Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sugih
Suka
Favorit
Bagikan
2. #2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

21. EXT. RUMAH NEK IPA/JALANAN DUSUN - SORE HARI

Terlihat dari jauh Rina keluar dari rumah Nek Ipa dan berjalan pergi. Di jalanan dusun, Rina dicegat seorang ibu-ibu julid yang memperhatikannya sedari tadi di teras rumah.


MAK PENI

Rina!


RINA

Eh, Mak Peni.


MAK PENI

Kamu dekat sama Ipa?


RINA

Nek Ipa? Enggak Mak, baru hari

ini Rina mampir ke rumah Nek Ipa,

bantu bawakkan pucuk ubi untuk

gulai.


MAK PENI

Rin, kamu jangan terlalu dekat

dengan si Ipa. Karena gosipnya

Nek Ipa punya pesugihan.

 

RINA

Pesugihan apa, Mak? Tuyul?


MAK PENI

Enggak tahu pesugihan apa. Tapi,

orang sini sudah tahu semua kalau

Ipa itu melakukan pesugihan. Makanya

dia kaya. Kamu jangan lah terlalu

dekat. Takutnya kamu jadi tumbal.


RINA

Kalau masih gosip berarti kan

enggak benar mak.


MAK PENI

Memang nggak ada buktinya Rin.

Tapi, ponakan emak meninggal

setelah nerima uang jajan dari

si Ipa.


CUT TO:


22. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI

Flashback : Keponakan Mak Peni menyapu rumah Nek Ipa cut to diberi uang oleh Nek Ipa cut to memakan jajan di rumahnya, si ponakan tiba-tiba jatuh ke lantai dan mati. Ayah ibunya juga neneknya panik mengerumuminya. Nek Ipa dipelototi si ibu-ibu julid dan keluarganya. 

 

MAK PENI

Meskipun uang jajan itu

dikasih karena ponakan emak

kerja membersihkan rumah si

Ipa, tapi orang dusun lebih

yakin kalau Ipa menumbalkan

ponakan emak untuk pesugihannya

itu. Karena Ipa itu sudah

lama dicurigai melakukan

pesugihan untuk jadi kaya.


BACK TO:


23. EXT. JALANAN DUSUN - PASAR - SIANG HARI

Flashback : Nek Ipa dan suaminya jualan sayur seadanya dan dipandang sinis oleh Mak Peni dan geng ibu - ibu lainnya. Lalu terlihat rumah Nek Ipa yang dibangun berikut dengan warung sayur dan sembakonya yang besar.


MAK PENI

Ipa itu dulunya cuma jualan

sayur di pasar. Tiba-tiba

jadi punya modal untuk berdagang

sayur dalam jumlah besar sampai

bisa bikin warung dan jadi kaya.

Bahkan anak-anaknya pun kaya semua.

Punya toko di kota. Tapi, cucu

dia 3 orang mati tiba-tiba,

apalagi kalau bukan jadi tumbal.

Jangan - jangan suaminya mati

karena ditumbalkan juga. 


RINA

(geleng - geleng tidak setuju)


MAK PENI

Cerdiknya si Ipa itu, dia

nyuruh anak anaknya tinggal

di kota supaya nggak ketahuan

warga kampung pesugihannya

dan jadi heboh. 


Rina hanya diam dengan ekspresi ketidaksukaan pada tuduhan Mak Peni terhadap Nek Ipa.


MAK PENI (CONT’D)

Jadi, kamu jangan dekat-dekat

dengan Ipa. Bahaya.


RINA

(mengangguk)


Iya mak. Rina pamit ya mak.

Udah sore.


MAK PENI

Yoook.


Mak Peni memandang marah ke rumah Nek Ipa.


CUT TO:


24. INT. KELAS - PAGI HARI 

Lengan baju Rina lagi-lagi dicoret Anggi hingga terdengar bel istirahat. Para siswa ada yang pergi ke kantin dan ada juga yang makan bekal nasi atau jajanan di dalam kelas. Sedangkan Rina yang selesai menulis materi pelajaran di papan tulis lanjut menggambar di belakang bukunya.

Dwi mengeluarkan 1 kantong plastik putih berisi kacang rebus dari laci mejanya yang diberikannya kepada Anggi & Ika. Meraka makan kacang dengan lahap, sedangkan kulit kacangnya mereka lemparkan ke rambut & badan Rina. Rina kaget & hanya diam. Murid murid di kelas hanya memperhatikan dengan geleng geleng atau bahkan tidak peduli. Siswi di samping bangku Rina yang sedang makan bekal & mendengarkan lagu lewat headset sampai ternganga melihat Rina diperlakukan seperti itu.

Arman dan Toni masuk kelas Rina dan langsung menghampiri Anggi, Ika, dan Dwi yg gumpul di bangku belakang Rina. Toni menarik Ika untuk duduk di bangku sudut belakang berdua. Arman PDKT ke Anggi, sedangkan Dwi melipir ke bangkunya dan main hp sambil makan kacang di bangku sudut pojok belakang juga yg berlawanan arah dgn Ika dan Toni. Mereka semua makan kacang dan melempar kulitnya ke Rina. Teman -teman lainnya hanya menatap heran saja.


ARMAN

Enak kacangnya?


ANGGI

Enak dong. Masa enggak.


ARMAN

Jalan yok.


ANGGI

Ke mana?


ARMAN

Ke mana kamu mau.


ANGGI

Malas ah.


Toni merayu Ika, mereka bicara berbisik-bisik berdua.


TONI

Yang ayok nanti malam, Yang.


IKA

(menggoda manja)

Apa sih?


CUT TO:


ARMAN

(merayu)

Ayok lah, kamu nih diajak

jalan malas terus.

ANGGI


Pamit sama papa mama aku

kalo berani.


ARMAN

Amanlah itu.


ANGGI

Emang kamu ngajak aku kemana?

Aku nggak mau ya makan di kaki

lima.


ARMAN

Lesehan yg paling enak.


ANGGI

(meremehkan)

Ckk, kalo cuma lesehan aku

nggak mau.


BACK TO:


TONI

Ayok lah, Yang, keluar nanti

malam kita, Yang. Makan bakso

nanti.


IKA

(manja)

Ah bakso terus, bosaaan.


TONI

Pecel lele Yang, pecel lele


IKA

Beneran?


BACK TO:


ARMAN

Resto mana yg kamu mau?


ANGGI

(ngejek)

Kamu mampunya yg mana? 


ARMAN

(kesal)

Nonton bioskop aja yok?


ANGGI

Aku tuh nggak boleh pulang malam.

 

ARMAN

Ah culun. Ya udah sore aja. Ayok lah.


ANGGI

Lihat nanti lah ya, bisa atau enggak.


BACK TO:


TONI

Iya Sayaaangnya aku. Ya Yang,

kita keluar ya. Udah sakit

kepalaku ini,Yang.


IKA

(cemberut menggoda)

Nanti kita gituannya di mana?


TONI

Tempat biasa, Yang, rumah kosong


IKA

Ah masa rumah kosong lagi…

banyak nyamuuuk. Nanti ada

ular juga.


TONI

(merayu)

Enggak lah Yang. Kalau ada ular,

aku usir lah. Nggak mungkin aku

biarkan ular gigit kamu.


IKA

Modal dikit ngapa sih, Yang?


TONI

Lagi bokek Yang. Udah nggak tahan

lagi ini.


IKA

(sambil mengelus muka depan

pacarnya)

Huh, nggak tahan nggak tahan.

 

TONI

Ayoklah Yang, ya?


IKA

Pecel lele tapi ya.


TONI

Iya aman. Nunggu aku punya duit

tapi ya. Pake duit kamu dulu.


IKA

(merengek manja)

‘Aaaahhh


TONI

(menggigit jari pacarnya)

Gigit nih gigit 


IKA

(ketawa genit)


Siswi yg duduk di depan mereka sambil pakai headset (siswi yang duduk di samping bangku Rina) geleng-geleng geli jijik mendengar percakapan Toni dan Ika. 

Bel masuk berbunyi. Rina buru - buru menutup bukunya dan memungut kulit kacang yang berserakan di sekitar bangkunya, sedangkan Arman & Toni lewat di depan Rina yang sedang memunguti kulit kacang itu. 

Pak Guru masuk kelas & melihat Rina yang sedang memungut kulit kacang yang berserakan. 


PAK GURU

Apa itu yang dipungut? Kulit kacang?

Kok bisa berserakan kayak gitu?

Jorok sekali kamu makan sampai

berserakan ke mana-mana?


ANGGI

(nyeletuk)

Emang dia jorok Pak.

(berbisik)

Maklumlah, melarat.


Dwi & Ika tertawa kecil.


RINA

(berdiri)

Permisi Pak, saya buang sampah dulu.


PAK GURU

Hem, yang benar buangnya. Nanti

berserakan pula di sekitar bak

sampah.

(ke siswa lainnya)

Kemaren saya kasih tugas enggak?


PARA SISWA

(menjawab serentak)

Enggak Pak.


CUT TO:


25. INT./EXT. KELAS - SIANG HARI

Bel pulang berbunyi. Anggi cs buru - buru keluar kelas. Rina menatap mereka lega karena tidak mengejeknya seperti kemarin. Para siswa pun berberes peralatan belajar dan ada yang sambil mengobrol. Rina menyandang tas & bersama beberapa siswa berjalan keluar kelas. Lalu saat Rina keluar dari pintu kelas, Rina disiram Dwi dengan sekantong kulit kacang yg dipungut dari tong sampah. Anggi cs termasuk Arman & Toni tertawa keras. Teman - teman Rina hanya menatap saja tanpa ada yang membela. Anggi cs pun beranjak pulang sambil terus tertawa.


ANGGI

Pungutin tuh. Gembel!


Rina memunguti kulit kacang itu dgn ekspresi hampir menangis. 


CUT TO:


26. INT. RUMAH ANGGI - SIANG HARI

Anggi masuk rumah dan melihat ayahnya sedang ngobrol dengan 3 orang tamu lelaki. Anggi menyapa ayahnya , “Papa!”, yg dijawab dgn lambaian tangan dan menyapa ibunya yg sedang bikin minum dibantu ART nya.


ANGGI

(menyalami ibunya)

Mama.


IBU ANGGI

Kamu ganti baju gih, terus

langsung makan. Itu mama masakin

kesukaan kamu. Itu juga ada

bakso, bentar lagi mateng.


ANGGI

(mengambil 1 kue di atas meja)

Mmm, enak banget, Ma. Beli di

mana kuenya?


IBU ANGGI

(ekspresi meremehkan)

Pesen online dong sayang.

Di sini mana ada yang bisa

bikin kue enak dan bersih.

 

Anggi makan kue dengan lahap. Ibu Anggi masih menyeduh kopi lalu menoleh ke ART nya yang sedang mencicipi 1 sendok kuah lalu menuangkan micin ke kuah bakso. 


IBU ANGGI (CONT’D)

Eh, Atin, kamu nambahin micin

lagi?


ART

Iya, buk. Saya tambahin sedikit.

Tadi masih kurang rasanya.


Ibu Anggi selesai menyeduh lalu menuju dandang kuah bakso dan mencicipi kuahnya. Keningnya mengernyit. 


IBU ANGGI 

Ini udah asin, Atin. Kamu mau

bikin kuah ini jadi rasa garam

apa gimana?


ART

Tadi saya coba masih hambar buk.

Jadi saya tambahin lagi. Saya di

rumah biasanya gitu buk.


IBU ANGGI 

Ya jangan dibawa dong kebiasaan

kamu di rumah ke sini. Kamu sama

keluargamu suka makanan asin.

Bukan berarti kami juga suka.

Kan saya udah bilang, perhatiin

orang rumah sini sukanya makanan

yang gimana. Jangan malah kamu

pake kebiasaan melarat kamu di

sini. Emangnya tamu saya mau

kamu suguhi makanan rasa garem.

Saya yang malu.


Anggi tersenyum sinis melihat ARTnya di marahi.


IBU ANGGI (CONT’D)

Sana, anter minuman.

Jangan ditambahin gula lagi!


ART

Iya buk.


ART pergi mengambil minuman di meja dapur lalu pergi mengantar minuman. Anggi mendekati ibunya yang sedang mengaduk kuah bakso. Anggi bersandar di dekat meja kompor.


ANGGI

Ma, Anggi mau jalan-jalan

sama temen-temen nanti sore.

Nonton bioskop.


IBU ANGGI

Nggak usah sayang, jauh bioskop itu.

Mama sama Papa lagi sibuk mau masuk

musim politik. Papa kamu lagi

persiapan untuk pemilihan Kepala

Desa. Mama takut kamu kenapa-napa.

Takut diincar sama lawannya Papa

kamu. Kamu ajak temen-teman kamu

ke rumah aja ya. Mama beliin

jajan, sama itu ada bakso. Kenyang

teman-teman kamu main ke sini. Ya?


ANGGI

Iya Ma.


Anggi lalu beranjak ke kamarnya, melepas tas dan duduk di kasur, mengambil HP di tas & memberitahu teman-temannya lewat grup chat WA.

Isi Pesan : Guys, aku nggak boleh pergi nanti sore, soalnya mamaku takut aku diincar lawan politik papaku. Jadi, kalian aja yang ke rumah aku. Aman kok, banyak jajanan. Aku tunggu di rumah ya.


CUT TO:


27. INT. RUMAH IKA/TOKO - SIANG HARI

Ika sedang membantu ayah & ibunya di toko sembako. Toko cukup ramai dengan 2 karyawan yang sedang melayani pembeli. Ayah dan ibu Ika sedang menghitung total belanjaan grosir seorang pelanggan. Ika yang sudah selesai membantu mengambilkan barang seorang pembeli segera membuka HPnya yg berdering menandakan pesan WA masuk. Ika membaca pesan itu dalam diam & menghampiri ayah ibunya.  


IKA

Yah, Ibuk, Ika mau main ke

rumah Anggi dulu, ya.


AYAH IKA

Mainlah, nak. Tapi pulang

jangan malam-malam, ya.


IKA

Aman yah, sebelum maghrib

udah pulang kok.


IBU IKA

Hati-hati di jalan.


IKA

Siap buk bos.


Ika pun pergi dan terlihat ayah ibunya yang masih menghitung.


CUT TO:


28. RUMAH DWI - SIANG HARI

Dwi sedang belajar di dekat bapaknya yg menonton tv saat menerima pesan Anggi di grup. Anggi membaca pesan itu & minta izin ke bapaknya.


DWI

Pak, Dwi izin main ke rumah

Anggi, ya?


BAPAK DWI

Tugas kamu udah selesai?


DWI

Udah, Pak. Nanti malam

tinggal nyalin di buku PR.


BAPAK DWI

Sebelum maghrib udah pulang, ya?


DWI

Oke bapak.


Dwi lalu menyalami ayahnya dan pergi.


CUT TO:


29. RUMAH ARMAN - SIANG HARI 

Toni sedang main game sedangkan Arman makan nasi dengan lahap lalu membuka Chat grup dari Anggi. 


ARMAN

Anggi nyuruh ke rumah, Ton.


TONI

(main game)

Rumah siapa?


ARMAN

Rumah dia lah, masa rumahmu.


TONI

Sekarang?


ARMAN

Tahun depan.


TONI

Bentar lah selesaikan ini dulu.


ARMAN

Cepat lah, Ton. Jangan lelet.

Ketemu calon mertua ini.


TONI

(ketawa)

Calon mertua? Anak orang kaya

itu bos. Nggak usah mimpi.


ARMAN

Kurang ajar kau. Justru karena

anak orang kaya itulah makanya

aku mau.


TONI

(terkekeh)

Dia nya nggak mau sama kamu bos.


ARMAN

(mengambil hp Toni dan

memencet-mencetnya lalu

memberikan hp itu kepada Toni)


TONI

(teriak)

Aggggh KALAH AKU, AAAAGGGH!


ARMAN

(beranjak pergi)

MAMPUS!


CUT TO:


30. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI

Rina mengetuk rumah Nek Ipa.


RINA

(menangis tersedu-sedu)

Nek...Nek.


Pintu rumah dibuka & terlihat Nek Ipa yang menatap Rina dengan raut khawatir. Nek Ipa lalu mengambil tangan Rina & menariknya ke dalam Rumah. Pintu lalu ditutup.

Di dalam rumah, Rina duduk di sofa berhadapan dengan Nek Ipa. Rina mengelap air matanya dengan napas yang tersendat dan terlihat wajahnya yang sembab. Nek Ipa menatap Rina khawatir lalu mengelus kepala Rina lembut. Rina menatap Nek Ipa yang tersenyum hangat. 

NEK IPA

Nenek mengerti, bagaimana perasaan

kamu dan bagaimana sakit hatinya

diperlakukan seperti itu. 


Nek Ipa memalingkan wajah dan bercerita dengan wajah penuh emosi dendam. 


NEK IPA (CONT’D)

Dulu, nenek juga pernah diperlakukan

buruk, tetangga nenek sendiri yang

sering menghina keluarga nenek.

Karena nenek ... miskin. 


Nek Ipa berdiri da terlihat sangat marah.

Flashback : Nek Ipa yang setiap keluar rumah atau pulang dagang di pasar melihat kumpulan ibu-ibu, nek Ipa tahu kalau dirinya digosipkan ibu-ibu itu, di sindir ibu-ibu julid, anak-anak Nek Ipa diusir saat main ke rumah Mak Peni julid dan dikucilkan tidak diajak main anak-anak yang lain.


NEK IPA (CONT’D)

Nenek kerja keras jualan setiap

hari dengan suami nenek, demi

makan keluarga, sekolah anak-anak.

Kami susah payah nabung untuk

bisa renovasi rumah orang tua

nenek yang sudah reot, rumah yang

kami tinggali sekeluarga. Kami

juga mau kaya! Tapi bagaimana

kalau nasib belum mau berubah?

Apa itu salah nenek?

Salah keluarga nenek?

Kami kerja keras supaya tidak

merepotkan orang lain.  


Rina memperhatikan dengan seksama. Nek Ipa menoleh pada Rina dengan matanya yang membara.


NEK IPA (CONT’D)

(menunjuk warung si ibu - ibu julid)

Nenek tidak pernah berhutang

ke warung di depan sana. Tapi

keluarga itu, selalu mencaci nenek

dan keluarga. Miskin lah, tukang

berhutang lah, bahkan anak-anak

nenek dicaci maki tidak akan

bisa sekolah lebih tinggi. 

(menangis)

Nenek sering dikatai kucing beranak.

Bisa bikin anak tapi tidak bisa

memberi makan dan mengurus. Padahal

anak-anak nenek tidak pernah minta

makan ke keluarga mereka atau ke

tetangga yang lain. Walaupun cuma

nasi dengan garam, anak nenek masih

bisa makan. Sakit nak, dikata-katai

seperti itu. Sakit! Nenek memang

banyak berhutang, tapi ke saudara

nenek sendiri, itu pun selalu nenek

lunasi, nak. Ternyata saudara nenek

mengumbar ke sana kemari kalau nenek

suka berhutang. Jadilah, keluarga jahat

di depan sana, tambah menggosipkan nenek.

Padahal nenek berhutang untuk bayar

sekolah anak. Dan selalu nenek lunasi. 

(menghela napas panjang)

Hampir setiap hari nenek disindir,

kerja tapi nggak kaya-kaya.

Kerja tapi seperti orang malas.

Sakit hati nenek, anak-anak

nenek selalu diusir setiap main

ke rumahnya. Kalau main di luar

dengan anak-anak yang lain,

anak-anak nenek selalu dikucilkan.

Dikatai jorok, miskin, bodoh, bahkan

pembawa sial. Kamu tahu kenapa?

Karena anak keluarga jahat itu

kalah rangking di sekolah dengan

anak nenek. Walaupun anak nenek

miskin, tapi mereka pintar. Tapi

difitnah jadi pembawa sial. Kadang

nenek berpikir, mau nenek hantam

keluarga mereka itu. Entah dengan

kayu atau bahkan batu. Tapi

nanti nenek yang disalahkan.

Karena tetangga lain lebih

membela mereka. Cuma karena

mereka lebih punya uang dari

nenek. 


Nek Ipa berdiri dan menatap tajam penuh kemarahan pada rumah keluarga Mak Peni.


RINA

(mendongak pada Nek Ipa

yang berdiri)

Mereka juga pembully nek!

Rina nggak nyangka kalau

Mak Peni jahat sama nenek

dan keluarga.


NEK IPA

(masih menatap marah ke arah

rumah Mak Peni)

Mereka juga sering memfitnah

nenek, Nak. Itulah kenapa nenek

dikucilkan. Dan itulah kenapa nenek

dendam. 


Rina menatap Nek Ipa kasihan.


NEK IPA (CONT’D)

(menoleh pada Rina dengan

tatapan tajam)

Nenek tahu, orang dusun menggosipkan

nenek melakukan pesugihan. Memang,

nenek memang melakukan itu. Tapi

itu karena kejahatan mereka terhadap

nenek dan keluarga. Tapi nenek

tidak pernah menumbalkan anak atau

keluarga siapa pun. Nenek tidak

sejahat itu. Nenek tidak jahat

seperti mereka.


RINA

Tapi bukannya pesugihan, harus pakai

tumbal ya, nek?


NEK IPA

(wajah tersenyum dan nada suara

berubah lebih lembut)

Tidak semua, nak. Ada cara lain

tanpa tumbal. Mau nenek ajari?


CUT TO:



Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)