INT. KELAS - SIANG HARI
Bel istirahat berbunyi. Andri menghampiri Rina, namun Rina malah pergi meninggalkannya.
ANDRI
Rin, aku beli jajan dulu ya.
Kamu tunggu di sini.
RINA
Aku mau ke WC, Ndri. Nggak usah
repot-repot beliin aku jajan.
Rina lalu beranjak pergi. Meninggalkan Andri yang terdiam bingung lalu beranjak pergi juga. Anggi yang melihat adegan barusan menatap sinis pada keeprgian Rina dan Andri.
ANGGI
Huh, sok cantik.
CUT TO:
105. INT. KELAS - SIANG HARI
Anggi sedang mencorat - coret baju Rina seperti biasa. Rina terlihat tidak terganggu dan dengan fokus mencatat materi pelajaran di papan tulis. Sedangkan Andri memperhatikan kelakuan Anggi dengan tatapan kesal.
Lalu bel pulang sekolah pun berbunyi. Murid - murid sibuk membereskan alat tulis, menyandang tas, dan berjalan keluar kelas. Rina pun hendak pulang, namun Anggi malah mencoret bajunya hingga penuh 1 seragam di bagian belakang. Rina menoleh dengan kesal pada Anggi yang malah tersenyum mengejek. Rina lalu beranjak keluar kelas dengan wajah penuh amarah. Sedangkan Anggi masih sibuk membereskan buku dan alat tulisnya. Andri berlari menyusul Rina.
CUT TO:
106. EXT. KORIDOR SEKOLAH -
Rina berjalan dengan cepat karena sedang kesal. ANdri menghampirinya dan berusaha menghiburnya.
ANDRI
Rin, Rina!
Kamu nggak apa - apa?
RINA
(tidak menjawab dan
terus berjalan cepat)
ANDRI
Kamu pasti kesel banget
ya, Rin?
RINA
(masih tidak menjawab
dan terus berjalan)
ANDRI
Aku bantu bawa baju kamu
ke laundry. Besok kamu
tinggal terima beres aja.
RINA
Nggak usah! Aku bisa
cuci baju ini sendiri.
ANDRI
Aku bantu, Rin.
Rina lalu berhenti berjalan, begitu juga Andri. Rina menatap Andri kesal.
RINA
Andri, tolong ya nggak sok
baik sama aku. Selama ini
kita nggak begitu kenal, jadi
sekarang nggak usah sok akrab.
Aku bisa ngatasin masalahku
sendiri. Makasih untuk
tawaran bantuannya. Maaf.
Rina lalu pergi meninggalkan Andri yang terbengong sendiri.
CUT TO:
107. INT. RUMAH ANGGI - KAMAR ANGGI - MALAM HARI
Anggi sedang tidur pulas di kamarnya. Ia tiba - tiba berkeringat dan gelisah. Anggi juga mengernyitkan dahinya dan tubuhnya berbaring bergerak - gerak tidak nyaman.
CUT TO:
108. EXT. DUSUN - TENGAH MALAM
Anggi berlari di tengah kebun dan kabut tipis. Ia berlari ke sana kemari hingga berkeringat dan hampir menangis. Terlihat di belakangnya sesosok makhluk hitam besar bermata merah berjalan ke arahnya. Anggi terus berlari. Sesekali ia berteriak meminta tolong dan bersembunyi dibalik pohon - pohon besar. Lalu saat Anggi sedang berjalan keluar dari balik pohon itu, terdengar suara sesuatu terjatuh dengan keras dari atas pohon di belakangnya. Anggi menoleh dan terlihatlah Ika yang terduduk memanggil namanya.
IKA
(bergumam lirih)
Anggi... tolong...
Anggi membeku sejenak dengan gemetar ketakutan. Lalu Ika bergerak merangkak ke arahnya sambil terus meminta tolong, membuat Anggi melotot ketakutan hingga berlari menjauhinya. Anggi terus berlari dan berlari di dalam kabut tipis yang mengganggu penglihatannya. Hingga ia lalu tersandung dan terjatuh. Saat bangkit duduk, Anggi melihat sosok Dwi dengan leher yang patah berbaring di tanah memelototinya dan berbisik lirih meminta tolong, persis seperti Ika.
DWI
Anggi... tolong...
Anggi menangis ketakutan lalu dengan tergesa - gesa segera berdiri dan berlari kembali. Ia menangis dan berteriak meminta tolong sambil terus berlari ke sana - kemari. Kabut tipis membuatnya harus mengibaskan tangan agar tidak mengganggu penglihatannya. Anggi lalu menabrak sesosok tubuh hitam besar bermata merah di depannya yang merupakan Genderuwo. Anggi terjatuh dan terduduk. Genderuwo itu kemudian menjambak rambutnya hingga Anggi terpekik karena merasa kesakitan. Anggi lalu diangkat tinggi - tinggi dan dibanting ke tanah. Leher Anggi patah dan Anggi pun tewas seketika.
CUT TO:
109. INT. RUMAH ANGGI - PAGI HARI
ART sedang menyiapkan sarapan. Ibu Anggi mencicipi masakan ART tersebut. Lalu Ibu Anggi memerintahkan ART nya untuk membangunkan Anggi yang tidak kunjung keluar kamar.
IBU ANGGI
Anggi kenapa belum keluar
ya? Udah jam segini loh.
(menoleh pada ART)
Atin, kamu panggil Anggi suruh
cepet sarapan biar nggak
telat sekolah!
ART
Iya, Buk.
ART mengetuk pintu kamar Anggi dan memanggil nama Anggi dnegan sopan, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.
ART (CONT’D)
Non, Non Anggi!
Ayok sarapan, Non!
Karena tidak ada jawaban dari Anggi, ART itu pun kembali pada Ibu Anggi yang sedang menuangkan nasi ke piring di meja makan.
ART (CONT’D)
Buk, saya sudah panggil Non
Anggi. Tapi nggak dijawab.
Ibu Anggi lalu meletakkan sendok nasi dan berjalan menuju kamar Anggi sambil mengomel.
IBU ANGGI
Kamu tuh emang nggak becus!
Sesampainya di depan pintu kamar Anggi, Sang ibu mengetuk pintu dan memanggil Anggi agar keluar kamar.
IBU ANGGI (CONT’D)
(mengetuk pintu)
Sayaaang, ayok sarapan!
Nanti kamu terlambat loh!
Karena Anggi tidak juga menjawab dan pintu kamarnya pun terkunci. Sang ibu lalu mengambil kunci serep di laci lemari dan membuka kamar Anggi. Saat masuk ke dalam kamar, sang ibu melihat Anggi yang masih tidur dengan berselimut. Sang ibu berusaha membangunkan Anggi, namun Anggi tidak menjawab sama sekali.
IBU ANGGI (CONT’D)
Sayang, kamu kok belum bangun
sih? Kamu nggak sekolah apa?
Ibu Anggi mengelus - elus wajah Anggi dan mengguncang - guncang tubuh Anggi dengan lembut. Namun, Anggi tidak juga bergerak. Saat sang ibu menjadi panik, terlihatlah leher Anggi yang membiru. Ibu Anggi berteriak kencang memanggil suaminya.
IBU ANGGI (CONT’D)
Anggi! Bangun, Nak. Kamu kenapa?
Ya ampun leher kamu kenapa
memar begini?
(berteriak)
Anggiii!!! Papaaa!!!
Anak kita, Pa!!! Anggiii!!!
Sang ibu menangis pilu sambil memeluk Anggi yang terbaring pucat tak bergerak sama sekali.
CUT TO:
110. INT. KELAS - PAGI HARI MENJELANG SIANG
Pak Guru memberitahu tentang meninggalnya Anggi kepada murid - muridnya.
TEMAN 3
Innalillahi wa innailaihi roji’un...
Murid - murid di kelas juga mengucapkan kalimat tersebut secara bersamaan.
SISWA 2
Penyebab meninggalnya karena
apa, Pak?
PAK GURU
Katanya leher Anggi patah.
Kemungkinan cedera yang nggak
disadari sewaktu jatuh dari
tempat tidur. Jadi, ketika sudah
parah, Anggi sudah nggak bisa
minta tolong dan perlahan-lahan
meninggal karena sesak nafas.
Murid - murid berbisik heboh, “ngeri banget ya?”.
PAK GURU (CONT’D)
Hari ini kita pulang cepat,
sama-sama kita melayat Anggi.
MURID - MURID
Iya, Pak.
Teman sebangku Rina lalu mengucapkan sesuatu yang tidak terduga pada Rina.
TEMAN SEBANGKU RINA
Semua yg jahat sama kamu
sudah dapat karmanya, Rin.
Rina menoleh kaget mendnegar perkataan temannya itu. Lalu Rina mengangguk setuju dan merenung.
CUT TO:
111. EXT. JALANAN DUSUN - SIANG HARI
Rina berjalan melewati rumah Nek Ipa sambil makan jajanan. Mak Peni yang sedang menjemur pakaian melihat Rina dari halaman rumahnya lalu menghampiri Rina ke pinggir jalan.
MAK PENI
(berjalan menghampiri Rina)
Rin, kamu udah pulang sekolah?
RINA
(berhenti berjalan untuk
menjawab Mak Peni)
Eh, Mak Peni. Lagi jemur
baju, Mak?
MAK PENI
Iya. Baru sempat nyuci siang
tadi. Kamu jajan apa, Rin?
Dikasih duit sama Ipa ya?
RINA
(terdiam)
MAK PENI
Kamu hati-hati, Rin, sama Ipa.
Dia itu pesugihan. Jangan mau
kamu dikasih duit sama dia.
Tempo hari kamu dikasih duit
untuk beli ikan juga kan?
Jangan tertipu sama kebaikannya,
Rin. Nanti kamu bisa jadi
tumbal pesugihan. Itu teman-teman
kamu yang meninggal dari dusun
sebelah, jangan-jangan sudah
jadi tumbal. Nggak wajar matinya
mereka itu.
RINA
(masih terdiam dan hanya
mengangguk - angguk saja)
MAK PENI
Mak Peni cuma ngasih tau kamu,
Rin. Supaya kamu nggak jadi
korban. Hati - hati kamu tuh.
Jangan mau terima duit apapun
dari si Ipa itu. Jahat orang itu.
RINA
(mengangguk)
Iya, Mak. Rina pulang dulu
ya, Mak. Mau nyuci juga.
Mak Peni mengangguk dan Rina pun berlalu. Mak Peni kemudian menatap rumah Nek Ipa dengan melotot sinis.
CUT TO: