Sc 31 INT. RESTORAN – MALAM
HANI, SANTI
Hani dan Santi memutuskan untuk makan malam di restoran sebelum pulang ke rumah. Karena keduanya sudah agak jarang makan di luar berdua semenjak keduanya bekerja karena jadwal mereka yang sering pulang malam.
SANTI
Jadi… bagaimana kerja di tempat kakak? Ada yang mau diceritakan atau curhat mungkin?
Hani tersenyum.
HANI
Nggak ada yang bikin kesal sih, Kak.
SANTI
Ah, serius? Edo nggak bikin kamu kesal, Han? Aku saja yang sudah lama kerja bareng dia masih suka kesal sama dia sampai sekarang.
Hani tertawa.
HANI
Bukan bikin kesal sih, kak. Cuma lebih ke ganggu saja. Tapi itu juga aku anggap lucu-lucuan saja, nggak aku anggap serius, kok.
SANTI
Syukur deh kalau kamu merasa begitu. Terus kira-kira betah nggak, nih?
HANI
Sejauh ini sih aku nyaman. Sama tempatnya, sama orang-orangnya. Terus tugasnya juga menyenangkan untuk aku lakukan. Aku suka.
Santi tersenyum.
HANI
Terus kan ada kakak juga. Jadinya aku nggak terlalu canggung menghadapi teman-teman kakak dan para pria yang penggoda itu.
SANTI
Pintar deh yang memuji-muji. Mulai merayu pasti mau tambah orderan ya?
Santi menggoda Hani.
HANI
Ih, kakak pede banget. Siapa yang merayu?
SANTI
Tapi benar kan mau tambah?
HANI
Iya sih, Kak. Aku masih lapar. Habis kerja keras hari ini.
SANTI
Iya deh yang habis kerja keras banget hari ini. Sampai-sampai tadi sempat ketiduran kan tadi di kantor?
Keduanya tertawa.
CUT TO
Sc 32 INT. KAMAR HANI - MALAM
HANI, ROBI, FANI, SISCA
Hani sedang video call dengan teman-teman kuliah yang beberapa waktu terakhir jarang ditemuinya. Hani video call di atas kasur.
ROBI
Terus kapan nih syukuran makan-makannya?
HANI
Syukuran apa, Bi?
ROBI
Ya syukuran karena kamu sudah kerja lah.
HANI
Oh dikirain syukuran skripsi. Soalnya seingat aku, aku belum selesai skripsi tuh.
SISCA
Ya kali, Han. Kalau kamu sudah selesai pasti aku juga sudah selesai. Makanya aku belum selesai-selesai skripsi nih, Han.
HANI
Memangnya apa hubungannya denganku, Sis?
SISCA
Kamu itu kan yang suka bantu aku kalau aku belum selesai mengerjakan tugas. Sekarang nggak ada deh yang bantu aku. Jangankan bantu, kamu sendiri saja belum selesai skripsinya.
HANI
Ya ampun Sis, jangan begitu dong. Aku jadi beban tahu.
FANI
Ih si Sisca suka lupa deh. Kan masih ada aku sama Robi.
SISCA
Iya sih, tapi kalian suka sibuk sendiri.
ROBI
Sori nih, tapi kalau soal skripsi jangan minta bantuan aku. Skripsi sendiri saja sudah bikin selera makan hilang. Ini mau disuruh bantu orang lain lagi. Nggak deh. Aku menyerah kalau soal itu.
SISCA
Tuh, kan… Robi sih begitu. Pelit!
ROBI
Aku bukannya pelit Sis, tapi memang sudah pusing sendiri.
SISCA
Ya sudah, kamu balik kuliah lagi saja yuk, Han. Biar ada yang bantuin aku.
Wajah Sisca memelas.
HANI
Aku belum bisa balik sekarang, Sis. Kan aku sudah ajukan cuti. Terus sekarang aku lagi ada pekerjaan.
SISCA
Memangnya kamu nggak kangen ya sama aku, Han?
Hani tersenyum.
HANI
Ya kangen lah, Sis. Aku kangen sama kalian semua. Tapi kan sekarang aku lagi cuti kuliah dan lagi kerja.
Hani menguap ngantuk.
FANI
Sudah ngantuk ya, Han?
HANI
Iya nih. Sudah mulai ngantuk aku. Tadi saja sempat ketiduran sebentar di kantor.
ROBI
Pakai ngiler nggak?
Robi meledek Hani.
HANI
Sialan kamu, Bi.
Semua tertawa.
HANI
Kalau begitu aku pamit mau tidur dulu ya. Sampai ketemu lagi secepatnya.
SISCA
Beneran ya, Han…
ROBI
Iya, Han. Jangan sibuk-sibuk terus. Jangan lupakan kami.
HANI
Iya aku janji. Kita haha… hehe… lagi secepatnya. Dan aku nggak akan bakalan lupa sama kalian. Kalian itu salah satu supporter terbaik aku.
FANI
Ya sudah, kamu istirahat ya, Han. Sehat selalu.
HANI
Iya Fan. Thanks. Kamu sama yang lain juga sehat selalu.
Tidak lama mereka mengakhiri video call masing-masing. Hani menaruh tablet miliknya di meja samping tempat tidur. Ia kemudian berbaring di atas kasur. Hani memejamkan matanya sejenak, sebelum akhirnya ia terbangun. Hani teringat sesuatu. Hani bergegas turun dari tempat tidur. Ia langsung menuju meja belajarnya dan mengambil tas miliknya di atas meja. Hani membawa tasnya ke atas kasur dan mulai membongkar-bongkar isi dalam tasnya.
HANI
Dimana ya alat perekamnya?
Hani menumpahkan semua isi dalam tasnya, mencari alat perekam suara miliknya. Alat perekam suara terjatuh dari dalam tas Hani.
HANI
Nah, ini dia!
Hani terlihat gembira.
HANI
Aku pikir hilang.
Hani memasukkan kembali barang-barangnya ke dalam tas. Menaruh tasnya di bawah, di samping tempat tidur. setelah itu ia mengambil earphone dan menancapkannya ke alat perekam suara miliknya. Hani duduk bersandar pada bantal di kepala tempat tidur. Ia mulai memutar alat perekam suara miliknya.
HANI
Semoga ada yang terdengar.
Cukup lama Hani mendengarkan alat perekam suara miliknya, hingga ia hampir tertidur. Namun sebuah suara dalam rekaman mencegahnya tertidur.
HANI
Ibu?
Jantung Hani berdegup kencang.
HANI
Ini benar ibu?
Hani menambah volume suara alat perekam miliknya. Sayup-sayup suara dalam rekaman mulai terdengar.
IBU RENI O.S
Hani… hani… sayang ibu, apa kabar?
Hani mulai meneteskan air mata.
HANI
Hani kangen sama ibu…
Hani mulai menangis.
IBU RENI O.S
Ibu… baik…
Suara di rekaman terdengar lumayan jelas meskipun agak putus-putus.
IBU RENI O.S
Ibu rindu.
Hani menangis sesenggukan.
Hani kemudian mengambil bingkai foto Ibu Reni di samping tempat tidurnya. Hani memeluk foto tersebut sambil terus mendengar rekaman.
HANI
Ibu… Hani ingin terus bisa bicara dengan ibu…
Hani terus mendengarkan rekaman sampai akhirnya ia tertidur. Alat perekam suara tergeletak di sampingnya.
CUT TO
Sc 33 INT. KAMAR HANI – PAGI
HANI, SANTI
Sudah jam 07.30, tapi Hani masih tidur di kamarnya. Santi masuk ke kamar Hani dan membangunkan Hani.
SANTI
Han… Han… ayo bangun. Sudah terlambat nih. Kakak kira kamu sudah bangun.
Hani mulai membuka mata.
HANI
Memangnya jam berapa sih, kak?
SANTI
Sudah jam setengah delapan, nih. Ayo cepat bangun. Kamu belum mandi, belum sarapan.
Hani terkejut.
HANI
Hah?! Jam setengah delapan?! Kok kakak nggak membangunkan aku sih?
SANTI
Kakak kira kamu sudah bangun, makanya kakak nggak bangunin kamu.
Hani buru-buru bangun.
HANI
Ya sudah aku mandi sekarang deh, Kak. Aku sarapannya di mobil saja.
SANTI
Oke. Kakak siapkan kalau begitu.
Hani menuju kamar mandi sementara Santi keluar untuk menyiapkan bekal Hani.
CUT TO
Sc 33 INT - EXT. MOBIL SANTI – PAGI
HANI, SANTI
Hani akhirnya sarapan di mobil dalam perjalanan menuju tempat kerja.
SANTI
Han, kalau kakak perhatikan, kamu belakangan ini sering mengantuk. Memangnya kamu tidur jam berapa kalau malam? Kamu begadang, ya?
HANI
Aku memang belakangan ini tidur agak malam, Kak. Soalnya ada yang lagi dikerjakan.
SANTI
Memangnya lagi mengerjakan apa? Sepertinya penting, ya?
HANI
Iya Kak. Penting buat aku.
Santi memandang Hani yang terus melanjutkan sarapannya.
CUT TO
Sc 34 INT. KANTOR – PAGI
TOMI, SANTI, EDO, HANI, LARAS, RESTI
Tomi menghampiri Santi yang sedang sibuk mengedit foto hasil jepretannya.
TOMI
Hai, San. Lagi sibuk?
Santi melihat Tomi duduk di sebelahnya.
SANTI
Hai, Tom. Lumayan, kenapa?
TOMI
Aku boleh tanya nggak?
Santi tetap sibuk menghadap layar komputer.
SANTI
Mau tanya apa sih, Tom?
TOMI
Kamu apa kabar, San?
Santi berhenti melakukan pekerjaannya lalu memandang heran Tomi.
SANTI
Kabar aku?
TOMI
Iya kabar kamu. Kabarmu baik nggak San?
SANTI
Mmm… kabarku baik sejauh ini, Tom.
Santi tersenyum.
SANTI
Memangnya kenapa, kok kamu tanya begitu? Memangnya aku kelihatan kurang baik, ya?
TOMI
Nggak sih, bukan begitu. Cuma menurut anak-anak kamu agak beda.
SANTI
Anak-anak bilang begitu, Tom?
Santi terlihat penasaran.
TOMI
Menurut aku juga.
SANTI
Eh, serius?
Tomi mengangguk.
SANTI
(heran)
Memangnya aku beda bagaimana, Tom?
TOMI
Kamu agak menjauh dari anak-anak, terutama setelah Hani gabung di kantor kita.
Santi terdiam.
TOMI
Sori ya, San. Tapi menurut anak-anak, kamu agak protektif ke Hani. Dan aku setuju sama mereka.
SANTI
Tom…
TOMI
Iya kamu kemarin sempat singgung soal Hani. Tapi kamu harus bicara, bukannya jadi protektif ke dia.
SANTI
Iya, tapi dia adikku satu-satunya, Tom.
TOMI
Iya, aku tahu itu.
SANTI
Aku takut dalam hatinya dia belum merelakan kepergian ibu kami, Tom.
TOMI
Mungkin dia hanya kangen sama ibu saja. Aku melihat dia tidak seperti orang yang bersedih, yang suka termenung sendiri. Kemarin Edo cerita kalau Hani bercanda terus sama klien waktu pemotretan.
SANTI
Tapi kemarin kan aku juga sampaikan ke kamu, Tom.
TOMI
Iya sih.
SANTI
Jadi kamu tahu kan, alasan sikapku begini?
Tomi mengangguk.
TOMI
Yoweis, kalau begitu. Aku balik ke mejaku lagi.
Tomi berdiri dari duduknya. Santi memegang tangan Tomi.
SANTI
Tom, tolong jangan beritahu Hani ya.
Wajah Santi memelas.
TOMI
Tapi kamu cepat atau lambat harus bicara sama Hani, San.
SANTI
Iya, Tom.
Edo yang sedang berjalan di dekat Santi dan Tomi, tidak sengaja melihat keduanya. Edo kemudian berteriak.
EDO
Han, ada yang dekati kakakmu nih!
Laras, Edo, Resti juga termasuk Hani, melihat ke meja Santi.
SANTI
Do, lo tuh reseh ya!
Santi terlihat kesal. Santi melepas tangan Tomi.
TOMI
Nggak usah kesal, San. Namanya juga Edo, nggak heran.
Santi melihat ke Hani. Hani tersenyum pada Santi.
INTERCUT TO
Sc 35 INT. KANTOR – SIANG
SANTI, HANI
Saatnya jam makan siang. Beberapa orang memutuskan untuk mencari makan di luar.
LARAS
San, makan di luar nggak?
Santi melihat Hani yang masih berada di depan computer.
SANTI
Kayaknya nanti minta tolong OB saja beli di warteg.
TOMI
Beneran nih, San?
HANI
Kak Santi, kalau mau makan di luar makan saja, Kak. Aku nggak apa-apa, kok.
Hani tersenyum pada Santi.
EDO
Iya San, adik lo gue jagain deh.
SANTI
Justru karena ada elo, Do.
Resti yang baru saja masuk setelah membeli makan di luar menanggapi perkataan Santi.
RESTI
San, sudah kalau mau makan di luar, makan saja. Nanti aku sama Hani.
HANI
Kak, aku nggak apa-apa. Aku bukan anak kecil lagi, deh.
TOMI
Tuh San, dengarkan kata-kata Hani?
Santi memandang Tomi. Ia terlihat ragu.
HANI
Kak, sudah deh buruan.
SANTI
Mbak Resti, aku titip ya. Jagain dari setan laki yang reseh itu.
RESTI
Tenang San, kalau Edo macam-macam nanti aku pites.
EDO
Ih, memangnya aku kutu Mbak Resti. Pakai di pites segala.
SANTI
Kamu mau titip nggak, Han?
HANI
Nggak kak. Tadi aku sudah titip pak OB order di warteg.
Santi pun akhirnya ikut makan siang di luar dengan Laras dan Tomi.
CUT TO