Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
21. EXT. RUMAH NEK IPA/JALANAN DUSUN - SORE HARI
Terlihat dari jauh Rina keluar dari rumah Nek Ipa dan berjalan pergi. Di jalanan dusun, Rina dicegat seorang ibu-ibu julid yang memperhatikannya sedari tadi di teras rumah.
MAK PENI
Rina!
RINA
Eh, Mak Peni.
MAK PENI
Kamu dekat sama Ipa?
RINA
Nek Ipa? Enggak Mak, baru hari
ini Rina mampir ke rumah Nek Ipa,
bantu bawakkan pucuk ubi untuk
gulai.
MAK PENI
Rin, kamu jangan terlalu dekat
dengan si Ipa. Karena gosipnya
Nek Ipa punya pesugihan.
RINA
Pesugihan apa, Mak? Tuyul?
MAK PENI
Enggak tahu pesugihan apa. Tapi,
orang sini sudah tahu semua kalau
Ipa itu melakukan pesugihan. Makanya
dia kaya. Kamu jangan lah terlalu
dekat. Takutnya kamu jadi tumbal.
RINA
Kalau masih gosip berarti kan
enggak benar mak.
MAK PENI
Memang nggak ada buktinya Rin.
Tapi, ponakan emak meninggal
setelah nerima uang jajan dari
si Ipa.
CUT TO:
22. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI
Flashback : Keponakan Mak Peni menyapu rumah Nek Ipa cut to diberi uang oleh Nek Ipa cut to memakan jajan di rumahnya, si ponakan tiba-tiba jatuh ke lantai dan mati. Ayah ibunya juga neneknya panik mengerumuminya. Nek Ipa dipelototi si ibu-ibu julid dan keluarganya.
MAK PENI
Meskipun uang jajan itu
dikasih karena ponakan emak
kerja membersihkan rumah si
Ipa, tapi orang dusun lebih
yakin kalau Ipa menumbalkan
ponakan emak untuk pesugihannya
itu. Karena Ipa itu sudah
lama dicurigai melakukan
pesugihan untuk jadi kaya.
BACK TO:
23. EXT. JALANAN DUSUN - PASAR - SIANG HARI
Flashback : Nek Ipa dan suaminya jualan sayur seadanya dan dipandang sinis oleh Mak Peni dan geng ibu - ibu lainnya. Lalu terlihat rumah Nek Ipa yang dibangun berikut dengan warung sayur dan sembakonya yang besar.
MAK PENI
Ipa itu dulunya cuma jualan
sayur di pasar. Tiba-tiba
jadi punya modal untuk berdagang
sayur dalam jumlah besar sampai
bisa bikin warung dan jadi kaya.
Bahkan anak-anaknya pun kaya semua.
Punya toko di kota. Tapi, cucu
dia 3 orang mati tiba-tiba,
apalagi kalau bukan jadi tumbal.
Jangan - jangan suaminya mati
karena ditumbalkan juga.
RINA
(geleng - geleng tidak setuju)
MAK PENI
Cerdiknya si Ipa itu, dia
nyuruh anak anaknya tinggal
di kota supaya nggak ketahuan
warga kampung pesugihannya
dan jadi heboh.
Rina hanya diam dengan ekspresi ketidaksukaan pada tuduhan Mak Peni terhadap Nek Ipa.
MAK PENI (CONT’D)
Jadi, kamu jangan dekat-dekat
dengan Ipa. Bahaya.
RINA
(mengangguk)
Iya mak. Rina pamit ya mak.
Udah sore.
MAK PENI
Yoook.
Mak Peni memandang marah ke rumah Nek Ipa.
CUT TO:
24. INT. KELAS - PAGI HARI
Lengan baju Rina lagi-lagi dicoret Anggi hingga terdengar bel istirahat. Para siswa ada yang pergi ke kantin dan ada juga yang makan bekal nasi atau jajanan di dalam kelas. Sedangkan Rina yang selesai menulis materi pelajaran di papan tulis lanjut menggambar di belakang bukunya.
Dwi mengeluarkan 1 kantong plastik putih berisi kacang rebus dari laci mejanya yang diberikannya kepada Anggi & Ika. Meraka makan kacang dengan lahap, sedangkan kulit kacangnya mereka lemparkan ke rambut & badan Rina. Rina kaget & hanya diam. Murid murid di kelas hanya memperhatikan dengan geleng geleng atau bahkan tidak peduli. Siswi di samping bangku Rina yang sedang makan bekal & mendengarkan lagu lewat headset sampai ternganga melihat Rina diperlakukan seperti itu.
Arman dan Toni masuk kelas Rina dan langsung menghampiri Anggi, Ika, dan Dwi yg gumpul di bangku belakang Rina. Toni menarik Ika untuk duduk di bangku sudut belakang berdua. Arman PDKT ke Anggi, sedangkan Dwi melipir ke bangkunya dan main hp sambil makan kacang di bangku sudut pojok belakang juga yg berlawanan arah dgn Ika dan Toni. Mereka semua makan kacang dan melempar kulitnya ke Rina. Teman -teman lainnya hanya menatap heran saja.
ARMAN
Enak kacangnya?
ANGGI
Enak dong. Masa enggak.
ARMAN
Jalan yok.
ANGGI
Ke mana?
ARMAN
Ke mana kamu mau.
ANGGI
Malas ah.
Toni merayu Ika, mereka bicara berbisik-bisik berdua.
TONI
Yang ayok nanti malam, Yang.
IKA
(menggoda manja)
Apa sih?
CUT TO:
ARMAN
(merayu)
Ayok lah, kamu nih diajak
jalan malas terus.
ANGGI
Pamit sama papa mama aku
kalo berani.
ARMAN
Amanlah itu.
ANGGI
Emang kamu ngajak aku kemana?
Aku nggak mau ya makan di kaki
lima.
ARMAN
Lesehan yg paling enak.
ANGGI
(meremehkan)
Ckk, kalo cuma lesehan aku
nggak mau.
BACK TO:
TONI
Ayok lah, Yang, keluar nanti
malam kita, Yang. Makan bakso
nanti.
IKA
(manja)
Ah bakso terus, bosaaan.
TONI
Pecel lele Yang, pecel lele
IKA
Beneran?
BACK TO:
ARMAN
Resto mana yg kamu mau?
ANGGI
(ngejek)
Kamu mampunya yg mana?
ARMAN
(kesal)
Nonton bioskop aja yok?
ANGGI
Aku tuh nggak boleh pulang malam.
ARMAN
Ah culun. Ya udah sore aja. Ayok lah.
ANGGI
Lihat nanti lah ya, bisa atau enggak.
BACK TO:
TONI
Iya Sayaaangnya aku. Ya Yang,
kita keluar ya. Udah sakit
kepalaku ini,Yang.
IKA
(cemberut menggoda)
Nanti kita gituannya di mana?
TONI
Tempat biasa, Yang, rumah kosong
IKA
Ah masa rumah kosong lagi…
banyak nyamuuuk. Nanti ada
ular juga.
TONI
(merayu)
Enggak lah Yang. Kalau ada ular,
aku usir lah. Nggak mungkin aku
biarkan ular gigit kamu.
IKA
Modal dikit ngapa sih, Yang?
TONI
Lagi bokek Yang. Udah nggak tahan
lagi ini.
IKA
(sambil mengelus muka depan
pacarnya)
Huh, nggak tahan nggak tahan.
TONI
Ayoklah Yang, ya?
IKA
Pecel lele tapi ya.
TONI
Iya aman. Nunggu aku punya duit
tapi ya. Pake duit kamu dulu.
IKA
(merengek manja)
‘Aaaahhh
TONI
(menggigit jari pacarnya)
Gigit nih gigit
IKA
(ketawa genit)
Siswi yg duduk di depan mereka sambil pakai headset (siswi yang duduk di samping bangku Rina) geleng-geleng geli jijik mendengar percakapan Toni dan Ika.
Bel masuk berbunyi. Rina buru - buru menutup bukunya dan memungut kulit kacang yang berserakan di sekitar bangkunya, sedangkan Arman & Toni lewat di depan Rina yang sedang memunguti kulit kacang itu.
Pak Guru masuk kelas & melihat Rina yang sedang memungut kulit kacang yang berserakan.
PAK GURU
Apa itu yang dipungut? Kulit kacang?
Kok bisa berserakan kayak gitu?
Jorok sekali kamu makan sampai
berserakan ke mana-mana?
ANGGI
(nyeletuk)
Emang dia jorok Pak.
(berbisik)
Maklumlah, melarat.
Dwi & Ika tertawa kecil.
RINA
(berdiri)
Permisi Pak, saya buang sampah dulu.
PAK GURU
Hem, yang benar buangnya. Nanti
berserakan pula di sekitar bak
sampah.
(ke siswa lainnya)
Kemaren saya kasih tugas enggak?
PARA SISWA
(menjawab serentak)
Enggak Pak.
CUT TO:
25. INT./EXT. KELAS - SIANG HARI
Bel pulang berbunyi. Anggi cs buru - buru keluar kelas. Rina menatap mereka lega karena tidak mengejeknya seperti kemarin. Para siswa pun berberes peralatan belajar dan ada yang sambil mengobrol. Rina menyandang tas & bersama beberapa siswa berjalan keluar kelas. Lalu saat Rina keluar dari pintu kelas, Rina disiram Dwi dengan sekantong kulit kacang yg dipungut dari tong sampah. Anggi cs termasuk Arman & Toni tertawa keras. Teman - teman Rina hanya menatap saja tanpa ada yang membela. Anggi cs pun beranjak pulang sambil terus tertawa.
ANGGI
Pungutin tuh. Gembel!
Rina memunguti kulit kacang itu dgn ekspresi hampir menangis.
CUT TO:
26. INT. RUMAH ANGGI - SIANG HARI
Anggi masuk rumah dan melihat ayahnya sedang ngobrol dengan 3 orang tamu lelaki. Anggi menyapa ayahnya , “Papa!”, yg dijawab dgn lambaian tangan dan menyapa ibunya yg sedang bikin minum dibantu ART nya.
ANGGI
(menyalami ibunya)
Mama.
IBU ANGGI
Kamu ganti baju gih, terus
langsung makan. Itu mama masakin
kesukaan kamu. Itu juga ada
bakso, bentar lagi mateng.
ANGGI
(mengambil 1 kue di atas meja)
Mmm, enak banget, Ma. Beli di
mana kuenya?
IBU ANGGI
(ekspresi meremehkan)
Pesen online dong sayang.
Di sini mana ada yang bisa
bikin kue enak dan bersih.
Anggi makan kue dengan lahap. Ibu Anggi masih menyeduh kopi lalu menoleh ke ART nya yang sedang mencicipi 1 sendok kuah lalu menuangkan micin ke kuah bakso.
IBU ANGGI (CONT’D)
Eh, Atin, kamu nambahin micin
lagi?
ART
Iya, buk. Saya tambahin sedikit.
Tadi masih kurang rasanya.
Ibu Anggi selesai menyeduh lalu menuju dandang kuah bakso dan mencicipi kuahnya. Keningnya mengernyit.
IBU ANGGI
Ini udah asin, Atin. Kamu mau
bikin kuah ini jadi rasa garam
apa gimana?
ART
Tadi saya coba masih hambar buk.
Jadi saya tambahin lagi. Saya di
rumah biasanya gitu buk.
IBU ANGGI
Ya jangan dibawa dong kebiasaan
kamu di rumah ke sini. Kamu sama
keluargamu suka makanan asin.
Bukan berarti kami juga suka.
Kan saya udah bilang, perhatiin
orang rumah sini sukanya makanan
yang gimana. Jangan malah kamu
pake kebiasaan melarat kamu di
sini. Emangnya tamu saya mau
kamu suguhi makanan rasa garem.
Saya yang malu.
Anggi tersenyum sinis melihat ARTnya di marahi.
IBU ANGGI (CONT’D)
Sana, anter minuman.
Jangan ditambahin gula lagi!
ART
Iya buk.
ART pergi mengambil minuman di meja dapur lalu pergi mengantar minuman. Anggi mendekati ibunya yang sedang mengaduk kuah bakso. Anggi bersandar di dekat meja kompor.
ANGGI
Ma, Anggi mau jalan-jalan
sama temen-temen nanti sore.
Nonton bioskop.
IBU ANGGI
Nggak usah sayang, jauh bioskop itu.
Mama sama Papa lagi sibuk mau masuk
musim politik. Papa kamu lagi
persiapan untuk pemilihan Kepala
Desa. Mama takut kamu kenapa-napa.
Takut diincar sama lawannya Papa
kamu. Kamu ajak temen-teman kamu
ke rumah aja ya. Mama beliin
jajan, sama itu ada bakso. Kenyang
teman-teman kamu main ke sini. Ya?
ANGGI
Iya Ma.
Anggi lalu beranjak ke kamarnya, melepas tas dan duduk di kasur, mengambil HP di tas & memberitahu teman-temannya lewat grup chat WA.
Isi Pesan : Guys, aku nggak boleh pergi nanti sore, soalnya mamaku takut aku diincar lawan politik papaku. Jadi, kalian aja yang ke rumah aku. Aman kok, banyak jajanan. Aku tunggu di rumah ya.
CUT TO:
27. INT. RUMAH IKA/TOKO - SIANG HARI
Ika sedang membantu ayah & ibunya di toko sembako. Toko cukup ramai dengan 2 karyawan yang sedang melayani pembeli. Ayah dan ibu Ika sedang menghitung total belanjaan grosir seorang pelanggan. Ika yang sudah selesai membantu mengambilkan barang seorang pembeli segera membuka HPnya yg berdering menandakan pesan WA masuk. Ika membaca pesan itu dalam diam & menghampiri ayah ibunya.
IKA
Yah, Ibuk, Ika mau main ke
rumah Anggi dulu, ya.
AYAH IKA
Mainlah, nak. Tapi pulang
jangan malam-malam, ya.
IKA
Aman yah, sebelum maghrib
udah pulang kok.
IBU IKA
Hati-hati di jalan.
IKA
Siap buk bos.
Ika pun pergi dan terlihat ayah ibunya yang masih menghitung.
CUT TO:
28. RUMAH DWI - SIANG HARI
Dwi sedang belajar di dekat bapaknya yg menonton tv saat menerima pesan Anggi di grup. Anggi membaca pesan itu & minta izin ke bapaknya.
DWI
Pak, Dwi izin main ke rumah
Anggi, ya?
BAPAK DWI
Tugas kamu udah selesai?
DWI
Udah, Pak. Nanti malam
tinggal nyalin di buku PR.
BAPAK DWI
Sebelum maghrib udah pulang, ya?
DWI
Oke bapak.
Dwi lalu menyalami ayahnya dan pergi.
CUT TO:
29. RUMAH ARMAN - SIANG HARI
Toni sedang main game sedangkan Arman makan nasi dengan lahap lalu membuka Chat grup dari Anggi.
ARMAN
Anggi nyuruh ke rumah, Ton.
TONI
(main game)
Rumah siapa?
ARMAN
Rumah dia lah, masa rumahmu.
TONI
Sekarang?
ARMAN
Tahun depan.
TONI
Bentar lah selesaikan ini dulu.
ARMAN
Cepat lah, Ton. Jangan lelet.
Ketemu calon mertua ini.
TONI
(ketawa)
Calon mertua? Anak orang kaya
itu bos. Nggak usah mimpi.
ARMAN
Kurang ajar kau. Justru karena
anak orang kaya itulah makanya
aku mau.
TONI
(terkekeh)
Dia nya nggak mau sama kamu bos.
ARMAN
(mengambil hp Toni dan
memencet-mencetnya lalu
memberikan hp itu kepada Toni)
TONI
(teriak)
Aggggh KALAH AKU, AAAAGGGH!
ARMAN
(beranjak pergi)
MAMPUS!
CUT TO:
30. INT. RUMAH NEK IPA - SIANG HARI
Rina mengetuk rumah Nek Ipa.
RINA
(menangis tersedu-sedu)
Nek...Nek.
Pintu rumah dibuka & terlihat Nek Ipa yang menatap Rina dengan raut khawatir. Nek Ipa lalu mengambil tangan Rina & menariknya ke dalam Rumah. Pintu lalu ditutup.
Di dalam rumah, Rina duduk di sofa berhadapan dengan Nek Ipa. Rina mengelap air matanya dengan napas yang tersendat dan terlihat wajahnya yang sembab. Nek Ipa menatap Rina khawatir lalu mengelus kepala Rina lembut. Rina menatap Nek Ipa yang tersenyum hangat.
NEK IPA
Nenek mengerti, bagaimana perasaan
kamu dan bagaimana sakit hatinya
diperlakukan seperti itu.
Nek Ipa memalingkan wajah dan bercerita dengan wajah penuh emosi dendam.
NEK IPA (CONT’D)
Dulu, nenek juga pernah diperlakukan
buruk, tetangga nenek sendiri yang
sering menghina keluarga nenek.
Karena nenek ... miskin.
Nek Ipa berdiri da terlihat sangat marah.
Flashback : Nek Ipa yang setiap keluar rumah atau pulang dagang di pasar melihat kumpulan ibu-ibu, nek Ipa tahu kalau dirinya digosipkan ibu-ibu itu, di sindir ibu-ibu julid, anak-anak Nek Ipa diusir saat main ke rumah Mak Peni julid dan dikucilkan tidak diajak main anak-anak yang lain.
NEK IPA (CONT’D)
Nenek kerja keras jualan setiap
hari dengan suami nenek, demi
makan keluarga, sekolah anak-anak.
Kami susah payah nabung untuk
bisa renovasi rumah orang tua
nenek yang sudah reot, rumah yang
kami tinggali sekeluarga. Kami
juga mau kaya! Tapi bagaimana
kalau nasib belum mau berubah?
Apa itu salah nenek?
Salah keluarga nenek?
Kami kerja keras supaya tidak
merepotkan orang lain.
Rina memperhatikan dengan seksama. Nek Ipa menoleh pada Rina dengan matanya yang membara.
NEK IPA (CONT’D)
(menunjuk warung si ibu - ibu julid)
Nenek tidak pernah berhutang
ke warung di depan sana. Tapi
keluarga itu, selalu mencaci nenek
dan keluarga. Miskin lah, tukang
berhutang lah, bahkan anak-anak
nenek dicaci maki tidak akan
bisa sekolah lebih tinggi.
(menangis)
Nenek sering dikatai kucing beranak.
Bisa bikin anak tapi tidak bisa
memberi makan dan mengurus. Padahal
anak-anak nenek tidak pernah minta
makan ke keluarga mereka atau ke
tetangga yang lain. Walaupun cuma
nasi dengan garam, anak nenek masih
bisa makan. Sakit nak, dikata-katai
seperti itu. Sakit! Nenek memang
banyak berhutang, tapi ke saudara
nenek sendiri, itu pun selalu nenek
lunasi, nak. Ternyata saudara nenek
mengumbar ke sana kemari kalau nenek
suka berhutang. Jadilah, keluarga jahat
di depan sana, tambah menggosipkan nenek.
Padahal nenek berhutang untuk bayar
sekolah anak. Dan selalu nenek lunasi.
(menghela napas panjang)
Hampir setiap hari nenek disindir,
kerja tapi nggak kaya-kaya.
Kerja tapi seperti orang malas.
Sakit hati nenek, anak-anak
nenek selalu diusir setiap main
ke rumahnya. Kalau main di luar
dengan anak-anak yang lain,
anak-anak nenek selalu dikucilkan.
Dikatai jorok, miskin, bodoh, bahkan
pembawa sial. Kamu tahu kenapa?
Karena anak keluarga jahat itu
kalah rangking di sekolah dengan
anak nenek. Walaupun anak nenek
miskin, tapi mereka pintar. Tapi
difitnah jadi pembawa sial. Kadang
nenek berpikir, mau nenek hantam
keluarga mereka itu. Entah dengan
kayu atau bahkan batu. Tapi
nanti nenek yang disalahkan.
Karena tetangga lain lebih
membela mereka. Cuma karena
mereka lebih punya uang dari
nenek.
Nek Ipa berdiri dan menatap tajam penuh kemarahan pada rumah keluarga Mak Peni.
RINA
(mendongak pada Nek Ipa
yang berdiri)
Mereka juga pembully nek!
Rina nggak nyangka kalau
Mak Peni jahat sama nenek
dan keluarga.
NEK IPA
(masih menatap marah ke arah
rumah Mak Peni)
Mereka juga sering memfitnah
nenek, Nak. Itulah kenapa nenek
dikucilkan. Dan itulah kenapa nenek
dendam.
Rina menatap Nek Ipa kasihan.
NEK IPA (CONT’D)
(menoleh pada Rina dengan
tatapan tajam)
Nenek tahu, orang dusun menggosipkan
nenek melakukan pesugihan. Memang,
nenek memang melakukan itu. Tapi
itu karena kejahatan mereka terhadap
nenek dan keluarga. Tapi nenek
tidak pernah menumbalkan anak atau
keluarga siapa pun. Nenek tidak
sejahat itu. Nenek tidak jahat
seperti mereka.
RINA
Tapi bukannya pesugihan, harus pakai
tumbal ya, nek?
NEK IPA
(wajah tersenyum dan nada suara
berubah lebih lembut)
Tidak semua, nak. Ada cara lain
tanpa tumbal. Mau nenek ajari?
CUT TO: