Sc 21 INT. RUANG TV – MALAM
HANI, SANTI
Hani sedang menonton salah satu acara televisi. Kali itu ia sedang menonton tentang program yang menampilkan pengalaman orang-orang saat merekam sosok hantu di kamera mereka. Hani terlihat serius menonton acara tv tersebut. Saat sedang menonton, Santi menghampiri dan duduk di sebelah Hani.
SANTI
Kamu belum tidur, Han?
HANI
Belum, Kak. Lagi tanggung.
Santi melihat ke layar tv.
SANTI
Tentang apa, Han? Hantu ya?
HANI
Iya, Kak. Kurang lebih.
Santi ikut menonton sambil mengobrol dengan Hani.
SANTI
Han, besok kamu berangkat jam berapa ke kampus?
HANI
Besok aku nggak ke kampus, Kak.
SANTI
Ooh… memangnya kamu nggak ada janji sama pembimbing skripsimu?
HANI
Belum, kak. Dan aku juga rencana mau tunda skripsiku dulu.
SANTI
Ditunda? Kenapa?
Santi terlihat heran mendengar pernyataan Hani.
HANI
Aku butuh waktu, kak.
Hani tetap serius menonton acara di televisi.
SANTI
Lalu, apa yang mau kamu lakukan sementara ini?
HANI
Aku belum tahu sih, kak sebenarnya. Belum ada rencana. Tapi aku ingin ikut kegiatan di luar kampus. Mungkin magang atau kerja paruh waktu.
SANTI
Oh begitu.
HANI
Iya kak.
SANTI
Kalau begitu kebetulan, Han. Kalau kamu mau, kakak sama teman kakak lagi butuh orang untuk kelola media sosial kita.
HANI
(antusias)
Oh ya?
SANTI
Iya. gajinya belum seberapa sih, Han kalau dibanding tempat lain.
HANI
Ah kalau soal itu nggak apa-apa, kak.
SANTI
Serius?
HANI
Iya. Terus tugasnya apa saja, Kak?
SANTI
Tugasnya posting kegiatan atau event-event yang sedang kami kerjakan. Terus posting beberapa hasil karya pemotretan.
HANI
Oh kayak kalau aku biasa posting, dong ya?
SANTI
Iya, bisa dibilang kurang lebih begitu. Tapi untuk posting foto hasil karya harus hati-hati, Han. Harus disertakan kepemilikan, nggak boleh lupa. Soalnya seperti yang kamu tahu juga, di media sosial semua bisa terjadi bahkan pencurian hak milik.
HANI
Oh iya ya, Kak. Terus caranya bagaimana kak, supaya tidak diakui milik orang lain?
SANTI
Nah untuk itu kami sudah ada pencegahannya sendiri, Han. Kami sudah memikirkan caranya. Untuk lebih jelasnya nanti kamu dijelaskan sama salah satu teman kakak. Tapi itu juga kalau kamu memang berminat, Han.
HANI
Boleh deh, Kak. Aku terima tawaran kakak. Aku jadi penasaran dan nggak sabar, nih.
Hani terlihat gembira.
SANTI
Tapi kamu serius soal skripsi? Nggak apa-apa, tuh? Nggak sayang?
HANI
Nggak, kak. Kecuali kalau kakak melarang.
SANTI
Aku nggak akan melarang, Han. Kakak anggap kamu sudah dewasa untuk memutuskan yang terbaik untukmu.
HANI
Terima kasih ya, kak.
SANTI
Eh iya, ada satu hal lagi, Han. Kakak sama teman-teman kakak akan menilai kamu berdasarkan kinerja kamu nantinya. Jadi kalau menurut kami pekerjaan dan kinerja kamu kurang baik kami akan sampaikan dan kalau memang dibutuhkan, kami akan mencari orang yang lebih baik untuk menggantikanmu. Jadi kalau itu sampai terjadi, kamu jangan sakit hati, ya?
HANI
Iya, Kak. Hani siap, kok.
Hani dan Santi saling tersenyum.
HANI
Terus kapan aku bisa mulai, kak?
SANTI
Besok kamu bisa ikut main dulu ke tempat kerja kakak. Baru setelah itu kami akan putuskan dan kamu juga bisa pertimbangkan lagi. Besok tapi berangkatnya agak siang saja ya, Han. Soalnya paginya kakak harus ketemu klien dulu.
HANI
(senyum)
Oke, Kak.
SANTI
Ya sudah kalau begitu. Sekarang kakak mau tidur dulu. Kamu jangan tidur terlalu malam ya, Han.
HANI
Iya, Kak. Setelah selesai acaranya nanti aku tidur.
Santi meninggalkan Hani menonton televisi sendirian untuk pergi tidur. Hani tetap menonton televisi sampai program acara yang ditontonnya selesai.
Setelah kurang lebih setengah jam, program acara yang ditonton Hani selesai. Hani menepati janjinya. Ia mematokan televisi dan pergi ke kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 23.45.
CUT TO
Sc 22 INT. KAMAR HANI – MALAM
HANI
Hani masuk ke kamarnya setelah menonton televisi. Namun setelah berada di kamar Hani tidak langsung tidur, ia justru membuka laptopnya. Hani menyalakan laptopnya di atas kasur sambil bersandar pada tumpukkan bantal di belakangnya.
Hani membuka google. Hani mulai mengetik di kolom pencarian.
HANI
Alat pendeteksi suara dan sosok hantu.
Setelah menekan tombol ‘cari’, di layar keluar beberapa referensi dan tulisan terkait pencarian Hani. Hani mulai membacanya satu persatu. Sampai akhirnya Hani meng-klik salah satu tautan. Saat tautan terbuka, terlihat situ yang menjual berbagai alat yang Hani cari.
HANI
Persis seperti yang aku cari.
Hani melihat tulisan dan keterangan di situs yang ia buka tersebut dengan seksama.
CUT TO
Sc 23 INT. KANTOR SANTI - SIANG
HANI, SANTI, EDO, TOMI, LARAS
Hani datang ke kantor Santi setelah jam makan siang. Hani masuk ke sebuah ruangan seperti ruko berukuran sedang yang sudah diubah dan didesain sedemikian rupa sehingga terlihat menarik dan unuk.
TOMI
Nah ini dia yang sudah ditunggu-tunggu.
Celetuk Tomi begitu Hani masuk ke ruangan.
HANI
Halo Mas Tomi.
Hani tersenyum.
LARAS
Halo Hani. Apa kabar?
HANI
Baik, Kak.
SANTI
Han, kamu sudah makan siang?
HANI
Sudah, Kak.
Tidak lama di belakang Hani datang salah satu teman Santi yang baru kembali dari beli makan siang.
EDO
Gila di luar panas banget, ya.
Semua yang ada di ruangan melihat kedatangan Edo. Edo melihat Hani berdiri di depannya.
EDO
Tapi mendadak di ruangan langsung adem, deh. Ternyata ada gadis cantik berdiri di hadapan aku.
Edo tersenyum pada Hani.
SANTI
(galak)
Heh Do, awas ya macam-macam sama adik gue!
Ancam Santi serius.
EDO
Hah, ini adik elo?!
Edo terkejut.
SANTI
(ketus)
Iya. Kenapa elo kaget begitu?
EDO
Beda ya.
SANTI
(ketus)
Sialan lo, Do!
Santi melempar alat steples ke arah Edo. Edo berhasil menghindar.
LARAS
Han, kamu hati-hati ya sama dia. Jangan dekat-dekat.
Hani hanya tersenyum.
EDO
Memangnya aku mengandung covid harus jaga jarak?
Semua tertawa.
EDO
Eh iya hampir lupa. Kenalan dulu ya kita. Nama aku Edo.
Edo mengulurkan tangan ingin bersalaman dengan Hani, tapi Hani menolak bersalaman.
HANI
Maaf, Mas. Masih Covid.
Santi, laras, Tomi tertawa puas. Edo cemberut. Hani hanya tersenyum.
HANI
Nama saya Hani, Mas Edo.
EDO
Iya sih masih covid. Tapi aku sehat kok, Han. Betul deh. Habis di swab kemarin.
Teman-teman Edo menertawakannya.
HANI
(senyum ramah)
Maaf ya, Mas.
EDO
Iya nggak apa-apa, Hani.
Edo tersenyum manis.
EDO
Nama kamu bagus deh, Han. Enak gitu di dengarnya.
TOMI
Mas… mas… ingat sama cincin tuh di jari manisnya.
Edo melihat jarinya. Ia lalu menunjukkan jarinya ke teman-temannya.
EDO
Cincin apa ya, Tom?
Edo terlihat berlagak bodoh.
SANTI
Wah, elo kemanain, tuh cincin? Jangan-jangan di gadai lagi?
LARAS
Iya San, memang di gadai cincinnya. Untuk bayar hutang. Ya kan, Do?
EDO
Ah elo, Ras… kenapa harus dikasih tahu. Kebongkar deh kedok gue di depan Hani.
Muka Edo sok memelas.
SANTI
Halah, itu bukan kedok. Gue kasih tahu istri elo loh Do, kalau lo ganggu adik gue.
EDO
Eh iya jangan, San! Bercanda gue tadi. Elo serius amat sih anaknya, San.
TOMI
Ada yang ketakutan nih, yee…
Hani tersenyum.
EDO
Hani, tadi Cuma bercanda ya. Aku itu professional kok orangnya.
HANI
Iya, Mas.
EDO
Eh, tapi panggilnya kakak saja ya. Biar aku nggak terlalu berasa tua.
SANTI
Duh, banyak permintaan deh. Mending cepetan makan siang dulu terus lanjut kerja.
EDO
Iya tadi juga rencananya begitu, San. Tapi Hani sekejap sempat mengalihkan rencana awalku.
LARAS
Do, buruan deh makan. Sebelum elo di steples sama Santi.
EDO
Iya… iya…
Edo kemudian berjalan dan duduk di kursi kerjanya di sudut ruangan. Ia mulai makan makanan yang dibelinya.
LARAS
Oh iya, kamu duduk dulu, Han. Sampai lupa deh tuh tawarin duduk gara-gara Edo.
HANI
Iya Kak, terima kasih.
Hani duduk di samping meja kerja Laras.
LARAS
Jadi kata Santi kamu mau tunda skripsimu dulu ya, Han? Mau coba-coba kerja dulu?
HANI
Iya Kak. Sebenarnya nggak hanya kerja sih. Kalaupun ada tawaran dari organisasi-organisasi tanpa laba pun kalau dari akunya tertarik dan cocok juga aku mau coba.
LARAS
Oh begitu… tapi benar kamu yakin mau tunda skripsimu dulu? Maksud aku, kan sudah tanggung nih, kamu sebentar lagi lulus. Apa nggak mau selesaikan dulu skripsinya baru nanti kerja?
HANI
Iya sih, kak aku awalnya sempat berpikir begitu. Tapi aku merasa, kok akhir-akhir ini aku agak jenuh ya dengan yang ‘berbau’ skripsi, kampus dan semacamnya. Aku jadi kehilangan semangat. Makanya aku putuskan sementara ini aku mau coba kegiatan di luar kampus.
LARAS
Begitu ya? Padahal sambil disambi bisa loh, Han. Kan kamu tinggal skripsi. Jadi skripsi jalan, kegiatan di luar skripsi juga jalan.
TOMI
Ras, nggak apa-apa juga lagi kalau Hani maunya begitu. Aku dulu juga seperti Hani. Skripsi ditunda untuk magang, habis itu baru lanjut lagi. Dan perasaan jadi lebih semangat kerjain skripsinya setelah tahu dunia kerja dan sudah punya penghasilan sendiri.
LARAS
Jadi kamu serius mau gabung dengan kami, Han?
HANI
Iya, Kak.
LARAS
Santi mungkin juga sudah jelaskan tugasnya apa saja, ya?
HANI
Secara garis besar sudah kak.
LARAS
Oke. Terus soal gaji, Santi sudah sampaikan belum kalau mungkin untuk saat ini kami belum bisa menggaji dengan jumlah besar?
HANI
Sudah, kak.
LARAS
Jadi kamu nggak ada masalah soal itu, ya?
HANI
Iya, Kak.
LARAS
Oke kalau begitu… ada yang mau ditambahkan lagi nggak San, Tom?
SANTI
Dari aku nggak.
TOMI
Kalau dari aku mungkin dari sisi jam kerjanya saja sih, Ras. Mungkin aku bisa tambahkan, mungkin terdengar sederhana ya tugas dari seorang admin pengelola situs ataupun media sosial. Tapi kami ingin admin pengelola kami bukan hanya sekedar posting, kami mau admin kami juga merasakan dan menjadi bagian dari kegiatan kami. Jadi nanti ada kemungkinan juga untuk kamu ikut kami saat berada di lapangan, bertemu dengan klien. Jadi kamu juga bisa melihat, merasakan, dan semoga memahami proses dibalik postingan-postingan kamu Han.
LARAS
Oh iya. Aku setuju sama kamu Tom.
HANI
Siap Kak. Aku siap untuk belajar dengan kalian.
EDO
Aku juga siap terima kamu, Han!
Edo beretriak dari tempat duduknya.
LARAS
Hus! Menyambar saja kayak petir.
Hani tersenyum.
LARAS
Oke kalau memang kamu sudah siap, sekarang kamu bisa mulai. Mungkin Tomi bisa tunjukkan beberapa portfolio kita ke kamu Han.
SANTI
Mungkin sambil belajar cara posting yang baik dan benar juga kali ya, Tom?
TOMI
Oke, siap.
SANTI
Titip ya Tom adik gue.
TOMI
Iya kakak, gue jagain. Tapi kakak juga harus siap nih sekarang.
SANTI
Siap apa maksudnya?
TOMI
Siap-siap diawasin Hani. Jadi jangan bandel-bandel ya kakak.
SANTI
Ish, siapa yang bandel.
TOMI
Jangan salah ya, Han. Tapi kakakmu ini beda-beda tipis sama Edo.
SANTI
Enak saja. sembarangan nih, Tomi kalau ngomong.
Tomi tertawa.
SANTI
Jangan dipercaya dik. Tidak semua yang dibicarakan di kantor ini, keluar dari mulut orang-orang yang sadar.
TOMI
Eh maksud lo? Gue sudah kapok kali San.
EDO
Tom, kalau butuh bantuan kasih tahu gue, ya?!
Edo teriak lagi dari tempat kerjanya.
TOMI
Kayaknya nggak perlu deh, Do. Terima kasih.
Hani pindah duduk di dekat meja kerja Tomi. Tomi mulai menjelaskan beberapa tugas untuk Hani. Santi duduk di sebelah Laras melihat Tomi dan Hani dari jauh.
SANTI
Semoga adik gue baik-baik saja ya kerja di sini. Gue takut sama racunnya Edo.
santi berbisik ke Laras. Laras tertawa.
LARAS
Nggak lah, San. Kalau anak-anak macam-macam, gue pentung kepalanya satu-satu.
SANTI
Thanks Ras. Soalnya sekarang kami berdua hanya punya satu sama lain. Jadi maaf kalau sekarang jadi agak protektif sama Hani.
LARAS
Nggak usah minta maaf lagi, San. Gue mengerti banget posisi elo. Gue juga pasti akan lakuin hal yang sama kalau ada di posisi elo, San.
Santi tersenyum ke Laras.
CUT TO
Sc 24 INT. RUMAH – MALAM
HANI, SANTI, SATPAM KOMPLEK
Hani dan Santi baru saja sampai di rumah sepulang dari tempat kerja. Satpam komplek mengetuk pintu pagar saat mereka berdua baru saja masuk ke dalam rumah.
SANTI
Eh ada satpam. Ada apa ya?
Santi baru akan membuka pintu saat Hani melarangnya.
HANI
Jangan Kak. Biar aku saja yang keluar. Kayaknya mau antar paket pesananku.
SANTI
Oh oke.
Hani membuka pintu lalu keluar menemui satpam yang sudah menunggu dibalik pagar. Dari dalam Santi melihat satpam tersebut menyerahkan sebuah bungkusan berwarna hitam kepada Hani. Tidak lama setelah menerima bungkusan, Hani kembali ke dalam. Santi masih menunggunya di foyer rumah.
SANTI
Betul antar paketmu?
HANI
Iya, Kak.
Hani terlihat gembira.
SANTI
Kelihatannya senang banget yang habis terima paket. Isinya apa sih, Han?
HANI
Perekam suara, Kak. Aku beli di toko online kemarin.
SANTI
Perekam suara? Mau jadi penyanyi, ya?
HANI
Ah nggak, kak. Aku mana bisa nyanyi.
Tidak lama, Hani dan Santi masuk ke kamar masing-masing. Mereka mandi dan beristirahat sejenak sebelum makan malam.
Selesai mandi, Hani duduk di atas kasur sambil membuka paketnya. Hani mengambil benda yang ada di dalam dus dan mengeluarkannya.
HANI
(senang)
Ih, keren amat.
Paket yang diterima oleh Hani adalah benda berupa alat perekam suara yang di brosurnya tertulis perekam suara digital (digital voice recorder). Alat tersebut berukuran sebesar genggaman tangan. Perekam suara itu berwarna silver dan dilengkapi kabel earphone.
Hani mulai membaca petunjuk dan cara penggunaan alat tersebut sampai akhirnya ia tertidur.
CUT TO
Sc 25 INT. RUMAH – MALAM
HANI
Hani berada di dapur. Hani terbangun tengah malam karena ia kelaparan dan belum makan malam. Ia menyalakan lampu dapur. Hani membuka kulkas dan mengambil nugget ayam dan memanaskannya di microwave. Sambil menungu nuggetnya, Hani mengambil piring lalu mengambil nasi dari dalam rice cooker. Kurang lebih 10 menit sebelum timer microwave berbunyi.
Hani duduk di kursi makan. Hani merasakan ada yang berat di kantong celana piyamanya. Ia merogoh kantong celananya, lalu mengeluarkan isinya yang ternyata adalah alat perekam suara yang baru dibelinya.
HANI
Sebaiknya aku taruh dimana ya?
Hani menekan tombol rekam pada alat tersebut. Hani melihat sekeliling ruangan dari tempatnya duduk dan berpikir dimana dia akan meletakkan alat perekam suara itu.
Ting! Suara timer microwave berbunyi, mengalihkan pikiran Hani. Ia meletakkan alat perekam suara miliknya di atas meja makan. Hani kemudian berjalan ke microwave dan mengambil nugget dari dalam microwave lalu kembali duduk di kursi makan dan ia mulai makan.
CUT TO