Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Stay With Me
Suka
Favorit
Bagikan
10. BAGIAN 10 Scene 46-50

Sc 46 INT. KAMAR HANI – PAGI

SANTI, HANI


Hani masih berbaring di atas tempat tidur sambil memandangi alat-alat perekamnya yang rusak di sebelahnya, saat Santi masuk ke kamar Hani sambil membawa nampan berisi sarapan untuk Hani.

 

SANTI

Hai, Han.

 

Sapa lembut Santi membuat Hani menoleh lalu terduduk di kasur.

 

SANTI

Apa boleh kakak duduk?

 

Hani mengangguk pelan. Santi berjalan mendekat ke kasur lalu duduk di atas kasur.

 

SANTI

Kamu sarapan dulu ya, Han.

 

HANI

Aku nggak lapar, kak.

 

SANTI

Han… kakak minta maaf, ya.

 

Hani hanya terdiam.

 

SANTI

Kalau kamu marah sama kakak, kakak mengerti. Tapi tolong makan ya, Han.

 

HANI

Kenapa kakak nggak percaya sama apa yang aku dengar dan lihat di alat perekam milikku?

 

Santi terdiam. Ia terlihat ragu dan cemas.

 

HANI

Kenapa, Kak?

 

SANTI

Han… maafkan kakak. Kakak sudah nggak jujur padamu.

 

FLASH BACK T0

 

Sc 27 EXT. TAMAN KOTA – SIANG

HANI, SANTI, EDO   

 

Santi melihat ke arah kliennya dan Hani yang masih asyik berbincang. Santi termangu menatap Hani, seperti ada yang mengganggu pikirannya.

 

Santi lalu menelepon Tomi.

 

SANTI

Tom, gue butuh bantuan lo.

 

TOMI O.S.

Bantuan apa? Ada masalah sama klien?

 

SANTI

Bukan. Ini bukan masalah pekerjaan.

 

TOMI O.S.

Lalu masalah apa, San?

 

SANTI

Nanti kita bicara di kantor ya, Tom.

 

Santi menutup teleponnya.

 

INTERCUT TO

 

Sc 27 INT. KANTOR – MALAM

SANTI, TOMI

 

Setibanya di kantor, Santi bertemu dengan Tomi dan menjelaskan permintaan bantuan yang dimaksudnya dalam telepon. Mereka berdua di kantor hingga malam, saat semua orang kantor sudah pulang termasuk Hani.

 

SANTI

Ini alat perekamnya, Tom.

 

Santi menunjukkan alat perekam milik Hani pada Tomi dan menaruhnya di meja.

 

TOMI

San, kamu serius sama permintaan kamu? Apa kamu sudah memikirkan resikonya ke depan? Apa kamu sudah siap dengan reaksi Hani? Bagaimana kalau Hani nanti kecewa?

 

SANTI

Tom, kalau kamu dengar suara Hani di dalam rekaman itu, kamu pasti akan mengerti. Aku hanya ingin memberikan apa yang Hani inginkan untuk saat ini.

 

Tomi tampak ragu-ragu.

 

SANTI

Tom, aku mohon… aku nggak akan minta bantuanmu kalau aku nggak benar-benar butuh.

 

TOMI

Oke. Tapi aku lakukan semua ini hanya demi kebaikanmu dan Hani, ya.

 

Tomi akhirnya setuju dan membantu Santi.

 

Karena latar belakang Tomi sudah sangat berpengalaman di bagian editing, desain dan animasi, Santi meminta Tomi agar mau mengedit suara di dalam alat perekam suara milik Hani dan menambahkan suara seolah-olah adalah suara Ibu Reni.

 

BACK TO

 

Sc 46 INT. KAMAR HANI – PAGI

SANTI, HANI   

 

Hani terdiam mendengar cerita Santi. Hani seolah tidak percaya.

 

HANI

Tapi dalam kamera aku melihat sosok bayangan mendekatiku. Apa itu juga rekayasa kakak dan Kak Tomi?

 

Hani terlihat kecewa.

 

FLASH BACK

 

Sc 36 INT. KAMAR IBU – MALAM

HANI, SANTI, TOMI    

 

Santi perlahan membuka pintu kamar Ibu Reni. Santi berjalan mengendap-endap, memastikan kalau Hani sudah tidur. Santi lalu berjalan mendekati alat-alat perekam milik Hani yang sudah terpasang di kamar Ibu Reni.

 

Santi mengambil alat-alat tersebut secara perlahan-lahan, supaya tidak ketahuan Hani. Setelah mendapatkan alat-alat tersebut, Santi membawanya keluar kamar.

 

Santi masuk ke kamarnya. Ia mulai menelepon Tomi.

 

SANTI

Hai, Tom. Maaf malam-malam ganggu. Kamu sudah tidur belum?

 

Di telepon terdengar suara Tomi.

 

TOMI O.S.

Belum. Ada apa?

 

SANTI

Aku butuh bantuanmu lagi, Tom. Soal Hani.

 

TOMI O.S.

San, kamu serius mau lakuin lagi?

 

SANTI

Iya, Tom. Tolong bantu aku, ya?

 

TOMI O.S.

Oke, kalau memang itu yang kamu mau.

 

SANTI

Terima kasih ya, Tom. Lalu, apa yang harus aku lakukan?

 

TOMI O.S.

Coba kamu ambil memory card di alat-alat perekam itu, lalu masukkan ke laptopmu, terus kirim ke aku datanya.

 

SANTI

Oke Tom. Tunggu ya.

 

Santi mengikuti petunjuk Tomi. Santi menyalakan laptop miliknya, lalu memasukkan memory card dari masing-masing alat perekam. Membuka isi datanya, lalu mengirimkannya via email ke Tomi.

 

SANTI

Terus kapan selesainya, Tom?

 

TOMI O.S.

Semoga besok pagi sudah selesai. Paling lambat aku serahkan di kantor ya, San.

 

SANTI

Yaagh Tom… kalau bisa sebelum ke kantor. Aku takut Hani tahu.

 

TOMI O.S.

Soalnya yang kamu kirim satunya data video, San. Kalau untuk edit gambar memang prosesnya agak lama.

 

SANTI

Oh begitu…

 

TOMI O.S.

Tapi akan aku usahakan ya, San.

 

SANTI

Thank you so much ya, Tom. Aku hutang budi sama kamu.

 

TOMI O.S.

Nggak usah hutang-hutangan lah, San. Ya sudah, aku kerjakan dulu ya project kecilmu ini.

 

SANTI

Sekali lagi terima kasih ya, Tom.

 

TOMI O.S.

Iya San. Sama-sama.

 

Santi menutup telepon.

 

Santi segera kembali ke kamar Ibu Reni dan meletakkan alat-alat milik Hani pada posisi semula.

 

BACK TO

 

Sc 46 INT. KAMAR HANI – PAGI

SANTI, HANI               

 

Wajah Hani menyiratkan banyak pertanyaan seusai Santi menceritakan kejadian sebenarnya.

 

HANI

Tapi selama itu, aku selalu membawa semua alat perekamku.

 

SANTI

Kamu ingat saat itu kamu berangkat kesiangan? Kakak berangkat lebih pagi untuk mengambil hasil editan Tomi. Kakak menukar memory card di dalam alat perekammu dengan memory card milik Tomi saat kamu bicara dengan Laras ketika kamu sudah tiba di kantor.

 

Wajah Hani terlihat sangat sedih. Ia termenung.

 

SANTI

Kakak mohon padamu, Han… tolong maafkan kakak. Kakak menyesal telah membohongimu.

 

Santi menggenggam tangan Hani. Namun Hani melepaskannya.

 

HANI

Tolong tinggalkan aku sendiri, Kak.

 

Hani memalingkan wajahnya. Santi pergi keluar kamar dan meninggalkan Hani sendiri.

 

Di luar pintu kamar Hani, Santi menangis.

 

CUT TO


Sc 47 INT. RUANG TV – SORE

SANTI, TOMI, LARAS, EDO

 

Sepulang dari kantor, Tomi, Laras, dan Edo menyempatkan mampir ke rumah Santi. Mereka duduk berkumpul di ruang TV.

 

LARAS

Aku sudah dengar dari Tomi soal Hani, San. Bagaimana kabarnya sekarang?

 

SANTI

Sepertinya kini dia makin membenciku setelah apa yang kulakukan.

 

LARAS

Nggak lah, San. Aku rasa dia hanya butuh waktu sendiri untuk mencerna semuanya.

 

Santi terdiam sesaat.

 

SANTI

Aku mau tanya ke kalian. Tapi tolong jawab yang jujur, ya. Menurut kalian, perbuatanku ke Hani keterlaluan nggak?

 

Edo langsung menjawab.

 

EDO

Sangat…

 

Laras langsung menyela Edo.

 

LARAS

Hus!

 

EDO

Ih, kan aku hanya menjawab…

 

LARAS

Iya, tapi jawabnya yang enak dong, Do.

 

EDO

Aku kan belum selesai ngomong, Ras, kamunya sudah langsung menyela.

 

Tomi menggelengkan kepala melihat Edo dan Laras ribut.

 

EDO

Boleh aku selesaikan jawabanku saudara-saudari?

 

Santi mengangguk.

 

EDO

Jadi… menurut aku ya, San… apa yang kamu lakukan itu cukup keterlaluan karena kamu sudah membohongi Hani selama ini. Kamu membohongi Hani seolah-olah ia punya harapan untuk ‘bertemu’ dan ‘bicara’ lagi dengan ibu kalian. Tapi… ada tapinya nih, ya… aku bisa mengerti sama apa yang kamu lakukan. Kamu hanya ingin melindungi Hani supaya ia tidak kecewa dan terluka. Walaupun cara kamu salah.

 

SANTI

Aww... kamu ternyata bisa pengertian juga ya, Do. Sini aku kasih peluk dulu.

 

EDO

Ah nggak usah, San. Nanti Tomi marah.

 

TOMI

Lah, kenapa gue marah?

 

EDO

Tom, nggak usah pura-pura. Kalian berdua itu sebenarnya saling suka, kan? Lagian, San, aku nggak mau dikasih harapan palsu sama kamu.

 

Edo memasang wajah sok cemberut.

 

LARAS

Yang kasih harapan juga siapa, Do? Lo itu sudah nggak ada harapan, sudah jadi suami orang. Kok nggak sadar-sadar, sih?

 

EDO

Ras, lo tuh masih ada hubungan darah ya sama istri gue. Kata-kata lo tuh sama persis sama istri gue. Katanya gue sudah nggak bakalan laku lagi, nggak ada harapan. Makanya istri gue nggak pernah percaya kalau gue bilang ada yang godain gue.

 

Laras tertawa keras.

 

EDO

Parah lo Ras. Puas banget ketawain gue.

 

Wajah Edo memelas.

 

TOMI

Ini anak dua malah bahas yang nggak penting lagi. Bukannya bantuin Santi yang lagi pusing.

 

EDO

Tuh kan diomelin Tomi. Lo sih, Ras.

 

LARAS

Maaf ya, San. Gara-gara Edo, nih.

 

SANTI

Iya nggak apa-apa, Ras. Aku senang kalian di sini, jadi ada hiburan.

 

EDO

Lawakkan kali kita.

 

LARAS

Balik lagi soal masalah kamu sama Hani, aku agak setuju sama Edo. Menurutku kamu punya alasan sendiri kenapa lakuin itu semua. Dan menurutku ya, San… setelah ini Hani akan mengerti kok.

 

SANTI

Begitu menurutmu?

 

LARAS

Iya. Aku rasa, Hani marah, lebih karena harapannya untuk ‘berjumpa’ lagi dengan ibu kalian tidak seperti yang dikiranya selama ini.

 

TOMI

Ngomong-ngomong, Hani dimana San?

 

SANTI

Dia seharian di kamar. Aku belum ke kamarnya lagi setelah aku cerita yang sebenarnya ke dia.

 

TOMI

Sabar ya, San.

 

LARAS

Nanti titip salam saja ke Hani.

 

EDO

Iya, aku juga titip salam. Bilang dicariin kakak Edo.

 

TOMI

Hmm… tetap, kesempatan…

 

SANTI

Iya, nanti aku sampaikan salam kalian ke Hani.

 

Santi tersenyum.

 

CUT TO

 

Sc 48 INT. KAMAR HANI – MALAM

SANTI, HANI

 

Sebelum tidur, Santi sengaja mendatangi kamar Hani. Ia ingin melihat keadaan Hani. Tapi saat Santi masuk ke kamar Hani, Santi melihat kamar kosong. Hani tidak berada di tempat tidur. Namun Santi melihat pintu yang mengarah ke balkon terbuka.

 

Santi berjalan ke balkon. Hani terlihat duduk di kursi sambil memakai selimut berdiam diri.

 

SANTI

Han…

 

Santi menyapa lembut Hani sambil menyentuh pundak Hani. Hani tersadar. Hani menengok ke Santi.

 

SANTI

Kamu belum tidur, Han?

 

HANI

Aku nggak bisa tidur, kak.

 

Santi berlutut di sebelah Hani.

 

SANTI

Apa yang bisa kakak lakukan untukmu, Han?

 

Hani menggeleng. Air mata jatuh membasahi pipi Hani.

 

SANTI

Han…

 

HANI

Kak, aku takut…

 

Hani menangis.

 

HANI

Aku takut, kak… ibu sudah nggak ada… aku nggak bisa ketemu ibu lagi… aku takut, kak…

 

Tangisan Hani pecah. Santi memeluk Hani erat-erat.

 

SANTI

Han, kamu jangan takut… kakak akan selalu berusaha ada untukmu. Kakak akan di sini bersamamu.

 

Santi mencium pipi Hani.

 

SANTI

Dan kakak yakin… ibu juga akan selalu menjaga kita walau kita tidak bisa melihat atau mendengarnya.

 

Hani memeluk erat Santi.

 

SANTI

Kakak sayang padamu, Han…

 

Keduanya menangis berpelukkan.

 

CUT TO

 

Sc 49 INT. KANTOR – PAGI

SANTI, HANI , EDO, TOMI, LARAS, RESTI

 

Beberapa hari kemudian…

 

Santi dan Hani tiba di kantor. Semua orang yang melihat keduanya tampak senang.

 

LARAS

Hani…!

 

Laras melambaikan tangan ke Hani. Laras terlihat senang.

 

EDO

Nah ini dia si eneng yang dinanti-nanti, akhirnya masuk juga. Ma… mas kangen nih.

 

Edo menggoda Hani. Hani tersenyum.

 

SANTI

Eits, jangan mulai ya, Do. Ingat pesan istri lo.

 

Edo tertawa.

 

Satu per satu menyambut dan memeluk kedatangan Hani, sebelum akhirnya Hani menuju meja kerjanya.

 

Tomi menghampiri Hani. Tomi tampak ragu-ragu.

 

TOMI

Hai, Han… bagaimana kabarnya?

 

HANI

Kabarku lebih baik, Kak Tomi.

 

TOMI

Han… sebelumnya aku mau minta maaf. Mungkin kamu sudah dengar dari cerita Santi, kalau aku yang bantu dia.

 

Hani tersenyum.


HANI

Iya, Kak. Kak Santi sudah cerita. Nggak ada yang perlu dimaafkan, aku mengerti kok alasan Kak Santi dan Kak Tomi melakukan itu.

 

TOMI

Jadi… kamu nggak marah sama aku?

 

HANI

Nggak kak. Aku justru marah kalau Kak Tomi malah menolak permintaan tolong Kak Santi.

 

Tomi tersipu malu.

 

TOMI

Thanks ya, Han.

 

Keduanya saling melemparkan senyuman.

 

Setelah permintaan maafnya, Tomi kembali ke meja kerjanya. Tidak lama setelah itu, Hani beranjak dari meja kerjanya dan menemui Laras di mejanya. Mereka berbicara empat mata.

 

CUT TO

 

Sc 50 INT. RUANG TV – MALAM

SANTI, HANI , FANI, ROBI SISCA

 

Hani, Fani, Robi dan Sisca sedang berkumpul di ruang TV. Mereka asyik ngobrol sambil nonton TV.

 

SISCA

Senang ya akhirnya kita bisa kumpul lagi.

 

ROBI

Perasaan baru beberapa minggu lalu kita kumpul deh, Sis. Suka berlebihan nih, Sisca.

 

SISCA

Beberapa minggu itu lama tahu, Bi.

 

ROBI

Iya deh, Sis. Kalau itu menurutmu.

 

FANI

Ngomong-ngomong, bagaimana kabar di tempat kerja, Han?

 

HANI

Kabarnya baik. Aku makin banyak belajar sama mereka. Makin tambah pengalaman.

 

SISCA

Terus kapan kita ditraktir, Han? Aku nggak menolak deh.

 

Santi tersenyum.

 

ROBI

Ah, kamu sih mana pernah menolak kalau soal makanan.

 

SISCA

Eh nggak harus traktir makanan juga kok, Han.

 

Mereka tertawa.

 

ROBI

Dasar Sisca.

 

Santi yang baru datang dari arah dapur, penasaran dengan suara ramai di ruang TV. Santi membawa beberapa boks wadah plastik makanan.

 

SANTI

Kayaknya lagi asyik nih yang ngobrol. Lagi cerita apa sih? Ada kabar apa?

 

FANI

Nggak ada yang special kak. Cuma ini saja si Sisca, biasa kak.

 

Sisca melihat beberapa boks yang dibawa oleh Santi.

 

SISCA

Kak… itu makanan bukan?

 

ROBI

Aduh… Sisca! Bikin malu deh!

 

Robi sewot.

 

SISCA

Ih, aku kan cuma tanya, Bi. Kok kamu sewot gitu, sih?

 

SANTI

Sudah nggak apa-apa. Ini memang sengaja kakak siapkan untuk kalian.

 

Santi membagikan boks.

 

SANTI

Boleh ikutan kumpul nggak nih?

 

SISCA

Boleh dong, Kak. Kan sudah dikasih makanan.

 

Sisca tersenyum manis.

 

HANI

Sini kak, duduk di sebelahku.

 

Hani memegang tangan Santi untuk duduk di sampingnya. Santi duduk disamping Hani dan merangkul Hani. Hani menyandarkan kepalanya ke bahu Santi.

 

SANTI

Kalian apa kabar? Bagaimana skripsi?

 

ROBI

Wah, kalau itu jangan ditanya, kak. Lelaaah…!

 

SANTI

Belum ada yang daftar sidang?

 

FANI

Kayaknya masih harus menunggu kak, kalau soal itu.

 

SISCA

Boro-boro daftar sidang, Kak. Aku sudah puji syukur banget kalau sudah bisa pindah bab.

 

Sisca terlihat serius menjawab sambil makan cemilan yang diberikan Santi.

 

FANI

Kayaknya kita harus tunggu Hani deh, kak.

 

ROBI

Bisa jadi tuh, Fan. Tinggal tunggu kabar Hani saja nih, kapan mau lanjut skripsi lagi.

 

HANI

Ngomong-ngomong soal kabar… sebenarnya ada kabar yang aku mau sampaikan ke kalian.

 

SANTI

Kabar apa tuh?

 

Santi penasaran. Sahabat-sahabat Hani memandangi Hani.

 

HANI

Jadi kabarnya adalah aku sudah minta izin ke kantor kalau aku akan kerja part-time. Jadi jam kerja ku tidak akan seperti biasanya.

 

Hani memandang ke Santi.

 

HANI

Aku sudah bicara dengan Kak Laras, dan dia mengizinkanku, kak.

 

SANTI

Tapi kenapa jadi part-time, Han?

 

Santi bingung.

 

HANI

Nah, itu ada hubungannya dengan kabar yang kedua. Jadi kenapa part-time, karena aku memutuskan untuk melanjutkan skripsiku dan sudah daftar ke kampus.

 

SISCA

Aaargh…!!!

 

Sisca berteriak kencang. Ia terlihat sangat senang.

 

FANI

Kamu serius, Han?!


Fani terlihat tidak percaya.

 

HANI

Iya, Fan. Aku serius.

 

Keduanya saling melemparkan senyum.

 

ROBI

Hore!!! Hani balik lagi ke kampus bareng kita.

 

Hani memandang ke Santi.

 

HANI

Nggak apa-apa kan, Kak?

 

Santi mengangguk sambil tersenyum. Hani memeluk Santi. Sisca, Fani dan Robi pun ikut memeluk Hani dan Santi. Mereka saling berpelukkan.

 

SISCA

Ada yang bisa bantu aku mengerjakan skripsi lagi.

 

Sisca terlihat bahagia. Begitu juga dengan yang lainnya. Mereka melanjutkan menonton sambil makan cemilan.

 

SANTI

Han…

 

Santi berbisik pada Hani.

 

SANTI

Kakak ikut bahagia mendengarnya. Dan kakak yakin, ibu juga ikut bahagia atas keputusanmu itu.

 

Mereka berdua saling melemparkan senyum. Mereka saling berpelukkan.

 

CREDIT TITLE

 


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar