Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Stay With Me
Suka
Favorit
Bagikan
9. BAGIAN 9 Scene 41-45

Sc 41 INT. KAMAR HANI – MALAM

SANTI, HANI   


Hani yang terlihat senang dan bersemangat berusaha membangunkan Santi yang sudah tidur.

                  

HANI

Kak… kak… bangun kak!

 

Santi yang terlihat sangat mengantuk berusaha melek.

 

SANTI

Memang sudah pagi ya, Han?

 

Wajah Santi terlihat mengantuk. Suaranya pelan.

 

HANI

Kak… ibu ada di sini, kak.

 

Santi melihat Hani dengan mata setengah terpejam.

 

SANTI

Han, ibu sudah meninggal.

 

HANI

Tapi ibu ada di sini. Ibu ada bersama kita.

 

SANTI

Ibu akan selalu ada bersama kita, Han. Ibu ada di sini.

 

Santi memegang dada Hani.

 

SANTI

Sekarang kita tidur dulu ya.

 

Hani yang sedikit kecewa dengan reaksi Santi, akhirnya berbaring di sebelah Santi. Namun reakai Santi tidak membuat hatinya bahagia.

 

HANI V.O.

Aku tahu ibu pasti ada di sini.

 

SANTI

Selamat tidur, Han.

 

Santi memegang tangan Hani yang berbaring disampingnya.

 

HANI

Selamat tidur, kak.

 

Hani tersenyum sambil memandang langit-langit kamar.

 

CUT TO


Sc 42 EXT. PANTAI – SORE

SANTI, HANI , EDO, TOMI

 

Siang itu, tim dari kantor Santi habis menyelesaikan Pemotretan salah satu klien mereka yang adalah atlet ski air. Pemotretan berjalan seru dan menyenangkan. Cuaca dan angin sangat bersahabat hari itu, sehingga semua berjalan lancar dan sesuai rencana. Selesai itu, mereka makan siang di restoran pinggir pantai dan ditraktir oleh si atlet.

          

EDO

Gue senang hari ini. Semuanya terasa menyenangkan dan memuaskan.

 

TOMI

Karena makannya dibayarin klien maksudnya?

 

EDO

Ih Tomi tahu saja, deh.

 

TOMI

Dasar!

 

EDO

Tapi kalau gue boleh ngomong nih...

 

TOMI

Perasaan dari tadi juga sudah ngomong, Do.

 

EDO

Duh, dengar dulu… maksud gue begini, gue merasa setelah Hani gabung sama kita, kerjaan kita jadi lancar-lancar terus deh. Mulai dari klien yang asyik diajak kerjasama, proses yang selalu berjalan lancar dan sesuai rencana.

 

TOMI

Hmm… ada yang mulai gombal nih, San.

 

EDO

Eh nggak begitu, San. Aku bicara yang sebenarnya aku rasa semenjak Hani gabung sama kita. Aku serius loh, Han.

 

HANI

Terima kasih, Kak.

 

Hani tersipu malu.

 

SANTI

Gue amin-in saja deh, Do.

 

TOMI

Tuh, Hani jadi tersipu malu karena kamu tuh.

 

EDO

Tapi rasa-rasanya Hani terlihat beda hari ini. Apa ya kira-kira?

 

Edo memandangi Hani dan terlihat seperti berpikir.

 

SANTI

(ketus)

Sudah… melihatnya nggak usah begitu amat.

 

EDO

Serius ada yang beda nih dari Hani hari ini. Han, kamu kelihatan fresh dan… kamu lagi bahagia benget ya hari ini?

 

Hani tersenyum sambil mengangguk.

 

EDO

Tuh, kan… apa kataku. Kalau boleh tahu apa yang membuat seorang Hani bahagia sekali hari ini?

 

HANI

Mmm… sebenarnya aku nggak tahu bagaimana ceritanya. Tapi pasti kalian nggak percaya kalau aku ceritakan.

 

EDO

Ih, bikin penasaran deh. Memangnya apa sih yang mau diceritakan?

 

Santi melirik ke Tomi. Keduanya saling melirik.

 

HANI

Jadi, aku melihat ibu dan aku mendengar ibu berbicara ke aku.

 

EDO

Kamu ketemu ibu dalam mimpi?

 

Hani menggeleng.

 

EDO

Lalu maksudnya?

 

Edo penasaran.

 

HANI

Aku melihat sosok ibu dan mendengar suaranya beneran.

 

EDO

Ah serius kamu, Han?

 

Edo terlihat tidak percaya.

 

HANI

Jadi sebenarnya ya tuh, Kak… aku beli alat-alat untuk merekam suara dan gambar sosok yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Singkat cerita, aku sengaja pasang dan rekam untuk tahu keberadaan ibu. Aku mau tahu apakah ibu masih ada bersama-sama aku atau tidak.

 

EDO

Dan ternyata?

 

HANI

Ternyata ibu masih ada di rumah bersamaku dan Kak Santi juga.

 

Edo hanya bisa terdiam mendengar cerita Hani. Santi memalingkan mukanya.

 

TOMI

Han… maaf ya aku mau tanya. Tapi kamu jangan marah ya…

 

HANI

Iya, Kak. Mau tanya apa?

 

TOMI

Apa kamu yakin kalau itu sosok ibu? Maksudku bukan bayangan lampu mungkin atau karena kameranya?

 

HANI

Aku rasa bukan Kak. Karena itu bukan kejadian yang pertama kalinya. Sebelumnya juga aku pernah merekam dan mendengar suara ibu menyebut namaku.

 

Tomi memandang Santi. Santi terlihat merasa bersalah.

 

SANTI

Menurutku itu bukan ibu, Han.

 

Santi berbicara dengan nada tegas. Hani, Edo dan Tomi terkejut.

 

EDO

Eh San, siapa tahu itu betul ibu. Aku pernah lihat ada orang yang pernah merekam seperti Hani juga kok, dan itu terjadi.

 

SANTI

(marah)

Do, kamu itu nggak tahu apa-apa. Jadi aku minta jangan sok tahu.

 

Edo hanya bisa bengong mendengar kata-kata Santi.

 

TOMI

San…

 

SANTI

Tom, kan kamu sendiri yang minta aku bicara ke Hani. Sekarang aku bicara.

 

Hani memandang bingung ke Tomi.

 

SANTI

Han, yang kamu lihat dan yang kamu dengar selama ini itu bukan ibu. Ibu itu sudah meninggal, Han.

 

HANI

Tapi aku ada rekamannya, Kak. Ini aku bawa kok, kalau kakak mau tahu.

 

Hani langsung mengeluarkan kamera dan alat perekam suara miliknya dari dalam tas.

 

HANI

Ini kak. Kakak bisa lihat dan dengar langsung.

 

Hani menyodorkan alat-alat ke depan Santi.

 

SANTI

Han, tolong kamu dengarkan kakak. Apa yang kamu lihat dan kamu dengar itu tidak benar.

 

HANI

Ini kak, kakak bisa dengar sendiri.

 

Hani bersikeras membuktikan pada Hani. Hani berusaha menunjukkan bukti yang ada.

 

SANTI

Han, itu nggak ada yang benar!

 

HANI

Tapi ini ada kak!

 

Hani memaksa agar Santi mau melihat atau mendengarnya.

 

SANTI

(teriak)

Kalau kakak bilang nggak benar, ya nggak benar!

 

Santi terlihat marah. Begitu marahnya Santi, sampai-sampai ia menampik alat-alat milik Hani dan menjatuhkannya ke lantai hingga rusak.

 

Hani terdiam menatap alat-alatnya rusak. Begitu juga Edo dan Tomi. Santi seketika terlihat menyesal.

 

HANI

Kalau kakak tidak suka atau tidak percaya padaku tidak apa-apa. Tapi kenapa harus merusak alat yang aku punya untuk komunikasi dengan Ibu? Aku hanya ingin bicara dengan ibu, Kak. Aku rindu sama ibu!

 

Hani terlihat menangis.

 

SANTI

(menyesal)

Han, maafkan aku… aku tidak sengaja…

 

Wajah Santi memelas.

 

Hani bangkit berdiri, lalu pergi meninggalkan meja tempat mereka makan.

 

SANTI

Han, jangan pergi. Kakak menyesal, kakak minta maaf!

 

Santi berusaha memegang tangan Hani, tapi Hani melepaskan tangan Santi dan meninggalkan mereka bertiga.

 

SANTI

Han…!

 

Santi berusaha mengejar Hani, tapi Tomi mencegahnya pergi.

 

TOMI

San, beri Hani waktu untuk sendiri, ya.

 

Santi, Tomi dan Edo membiarkan Hani sendiri, pergi.

 

CUT TO

          

Sc 43 INT. RUANG TV – MALAM

SANTI, TOMI

 

Hari semakin malam. Hampir jam sepuluh dan Hani belum juga tiba di rumah. Santi yang ditemani Tomi menunggu di rumah Santi, menelepon sahabat-sahabat Hani dan minta bantuan untuk menghubungi Hani.

 

SANTI

Terima kasih ya, Fan.

 

Santi menutup telepon setelah menelepon Fani.

                     

TOMI

Bagaimana?

 

Tomi penasaran.

 

SANTI

Hani sudah menghubungi Fani. Sekarang mereka sudah menjemput Hani dan akan mengantar Hani pulang.

 

TOMI

Syukurlah kalau begitu.

 

Santi duduk di sofa. Ia terlihat cemas.

 

SANTI

Hani pasti membenciku saat ini.

 

TOMI

Kamu jangan punya pikiran begitu. Kamu kan kakaknya, San.

 

SANTI

Justru karena itu. Karena aku kakaknya, Tom. Apalagi setelah nantia dia tahu perbuatanku. Seharusnya aku mendengarkan saranmu, Tom.

 

Tomi duduk di samping Santi.

 

TOMI

Nggak ada gunanya kamu menyalahkan dirimu, San. Aku tahu kamu hanya berusaha melindungi Hani. Dan aku rasa itu salah satu caramu melindunginya.

 

Santi menunduk sedih. Tomi menatap Santi. Tangan Tomi perlahan menggenggam tangan Santi.

 

SANTI

Mau apa, Tom?

 

TOMI

Eh… nggak kok, San.

 

Tomi yang salah tingkah langsung melepaskan genggamannya.

 

SANTI

Kan aku hanya tanya Tom, nggak melarang.

 

Santi tersenyum pada Tomi yang merasa canggung.

 

TOMI

Kamu tuh kadang memang mengesalkan ya, San?

 

Keduanya saling melempar senyum.

 

Setelah menunggu lama, akhirnya terdengar suara mobil mendekat ke rumah. Santi dan Tomi melihat ke luar jendela.

 

INTERCUT TO

 

Sc 44 INT. RUANG TV – MALAM

SANTI, TOMI, HANI, FANI, ROBI, SISCA

 

Hani diantar pulang oleh sahabat-sahabatnya.

 

SANTI

Terima kasih ya sudah mengantar Hani pulang.

 

ROBI

Sama-sama, kak. Kami senang bisa antar Hani.

 

SANTI

Han… kamu makan dulu ya?

 

HANI

(ekspresi datar)

Aku mau tidur saja.

 

SANTI

Oh… oke… kalau begitu selamat tidur.

 

Santi mencoba mendekat ke Hani dan berusaha memeluknya, tapi Hani menghindar.

 

FANI

Kak, malam ini aku sama Sisca ijin menginap di sini, ya?

 

Santi tersenyum.

 

SANTI

Iya. Terima kasih banyak, ya.

 

SISCA

Sama-sama, Kak. Kami ijin ke atas dulu, ya?

 

SANTI

Iya.

 

Fani dan Sisca menemani Hani yang terlihat lesu menuju ke kamarnya di atas.

 

ROBI

Kalau begitu, aku ijin pulang ya, Kak.

 

SANTI

Kamu mau langsung pulang?

 

ROBI

Iya, kak. Besok ada acara di rumah.

 

SANTI

Oke, Bi. Sekali lagi terima kasih ya, Bi atas bantuannya.

 

ROBI

Sama-sama, kak. Kalau butuh bantuan atau sesuatu dengan senang hati aku akan bantu.

 

TOMI

Aku juga pamit deh, San. Sudah malam. Besok kamu nggak usah ke kantor ya. Nanti aku kasih tahu anak-anak.

 

SANTI

Iya, Tom. Thanks, ya.

 

TOMI

Besok aku boleh telepon kamu?

 

Santi tersenyum sambil mengangguk.

 

Robi dan Tomi pun kemudian pulang.

 

CUT TO

 

Sc 45 INT. RUANG MAKAN – PAGI

SANTI, FANI, SISCA

 

Santi sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Fani dan Sisca yang sudah bangun menemui Santi di dapur.

 

SISCA

Selamat pagi, Kak.

 

FANI

Selamat pagi Kak Santi.

 

SANTI

Selamat pagi juga. Kalian sudah bangun?

 

SISCA

Iya, kak. Aku lapar.

 

Fani menyenggol Sisca dengan lengannya.

 

SISCA

Aw! Sakit Fan.

 

FANI

Kamu tuh bikin malu, deh.

 

SISCA

Bikin malu bagaimana? Memang benar aku lapar. Tadi malam kan aku belum makan.

 

Santi tersenyum melihat keduanya.

 

SANTI

Nih, sudah kakak siapkan untuk kalian.

 

FANI

Terima kasih, kak.

 

Santi baru menyadari kalau ia tidak melihat Hani.

 

SANTI

Hani nggak ikut turun? Apa masih tidur?

 

FANI

Oh… nggak, kak. Dia sudah bangun. Tapi katanya mau makan di kamar saja.

 

SISCA

Iya, Kak. Jadi nanti sarapan yang untuk Hani biar kami bawa ke kamar saja.

 

SANTI

Oh…

 

Santi termenung.

 

FANI

Atau… kalau Kak Santi mau, Kak Santi saja yang bawa sarapannya untuk Hani.

 

SISCA

Setuju!

 

Santi tersenyum.

 

CUT TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar