Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sugih
Suka
Favorit
Bagikan
8. #8
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

94. EXT. PASAR - SIANG HARI

Dari kejauhan, Rina memasukkan 1 plastik asoy besar ke dalam tasnya lalu berjalan pergi meninggalkan pasar.


CUT TO:


95. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - SORE HARI

Rina terlihat sangat segar setelah mandi. Ia mengeluarkan plastik asoy besar berisi bodycare, skincare wajah dan jedai dari dalam tasnya. Rina meletakkan bodycare dan skincare juga jedai di atas meja rias tuanya, berdekatan dengan cermin murah persegi kecil. Rina pun mengoleskan handbody itu dengan fokus lalu tersenyum karena tubuhnya wangi. Lalu Rina memoles skincare di wajah sambil bercermin.


CUT TO:


96. INT. KELAS - PAGI HARI 

Rina memasuki kelas dengan tampilan yang lebih segar. Ia memakai jedai barunya dan terlihat lebih percaya diri. Anggi memandang Rina dengan sinis. Sedangkan seorang siswa laki - laki bernama Andri menatap Rina terpesona. Andri bergerak mendekati Rina dan duduk di sampingnya.


ANDRI

Rin, kamu udah ngerjain tugas?


RINA

(tersenyum)

Udah. Kenapa?


ANDRI

Nggak apa - apa, nanya aja.

Takutnya kamu belum bikin.


RINA

Udah kok.


Andri lalu berjalan pindah ke bangkunya. Bel masuk pun berbunyi.


CUT TO:


97. INT. KELAS - SIANG HARI

Anggi makan jajanan sambil berjalan masuk k dalam kelas. Ia menatap sinis pada Rina dan Andri yang sedang makan jajanan berdua di bangku Rina. Anggi duduk di bangkunya dan memperlihatkan ekspresi jijik mendengar Rina dan Andri yang bercanda tawa. 


CUT TO:


98. INT. KELAS - SIANG HARI 

Bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa sibuk membereskan peralatan belajar. Rina menyandang tas dan beranjak keluar kelas. Namun, baru saja Rina berdiri, Anggi menjambak rambut Rina dari belakang hingga Rina terduduk di kursinya dengan keras. Anggi lalu berjalan keluar kelas dengan tanpa dosa diiringi tatapan kesal Siswi 1, 2, dan 3 juga Teman 1, 2, dan 3. Lalu Andri menghampiri Rina dan mengajaknya pulang bersama.


ANDRI

(menunjukkan perhatian)

Kamu ngga apa - apa, Rin?


RINA

(tersenyum)

Enggak apa - apa kok.


Rina pun berdiri dan disambut dengan senyum Andri. Mereka lalu berjalan keluar kelas. 


CUT TO:


99. EXT. RUMAH RINA - SIANG HARI

Andri mengantar Rina hingga ke depan rumahnya. Andri lalu pamit pada Rina.


RINA

(senyum manis)

Makasih ya, udah

nganterin aku pulang.


ANDRI

Sama - sama, Rin. Aku pamit

langsung balik ya.


RINA

(mengangguk)


Andri lalu berbalik pergi. Rina memperhatikan kepergian Andri. Sesekali Andri menoleh pada Rina dan tersenyum manis yang dibalas senyum malu - malu oleh Rina. Andri pun tidak terlihat lagi di ujung jalan. Lalu Rina pun beranjak masuk ke dalam rumah. 


CUT TO:


100. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - MALAM HARI

Rina menyalakan lilin, meletakkan pembalut berisi darah haidnya, menari kecil dan merapalkan mantra dengan perasaan takut karena tiba - tiba merinding. Perasaan Rina tidak enak. Apalagi angin bertiup cukup kencang dan membuat lilin yang menyala hanya tinggal 1 saja. Saat Rina selesai menyalakan kembali lilin - lilin itu, tangan besar berbulu genderuwo mencengkeram bahu Rina lalu membanting tubuhnya ke atas kasur. Genderuwo melotot dan menggeram marah pada Rina yang membuat Rina melotot ketakutan. 


GENDERUWO

Tidak ada laki - laki yang boleh menikahi istriku. Sekali lagi kamu berani bermesraan dengan laki - laki manusia, aku bunuh laki - laki itu. Sampai kapan pun kamu tidak boleh menikah. Mengerti kamu budak?

Rina terkejut dengan kata - kata si Genderuwo hingga tidak segera menjawab. Genderuwo itu lalu mencengkeram leher Rina dan Rina dengan terbata - bata menjawab.


RINA

I.. Iya..iya, Tuan.


Mata merah si Genderuwo masih menyala menatap Rina, namun cengkraman tangannya di leher Rina perlahan ia lepaskan. Lalu dengan kasarnya si Genderuwo itu menyibak kain rok Rina dan memaksa Rina berhubungan badan hingga suara deritas kasur Rina terdengar kencang.


CUT TO:


101. EXT. RUMAH RINA - TERAS - MALAM HARI

Bapak yang sedang merokok lagi - lagi mendengar suara deritan kasur Rina dan kali ini bergumam.


BAPAK

Sudah lapuk apa kayu kasur Rina?

Kalau nggak diganti lama-lama bisa

ambruk. Nantilah aku cari kayu dulu. 


DISSOLVE TO:


102. INT. RUMAH RINA - KAMAR RINA - PAGI HARI 

Rina bangkit dari kasur dengan mengernyitkan dahi. Tubuhnya terasa sakit semua. Ia memijat lengan, leher, dan memukul - mukul punggungnya. Rina terlihat sangat pegal.


CUT TO:


103. INT. KELAS - PAGI HARI 

Rina masuk kelas dan langsung duduk di bangkunya. Andri tersenyum melihat Rina dan segera mendekatinya.

 

ANDRI

Rin, nanti siang ke kantin yuk?


RINA

(ketus)

Enggak ah. Aku di kelas aja.


ANDRI

(mencoba mengajak)

Ayolah, Rin. Aku traktir. 


RINA

Aku punya uang, kok. Makasih.


ANDRI

Ya udah nanti kita makan

di kelas aja ya.


Rina tidak menjawab, lalu Andri pun pergi. Rina terlihat murung dan sedih.


CUT TO:


104. INT. KELAS - SIANG HARI

Bel istirahat berbunyi. Andri menghampiri Rina, namun Rina malah pergi meninggalkannya.


ANDRI

Rin, aku beli jajan dulu ya.

Kamu tunggu di sini.


RINA

Aku mau ke WC, Ndri. Nggak usah

repot-repot beliin aku jajan.


Rina lalu beranjak pergi. Meninggalkan Andri yang terdiam bingung lalu beranjak pergi juga. Anggi yang melihat adegan barusan menatap sinis pada keeprgian Rina dan Andri.


ANGGI

Huh, sok cantik.


CUT TO:


105. INT. KELAS - SIANG HARI

Anggi sedang mencorat - coret baju Rina seperti biasa. Rina terlihat tidak terganggu dan dengan fokus mencatat materi pelajaran di papan tulis. Sedangkan Andri memperhatikan kelakuan Anggi dengan tatapan kesal.

Lalu bel pulang sekolah pun berbunyi. Murid - murid sibuk membereskan alat tulis, menyandang tas, dan berjalan keluar kelas. Rina pun hendak pulang, namun Anggi malah mencoret bajunya hingga penuh 1 seragam di bagian belakang. Rina menoleh dengan kesal pada Anggi yang malah tersenyum mengejek. Rina lalu beranjak keluar kelas dengan wajah penuh amarah. Sedangkan Anggi masih sibuk membereskan buku dan alat tulisnya. Andri berlari menyusul Rina.


CUT TO:


106. EXT. KORIDOR SEKOLAH - 

Rina berjalan dengan cepat karena sedang kesal. ANdri menghampirinya dan berusaha menghiburnya.


ANDRI

Rin, Rina!

Kamu nggak apa - apa?


RINA

(tidak menjawab dan

terus berjalan cepat)


ANDRI

Kamu pasti kesel banget

ya, Rin?


RINA

(masih tidak menjawab

dan terus berjalan)


ANDRI

Aku bantu bawa baju kamu

ke laundry. Besok kamu

tinggal terima beres aja.


RINA

Nggak usah! Aku bisa

cuci baju ini sendiri. 


ANDRI

Aku bantu, Rin.


Rina lalu berhenti berjalan, begitu juga Andri. Rina menatap Andri kesal.


RINA

Andri, tolong ya nggak sok

baik sama aku. Selama ini

kita nggak begitu kenal, jadi

sekarang nggak usah sok akrab.

Aku bisa ngatasin masalahku

sendiri. Makasih untuk

tawaran bantuannya. Maaf.


Rina lalu pergi meninggalkan Andri yang terbengong sendiri.


CUT TO:


107. INT. RUMAH ANGGI - KAMAR ANGGI - MALAM HARI

Anggi sedang tidur pulas di kamarnya. Ia tiba - tiba berkeringat dan gelisah. Anggi juga mengernyitkan dahinya dan tubuhnya berbaring bergerak - gerak tidak nyaman.


CUT TO:


108. EXT. DUSUN - TENGAH MALAM

Anggi berlari di tengah kebun dan kabut tipis. Ia berlari ke sana kemari hingga berkeringat dan hampir menangis. Terlihat di belakangnya sesosok makhluk hitam besar bermata merah berjalan ke arahnya. Anggi terus berlari. Sesekali ia berteriak meminta tolong dan bersembunyi dibalik pohon - pohon besar. Lalu saat Anggi sedang berjalan keluar dari balik pohon itu, terdengar suara sesuatu terjatuh dengan keras dari atas pohon di belakangnya. Anggi menoleh dan terlihatlah Ika yang terduduk memanggil namanya.


IKA

(bergumam lirih)

Anggi... tolong...


Anggi membeku sejenak dengan gemetar ketakutan. Lalu Ika bergerak merangkak ke arahnya sambil terus meminta tolong, membuat Anggi melotot ketakutan hingga berlari menjauhinya. Anggi terus berlari dan berlari di dalam kabut tipis yang mengganggu penglihatannya. Hingga ia lalu tersandung dan terjatuh. Saat bangkit duduk, Anggi melihat sosok Dwi dengan leher yang patah berbaring di tanah memelototinya dan berbisik lirih meminta tolong, persis seperti Ika.


DWI

Anggi... tolong...


Anggi menangis ketakutan lalu dengan tergesa - gesa segera berdiri dan berlari kembali. Ia menangis dan berteriak meminta tolong sambil terus berlari ke sana - kemari. Kabut tipis membuatnya harus mengibaskan tangan agar tidak mengganggu penglihatannya. Anggi lalu menabrak sesosok tubuh hitam besar bermata merah di depannya yang merupakan Genderuwo. Anggi terjatuh dan terduduk. Genderuwo itu kemudian menjambak rambutnya hingga Anggi terpekik karena merasa kesakitan. Anggi lalu diangkat tinggi - tinggi dan dibanting ke tanah. Leher Anggi patah dan Anggi pun tewas seketika.


CUT TO:


109. INT. RUMAH ANGGI - PAGI HARI 

ART sedang menyiapkan sarapan. Ibu Anggi mencicipi masakan ART tersebut. Lalu Ibu Anggi memerintahkan ART nya untuk membangunkan Anggi yang tidak kunjung keluar kamar.


IBU ANGGI

Anggi kenapa belum keluar

ya? Udah jam segini loh. 

(menoleh pada ART)

Atin, kamu panggil Anggi suruh

cepet sarapan biar nggak

telat sekolah!


ART

Iya, Buk.


ART mengetuk pintu kamar Anggi dan memanggil nama Anggi dnegan sopan, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.


ART (CONT’D)

Non, Non Anggi!

Ayok sarapan, Non!


Karena tidak ada jawaban dari Anggi, ART itu pun kembali pada Ibu Anggi yang sedang menuangkan nasi ke piring di meja makan.


ART (CONT’D)

Buk, saya sudah panggil Non

Anggi. Tapi nggak dijawab.


Ibu Anggi lalu meletakkan sendok nasi dan berjalan menuju kamar Anggi sambil mengomel. 


IBU ANGGI

Kamu tuh emang nggak becus!


Sesampainya di depan pintu kamar Anggi, Sang ibu mengetuk pintu dan memanggil Anggi agar keluar kamar.


IBU ANGGI (CONT’D)

(mengetuk pintu)

Sayaaang, ayok sarapan!

Nanti kamu terlambat loh!


Karena Anggi tidak juga menjawab dan pintu kamarnya pun terkunci. Sang ibu lalu mengambil kunci serep di laci lemari dan membuka kamar Anggi. Saat masuk ke dalam kamar, sang ibu melihat Anggi yang masih tidur dengan berselimut. Sang ibu berusaha membangunkan Anggi, namun Anggi tidak menjawab sama sekali. 


IBU ANGGI (CONT’D)

Sayang, kamu kok belum bangun

sih? Kamu nggak sekolah apa?


Ibu Anggi mengelus - elus wajah Anggi dan mengguncang - guncang tubuh Anggi dengan lembut. Namun, Anggi tidak juga bergerak. Saat sang ibu menjadi panik, terlihatlah leher Anggi yang membiru. Ibu Anggi berteriak kencang memanggil suaminya.


IBU ANGGI (CONT’D)

Anggi! Bangun, Nak. Kamu kenapa?

Ya ampun leher kamu kenapa

memar begini? 

(berteriak)

Anggiii!!! Papaaa!!!

Anak kita, Pa!!! Anggiii!!!


Sang ibu menangis pilu sambil memeluk Anggi yang terbaring pucat tak bergerak sama sekali.


CUT TO:


110. INT. KELAS - PAGI HARI MENJELANG SIANG

Pak Guru memberitahu tentang meninggalnya Anggi kepada murid - muridnya.


TEMAN 3

Innalillahi wa innailaihi roji’un...


Murid - murid di kelas juga mengucapkan kalimat tersebut secara bersamaan.


SISWA 2

Penyebab meninggalnya karena

apa, Pak?


PAK GURU

Katanya leher Anggi patah.

Kemungkinan cedera yang nggak

disadari sewaktu jatuh dari

tempat tidur. Jadi, ketika sudah

parah, Anggi sudah nggak bisa

minta tolong dan perlahan-lahan

meninggal karena sesak nafas.


Murid - murid berbisik heboh, “ngeri banget ya?”.


PAK GURU (CONT’D)

Hari ini kita pulang cepat,

sama-sama kita melayat Anggi.


MURID - MURID

Iya, Pak.


Teman sebangku Rina lalu mengucapkan sesuatu yang tidak terduga pada Rina.


TEMAN SEBANGKU RINA

Semua yg jahat sama kamu

sudah dapat karmanya, Rin.


Rina menoleh kaget mendnegar perkataan temannya itu. Lalu Rina mengangguk setuju dan merenung.


CUT TO:


111. EXT. JALANAN DUSUN - SIANG HARI

Rina berjalan melewati rumah Nek Ipa sambil makan jajanan. Mak Peni yang sedang menjemur pakaian melihat Rina dari halaman rumahnya lalu menghampiri Rina ke pinggir jalan.


MAK PENI

(berjalan menghampiri Rina)

Rin, kamu udah pulang sekolah?


RINA

(berhenti berjalan untuk

menjawab Mak Peni)

Eh, Mak Peni. Lagi jemur

baju, Mak?


MAK PENI

Iya. Baru sempat nyuci siang

tadi. Kamu jajan apa, Rin?

Dikasih duit sama Ipa ya?


RINA

(terdiam)


MAK PENI

Kamu hati-hati, Rin, sama Ipa.

Dia itu pesugihan. Jangan mau

kamu dikasih duit sama dia.

Tempo hari kamu dikasih duit

untuk beli ikan juga kan?

Jangan tertipu sama kebaikannya,

Rin. Nanti kamu bisa jadi

tumbal pesugihan. Itu teman-teman

kamu yang meninggal dari dusun

sebelah, jangan-jangan sudah

jadi tumbal. Nggak wajar matinya

mereka itu. 


RINA

(masih terdiam dan hanya

mengangguk - angguk saja)


MAK PENI

Mak Peni cuma ngasih tau kamu,

Rin. Supaya kamu nggak jadi

korban. Hati - hati kamu tuh.

Jangan mau terima duit apapun

dari si Ipa itu. Jahat orang itu.


RINA

(mengangguk)

Iya, Mak. Rina pulang dulu

ya, Mak. Mau nyuci juga.


Mak Peni mengangguk dan Rina pun berlalu. Mak Peni kemudian menatap rumah Nek Ipa dengan melotot sinis.


CUT TO:


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)