Sc 46 INT. KAMAR HANI – PAGI
SANTI, HANI
Hani masih berbaring di atas tempat tidur sambil memandangi alat-alat perekamnya yang rusak di sebelahnya, saat Santi masuk ke kamar Hani sambil membawa nampan berisi sarapan untuk Hani.
SANTI
Hai, Han.
Sapa lembut Santi membuat Hani menoleh lalu terduduk di kasur.
SANTI
Apa boleh kakak duduk?
Hani mengangguk pelan. Santi berjalan mendekat ke kasur lalu duduk di atas kasur.
SANTI
Kamu sarapan dulu ya, Han.
HANI
Aku nggak lapar, kak.
SANTI
Han… kakak minta maaf, ya.
Hani hanya terdiam.
SANTI
Kalau kamu marah sama kakak, kakak mengerti. Tapi tolong makan ya, Han.
HANI
Kenapa kakak nggak percaya sama apa yang aku dengar dan lihat di alat perekam milikku?
Santi terdiam. Ia terlihat ragu dan cemas.
HANI
Kenapa, Kak?
SANTI
Han… maafkan kakak. Kakak sudah nggak jujur padamu.
FLASH BACK T0
Sc 27 EXT. TAMAN KOTA – SIANG
HANI, SANTI, EDO
Santi melihat ke arah kliennya dan Hani yang masih asyik berbincang. Santi termangu menatap Hani, seperti ada yang mengganggu pikirannya.
Santi lalu menelepon Tomi.
SANTI
Tom, gue butuh bantuan lo.
TOMI O.S.
Bantuan apa? Ada masalah sama klien?
SANTI
Bukan. Ini bukan masalah pekerjaan.
TOMI O.S.
Lalu masalah apa, San?
SANTI
Nanti kita bicara di kantor ya, Tom.
Santi menutup teleponnya.
INTERCUT TO
Sc 27 INT. KANTOR – MALAM
SANTI, TOMI
Setibanya di kantor, Santi bertemu dengan Tomi dan menjelaskan permintaan bantuan yang dimaksudnya dalam telepon. Mereka berdua di kantor hingga malam, saat semua orang kantor sudah pulang termasuk Hani.
SANTI
Ini alat perekamnya, Tom.
Santi menunjukkan alat perekam milik Hani pada Tomi dan menaruhnya di meja.
TOMI
San, kamu serius sama permintaan kamu? Apa kamu sudah memikirkan resikonya ke depan? Apa kamu sudah siap dengan reaksi Hani? Bagaimana kalau Hani nanti kecewa?
SANTI
Tom, kalau kamu dengar suara Hani di dalam rekaman itu, kamu pasti akan mengerti. Aku hanya ingin memberikan apa yang Hani inginkan untuk saat ini.
Tomi tampak ragu-ragu.
SANTI
Tom, aku mohon… aku nggak akan minta bantuanmu kalau aku nggak benar-benar butuh.
TOMI
Oke. Tapi aku lakukan semua ini hanya demi kebaikanmu dan Hani, ya.
Tomi akhirnya setuju dan membantu Santi.
Karena latar belakang Tomi sudah sangat berpengalaman di bagian editing, desain dan animasi, Santi meminta Tomi agar mau mengedit suara di dalam alat perekam suara milik Hani dan menambahkan suara seolah-olah adalah suara Ibu Reni.
BACK TO
Sc 46 INT. KAMAR HANI – PAGI
SANTI, HANI
Hani terdiam mendengar cerita Santi. Hani seolah tidak percaya.
HANI
Tapi dalam kamera aku melihat sosok bayangan mendekatiku. Apa itu juga rekayasa kakak dan Kak Tomi?
Hani terlihat kecewa.
FLASH BACK
Sc 36 INT. KAMAR IBU – MALAM
HANI, SANTI, TOMI
Santi perlahan membuka pintu kamar Ibu Reni. Santi berjalan mengendap-endap, memastikan kalau Hani sudah tidur. Santi lalu berjalan mendekati alat-alat perekam milik Hani yang sudah terpasang di kamar Ibu Reni.
Santi mengambil alat-alat tersebut secara perlahan-lahan, supaya tidak ketahuan Hani. Setelah mendapatkan alat-alat tersebut, Santi membawanya keluar kamar.
Santi masuk ke kamarnya. Ia mulai menelepon Tomi.
SANTI
Hai, Tom. Maaf malam-malam ganggu. Kamu sudah tidur belum?
Di telepon terdengar suara Tomi.
TOMI O.S.
Belum. Ada apa?
SANTI
Aku butuh bantuanmu lagi, Tom. Soal Hani.
TOMI O.S.
San, kamu serius mau lakuin lagi?
SANTI
Iya, Tom. Tolong bantu aku, ya?
TOMI O.S.
Oke, kalau memang itu yang kamu mau.
SANTI
Terima kasih ya, Tom. Lalu, apa yang harus aku lakukan?
TOMI O.S.
Coba kamu ambil memory card di alat-alat perekam itu, lalu masukkan ke laptopmu, terus kirim ke aku datanya.
SANTI
Oke Tom. Tunggu ya.
Santi mengikuti petunjuk Tomi. Santi menyalakan laptop miliknya, lalu memasukkan memory card dari masing-masing alat perekam. Membuka isi datanya, lalu mengirimkannya via email ke Tomi.
SANTI
Terus kapan selesainya, Tom?
TOMI O.S.
Semoga besok pagi sudah selesai. Paling lambat aku serahkan di kantor ya, San.
SANTI
Yaagh Tom… kalau bisa sebelum ke kantor. Aku takut Hani tahu.
TOMI O.S.
Soalnya yang kamu kirim satunya data video, San. Kalau untuk edit gambar memang prosesnya agak lama.
SANTI
Oh begitu…
TOMI O.S.
Tapi akan aku usahakan ya, San.
SANTI
Thank you so much ya, Tom. Aku hutang budi sama kamu.
TOMI O.S.
Nggak usah hutang-hutangan lah, San. Ya sudah, aku kerjakan dulu ya project kecilmu ini.
SANTI
Sekali lagi terima kasih ya, Tom.
TOMI O.S.
Iya San. Sama-sama.
Santi menutup telepon.
Santi segera kembali ke kamar Ibu Reni dan meletakkan alat-alat milik Hani pada posisi semula.
BACK TO
Sc 46 INT. KAMAR HANI – PAGI
SANTI, HANI
Wajah Hani menyiratkan banyak pertanyaan seusai Santi menceritakan kejadian sebenarnya.
HANI
Tapi selama itu, aku selalu membawa semua alat perekamku.
SANTI
Kamu ingat saat itu kamu berangkat kesiangan? Kakak berangkat lebih pagi untuk mengambil hasil editan Tomi. Kakak menukar memory card di dalam alat perekammu dengan memory card milik Tomi saat kamu bicara dengan Laras ketika kamu sudah tiba di kantor.
Wajah Hani terlihat sangat sedih. Ia termenung.
SANTI
Kakak mohon padamu, Han… tolong maafkan kakak. Kakak menyesal telah membohongimu.
Santi menggenggam tangan Hani. Namun Hani melepaskannya.
HANI
Tolong tinggalkan aku sendiri, Kak.
Hani memalingkan wajahnya. Santi pergi keluar kamar dan meninggalkan Hani sendiri.
Di luar pintu kamar Hani, Santi menangis.
CUT TO
Sc 47 INT. RUANG TV – SORE
SANTI, TOMI, LARAS, EDO
Sepulang dari kantor, Tomi, Laras, dan Edo menyempatkan mampir ke rumah Santi. Mereka duduk berkumpul di ruang TV.
LARAS
Aku sudah dengar dari Tomi soal Hani, San. Bagaimana kabarnya sekarang?
SANTI
Sepertinya kini dia makin membenciku setelah apa yang kulakukan.
LARAS
Nggak lah, San. Aku rasa dia hanya butuh waktu sendiri untuk mencerna semuanya.
Santi terdiam sesaat.
SANTI
Aku mau tanya ke kalian. Tapi tolong jawab yang jujur, ya. Menurut kalian, perbuatanku ke Hani keterlaluan nggak?
Edo langsung menjawab.
EDO
Sangat…
Laras langsung menyela Edo.
LARAS
Hus!
EDO
Ih, kan aku hanya menjawab…
LARAS
Iya, tapi jawabnya yang enak dong, Do.
EDO
Aku kan belum selesai ngomong, Ras, kamunya sudah langsung menyela.
Tomi menggelengkan kepala melihat Edo dan Laras ribut.
EDO
Boleh aku selesaikan jawabanku saudara-saudari?
Santi mengangguk.
EDO
Jadi… menurut aku ya, San… apa yang kamu lakukan itu cukup keterlaluan karena kamu sudah membohongi Hani selama ini. Kamu membohongi Hani seolah-olah ia punya harapan untuk ‘bertemu’ dan ‘bicara’ lagi dengan ibu kalian. Tapi… ada tapinya nih, ya… aku bisa mengerti sama apa yang kamu lakukan. Kamu hanya ingin melindungi Hani supaya ia tidak kecewa dan terluka. Walaupun cara kamu salah.
SANTI
Aww... kamu ternyata bisa pengertian juga ya, Do. Sini aku kasih peluk dulu.
EDO
Ah nggak usah, San. Nanti Tomi marah.
TOMI
Lah, kenapa gue marah?
EDO
Tom, nggak usah pura-pura. Kalian berdua itu sebenarnya saling suka, kan? Lagian, San, aku nggak mau dikasih harapan palsu sama kamu.
Edo memasang wajah sok cemberut.
LARAS
Yang kasih harapan juga siapa, Do? Lo itu sudah nggak ada harapan, sudah jadi suami orang. Kok nggak sadar-sadar, sih?
EDO
Ras, lo tuh masih ada hubungan darah ya sama istri gue. Kata-kata lo tuh sama persis sama istri gue. Katanya gue sudah nggak bakalan laku lagi, nggak ada harapan. Makanya istri gue nggak pernah percaya kalau gue bilang ada yang godain gue.
Laras tertawa keras.
EDO
Parah lo Ras. Puas banget ketawain gue.
Wajah Edo memelas.
TOMI
Ini anak dua malah bahas yang nggak penting lagi. Bukannya bantuin Santi yang lagi pusing.
EDO
Tuh kan diomelin Tomi. Lo sih, Ras.
LARAS
Maaf ya, San. Gara-gara Edo, nih.
SANTI
Iya nggak apa-apa, Ras. Aku senang kalian di sini, jadi ada hiburan.
EDO
Lawakkan kali kita.
LARAS
Balik lagi soal masalah kamu sama Hani, aku agak setuju sama Edo. Menurutku kamu punya alasan sendiri kenapa lakuin itu semua. Dan menurutku ya, San… setelah ini Hani akan mengerti kok.
SANTI
Begitu menurutmu?
LARAS
Iya. Aku rasa, Hani marah, lebih karena harapannya untuk ‘berjumpa’ lagi dengan ibu kalian tidak seperti yang dikiranya selama ini.
TOMI
Ngomong-ngomong, Hani dimana San?
SANTI
Dia seharian di kamar. Aku belum ke kamarnya lagi setelah aku cerita yang sebenarnya ke dia.
TOMI
Sabar ya, San.
LARAS
Nanti titip salam saja ke Hani.
EDO
Iya, aku juga titip salam. Bilang dicariin kakak Edo.
TOMI
Hmm… tetap, kesempatan…
SANTI
Iya, nanti aku sampaikan salam kalian ke Hani.
Santi tersenyum.
CUT TO
Sc 48 INT. KAMAR HANI – MALAM
SANTI, HANI
Sebelum tidur, Santi sengaja mendatangi kamar Hani. Ia ingin melihat keadaan Hani. Tapi saat Santi masuk ke kamar Hani, Santi melihat kamar kosong. Hani tidak berada di tempat tidur. Namun Santi melihat pintu yang mengarah ke balkon terbuka.
Santi berjalan ke balkon. Hani terlihat duduk di kursi sambil memakai selimut berdiam diri.
SANTI
Han…
Santi menyapa lembut Hani sambil menyentuh pundak Hani. Hani tersadar. Hani menengok ke Santi.
SANTI
Kamu belum tidur, Han?
HANI
Aku nggak bisa tidur, kak.
Santi berlutut di sebelah Hani.
SANTI
Apa yang bisa kakak lakukan untukmu, Han?
Hani menggeleng. Air mata jatuh membasahi pipi Hani.
SANTI
Han…
HANI
Kak, aku takut…
Hani menangis.
HANI
Aku takut, kak… ibu sudah nggak ada… aku nggak bisa ketemu ibu lagi… aku takut, kak…
Tangisan Hani pecah. Santi memeluk Hani erat-erat.
SANTI
Han, kamu jangan takut… kakak akan selalu berusaha ada untukmu. Kakak akan di sini bersamamu.
Santi mencium pipi Hani.
SANTI
Dan kakak yakin… ibu juga akan selalu menjaga kita walau kita tidak bisa melihat atau mendengarnya.
Hani memeluk erat Santi.
SANTI
Kakak sayang padamu, Han…
Keduanya menangis berpelukkan.
CUT TO
Sc 49 INT. KANTOR – PAGI
SANTI, HANI , EDO, TOMI, LARAS, RESTI
Beberapa hari kemudian…
Santi dan Hani tiba di kantor. Semua orang yang melihat keduanya tampak senang.
LARAS
Hani…!
Laras melambaikan tangan ke Hani. Laras terlihat senang.
EDO
Nah ini dia si eneng yang dinanti-nanti, akhirnya masuk juga. Ma… mas kangen nih.
Edo menggoda Hani. Hani tersenyum.
SANTI
Eits, jangan mulai ya, Do. Ingat pesan istri lo.
Edo tertawa.
Satu per satu menyambut dan memeluk kedatangan Hani, sebelum akhirnya Hani menuju meja kerjanya.
Tomi menghampiri Hani. Tomi tampak ragu-ragu.
TOMI
Hai, Han… bagaimana kabarnya?
HANI
Kabarku lebih baik, Kak Tomi.
TOMI
Han… sebelumnya aku mau minta maaf. Mungkin kamu sudah dengar dari cerita Santi, kalau aku yang bantu dia.
Hani tersenyum.
HANI
Iya, Kak. Kak Santi sudah cerita. Nggak ada yang perlu dimaafkan, aku mengerti kok alasan Kak Santi dan Kak Tomi melakukan itu.
TOMI
Jadi… kamu nggak marah sama aku?
HANI
Nggak kak. Aku justru marah kalau Kak Tomi malah menolak permintaan tolong Kak Santi.
Tomi tersipu malu.
TOMI
Thanks ya, Han.
Keduanya saling melemparkan senyuman.
Setelah permintaan maafnya, Tomi kembali ke meja kerjanya. Tidak lama setelah itu, Hani beranjak dari meja kerjanya dan menemui Laras di mejanya. Mereka berbicara empat mata.
CUT TO
Sc 50 INT. RUANG TV – MALAM
SANTI, HANI , FANI, ROBI SISCA
Hani, Fani, Robi dan Sisca sedang berkumpul di ruang TV. Mereka asyik ngobrol sambil nonton TV.
SISCA
Senang ya akhirnya kita bisa kumpul lagi.
ROBI
Perasaan baru beberapa minggu lalu kita kumpul deh, Sis. Suka berlebihan nih, Sisca.
SISCA
Beberapa minggu itu lama tahu, Bi.
ROBI
Iya deh, Sis. Kalau itu menurutmu.
FANI
Ngomong-ngomong, bagaimana kabar di tempat kerja, Han?
HANI
Kabarnya baik. Aku makin banyak belajar sama mereka. Makin tambah pengalaman.
SISCA
Terus kapan kita ditraktir, Han? Aku nggak menolak deh.
Santi tersenyum.
ROBI
Ah, kamu sih mana pernah menolak kalau soal makanan.
SISCA
Eh nggak harus traktir makanan juga kok, Han.
Mereka tertawa.
ROBI
Dasar Sisca.
Santi yang baru datang dari arah dapur, penasaran dengan suara ramai di ruang TV. Santi membawa beberapa boks wadah plastik makanan.
SANTI
Kayaknya lagi asyik nih yang ngobrol. Lagi cerita apa sih? Ada kabar apa?
FANI
Nggak ada yang special kak. Cuma ini saja si Sisca, biasa kak.
Sisca melihat beberapa boks yang dibawa oleh Santi.
SISCA
Kak… itu makanan bukan?
ROBI
Aduh… Sisca! Bikin malu deh!
Robi sewot.
SISCA
Ih, aku kan cuma tanya, Bi. Kok kamu sewot gitu, sih?
SANTI
Sudah nggak apa-apa. Ini memang sengaja kakak siapkan untuk kalian.
Santi membagikan boks.
SANTI
Boleh ikutan kumpul nggak nih?
SISCA
Boleh dong, Kak. Kan sudah dikasih makanan.
Sisca tersenyum manis.
HANI
Sini kak, duduk di sebelahku.
Hani memegang tangan Santi untuk duduk di sampingnya. Santi duduk disamping Hani dan merangkul Hani. Hani menyandarkan kepalanya ke bahu Santi.
SANTI
Kalian apa kabar? Bagaimana skripsi?
ROBI
Wah, kalau itu jangan ditanya, kak. Lelaaah…!
SANTI
Belum ada yang daftar sidang?
FANI
Kayaknya masih harus menunggu kak, kalau soal itu.
SISCA
Boro-boro daftar sidang, Kak. Aku sudah puji syukur banget kalau sudah bisa pindah bab.
Sisca terlihat serius menjawab sambil makan cemilan yang diberikan Santi.
FANI
Kayaknya kita harus tunggu Hani deh, kak.
ROBI
Bisa jadi tuh, Fan. Tinggal tunggu kabar Hani saja nih, kapan mau lanjut skripsi lagi.
HANI
Ngomong-ngomong soal kabar… sebenarnya ada kabar yang aku mau sampaikan ke kalian.
SANTI
Kabar apa tuh?
Santi penasaran. Sahabat-sahabat Hani memandangi Hani.
HANI
Jadi kabarnya adalah aku sudah minta izin ke kantor kalau aku akan kerja part-time. Jadi jam kerja ku tidak akan seperti biasanya.
Hani memandang ke Santi.
HANI
Aku sudah bicara dengan Kak Laras, dan dia mengizinkanku, kak.
SANTI
Tapi kenapa jadi part-time, Han?
Santi bingung.
HANI
Nah, itu ada hubungannya dengan kabar yang kedua. Jadi kenapa part-time, karena aku memutuskan untuk melanjutkan skripsiku dan sudah daftar ke kampus.
SISCA
Aaargh…!!!
Sisca berteriak kencang. Ia terlihat sangat senang.
FANI
Kamu serius, Han?!
Fani terlihat tidak percaya.
HANI
Iya, Fan. Aku serius.
Keduanya saling melemparkan senyum.
ROBI
Hore!!! Hani balik lagi ke kampus bareng kita.
Hani memandang ke Santi.
HANI
Nggak apa-apa kan, Kak?
Santi mengangguk sambil tersenyum. Hani memeluk Santi. Sisca, Fani dan Robi pun ikut memeluk Hani dan Santi. Mereka saling berpelukkan.
SISCA
Ada yang bisa bantu aku mengerjakan skripsi lagi.
Sisca terlihat bahagia. Begitu juga dengan yang lainnya. Mereka melanjutkan menonton sambil makan cemilan.
SANTI
Han…
Santi berbisik pada Hani.
SANTI
Kakak ikut bahagia mendengarnya. Dan kakak yakin, ibu juga ikut bahagia atas keputusanmu itu.
Mereka berdua saling melemparkan senyum. Mereka saling berpelukkan.
CREDIT TITLE