Sc 41 INT. KAMAR HANI – MALAM
SANTI, HANI
Hani yang terlihat senang dan bersemangat berusaha membangunkan Santi yang sudah tidur.
HANI
Kak… kak… bangun kak!
Santi yang terlihat sangat mengantuk berusaha melek.
SANTI
Memang sudah pagi ya, Han?
Wajah Santi terlihat mengantuk. Suaranya pelan.
HANI
Kak… ibu ada di sini, kak.
Santi melihat Hani dengan mata setengah terpejam.
SANTI
Han, ibu sudah meninggal.
HANI
Tapi ibu ada di sini. Ibu ada bersama kita.
SANTI
Ibu akan selalu ada bersama kita, Han. Ibu ada di sini.
Santi memegang dada Hani.
SANTI
Sekarang kita tidur dulu ya.
Hani yang sedikit kecewa dengan reaksi Santi, akhirnya berbaring di sebelah Santi. Namun reakai Santi tidak membuat hatinya bahagia.
HANI V.O.
Aku tahu ibu pasti ada di sini.
SANTI
Selamat tidur, Han.
Santi memegang tangan Hani yang berbaring disampingnya.
HANI
Selamat tidur, kak.
Hani tersenyum sambil memandang langit-langit kamar.
CUT TO
Sc 42 EXT. PANTAI – SORE
SANTI, HANI , EDO, TOMI
Siang itu, tim dari kantor Santi habis menyelesaikan Pemotretan salah satu klien mereka yang adalah atlet ski air. Pemotretan berjalan seru dan menyenangkan. Cuaca dan angin sangat bersahabat hari itu, sehingga semua berjalan lancar dan sesuai rencana. Selesai itu, mereka makan siang di restoran pinggir pantai dan ditraktir oleh si atlet.
EDO
Gue senang hari ini. Semuanya terasa menyenangkan dan memuaskan.
TOMI
Karena makannya dibayarin klien maksudnya?
EDO
Ih Tomi tahu saja, deh.
TOMI
Dasar!
EDO
Tapi kalau gue boleh ngomong nih...
TOMI
Perasaan dari tadi juga sudah ngomong, Do.
EDO
Duh, dengar dulu… maksud gue begini, gue merasa setelah Hani gabung sama kita, kerjaan kita jadi lancar-lancar terus deh. Mulai dari klien yang asyik diajak kerjasama, proses yang selalu berjalan lancar dan sesuai rencana.
TOMI
Hmm… ada yang mulai gombal nih, San.
EDO
Eh nggak begitu, San. Aku bicara yang sebenarnya aku rasa semenjak Hani gabung sama kita. Aku serius loh, Han.
HANI
Terima kasih, Kak.
Hani tersipu malu.
SANTI
Gue amin-in saja deh, Do.
TOMI
Tuh, Hani jadi tersipu malu karena kamu tuh.
EDO
Tapi rasa-rasanya Hani terlihat beda hari ini. Apa ya kira-kira?
Edo memandangi Hani dan terlihat seperti berpikir.
SANTI
(ketus)
Sudah… melihatnya nggak usah begitu amat.
EDO
Serius ada yang beda nih dari Hani hari ini. Han, kamu kelihatan fresh dan… kamu lagi bahagia benget ya hari ini?
Hani tersenyum sambil mengangguk.
EDO
Tuh, kan… apa kataku. Kalau boleh tahu apa yang membuat seorang Hani bahagia sekali hari ini?
HANI
Mmm… sebenarnya aku nggak tahu bagaimana ceritanya. Tapi pasti kalian nggak percaya kalau aku ceritakan.
EDO
Ih, bikin penasaran deh. Memangnya apa sih yang mau diceritakan?
Santi melirik ke Tomi. Keduanya saling melirik.
HANI
Jadi, aku melihat ibu dan aku mendengar ibu berbicara ke aku.
EDO
Kamu ketemu ibu dalam mimpi?
Hani menggeleng.
EDO
Lalu maksudnya?
Edo penasaran.
HANI
Aku melihat sosok ibu dan mendengar suaranya beneran.
EDO
Ah serius kamu, Han?
Edo terlihat tidak percaya.
HANI
Jadi sebenarnya ya tuh, Kak… aku beli alat-alat untuk merekam suara dan gambar sosok yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Singkat cerita, aku sengaja pasang dan rekam untuk tahu keberadaan ibu. Aku mau tahu apakah ibu masih ada bersama-sama aku atau tidak.
EDO
Dan ternyata?
HANI
Ternyata ibu masih ada di rumah bersamaku dan Kak Santi juga.
Edo hanya bisa terdiam mendengar cerita Hani. Santi memalingkan mukanya.
TOMI
Han… maaf ya aku mau tanya. Tapi kamu jangan marah ya…
HANI
Iya, Kak. Mau tanya apa?
TOMI
Apa kamu yakin kalau itu sosok ibu? Maksudku bukan bayangan lampu mungkin atau karena kameranya?
HANI
Aku rasa bukan Kak. Karena itu bukan kejadian yang pertama kalinya. Sebelumnya juga aku pernah merekam dan mendengar suara ibu menyebut namaku.
Tomi memandang Santi. Santi terlihat merasa bersalah.
SANTI
Menurutku itu bukan ibu, Han.
Santi berbicara dengan nada tegas. Hani, Edo dan Tomi terkejut.
EDO
Eh San, siapa tahu itu betul ibu. Aku pernah lihat ada orang yang pernah merekam seperti Hani juga kok, dan itu terjadi.
SANTI
(marah)
Do, kamu itu nggak tahu apa-apa. Jadi aku minta jangan sok tahu.
Edo hanya bisa bengong mendengar kata-kata Santi.
TOMI
San…
SANTI
Tom, kan kamu sendiri yang minta aku bicara ke Hani. Sekarang aku bicara.
Hani memandang bingung ke Tomi.
SANTI
Han, yang kamu lihat dan yang kamu dengar selama ini itu bukan ibu. Ibu itu sudah meninggal, Han.
HANI
Tapi aku ada rekamannya, Kak. Ini aku bawa kok, kalau kakak mau tahu.
Hani langsung mengeluarkan kamera dan alat perekam suara miliknya dari dalam tas.
HANI
Ini kak. Kakak bisa lihat dan dengar langsung.
Hani menyodorkan alat-alat ke depan Santi.
SANTI
Han, tolong kamu dengarkan kakak. Apa yang kamu lihat dan kamu dengar itu tidak benar.
HANI
Ini kak, kakak bisa dengar sendiri.
Hani bersikeras membuktikan pada Hani. Hani berusaha menunjukkan bukti yang ada.
SANTI
Han, itu nggak ada yang benar!
HANI
Tapi ini ada kak!
Hani memaksa agar Santi mau melihat atau mendengarnya.
SANTI
(teriak)
Kalau kakak bilang nggak benar, ya nggak benar!
Santi terlihat marah. Begitu marahnya Santi, sampai-sampai ia menampik alat-alat milik Hani dan menjatuhkannya ke lantai hingga rusak.
Hani terdiam menatap alat-alatnya rusak. Begitu juga Edo dan Tomi. Santi seketika terlihat menyesal.
HANI
Kalau kakak tidak suka atau tidak percaya padaku tidak apa-apa. Tapi kenapa harus merusak alat yang aku punya untuk komunikasi dengan Ibu? Aku hanya ingin bicara dengan ibu, Kak. Aku rindu sama ibu!
Hani terlihat menangis.
SANTI
(menyesal)
Han, maafkan aku… aku tidak sengaja…
Wajah Santi memelas.
Hani bangkit berdiri, lalu pergi meninggalkan meja tempat mereka makan.
SANTI
Han, jangan pergi. Kakak menyesal, kakak minta maaf!
Santi berusaha memegang tangan Hani, tapi Hani melepaskan tangan Santi dan meninggalkan mereka bertiga.
SANTI
Han…!
Santi berusaha mengejar Hani, tapi Tomi mencegahnya pergi.
TOMI
San, beri Hani waktu untuk sendiri, ya.
Santi, Tomi dan Edo membiarkan Hani sendiri, pergi.
CUT TO
Sc 43 INT. RUANG TV – MALAM
SANTI, TOMI
Hari semakin malam. Hampir jam sepuluh dan Hani belum juga tiba di rumah. Santi yang ditemani Tomi menunggu di rumah Santi, menelepon sahabat-sahabat Hani dan minta bantuan untuk menghubungi Hani.
SANTI
Terima kasih ya, Fan.
Santi menutup telepon setelah menelepon Fani.
TOMI
Bagaimana?
Tomi penasaran.
SANTI
Hani sudah menghubungi Fani. Sekarang mereka sudah menjemput Hani dan akan mengantar Hani pulang.
TOMI
Syukurlah kalau begitu.
Santi duduk di sofa. Ia terlihat cemas.
SANTI
Hani pasti membenciku saat ini.
TOMI
Kamu jangan punya pikiran begitu. Kamu kan kakaknya, San.
SANTI
Justru karena itu. Karena aku kakaknya, Tom. Apalagi setelah nantia dia tahu perbuatanku. Seharusnya aku mendengarkan saranmu, Tom.
Tomi duduk di samping Santi.
TOMI
Nggak ada gunanya kamu menyalahkan dirimu, San. Aku tahu kamu hanya berusaha melindungi Hani. Dan aku rasa itu salah satu caramu melindunginya.
Santi menunduk sedih. Tomi menatap Santi. Tangan Tomi perlahan menggenggam tangan Santi.
SANTI
Mau apa, Tom?
TOMI
Eh… nggak kok, San.
Tomi yang salah tingkah langsung melepaskan genggamannya.
SANTI
Kan aku hanya tanya Tom, nggak melarang.
Santi tersenyum pada Tomi yang merasa canggung.
TOMI
Kamu tuh kadang memang mengesalkan ya, San?
Keduanya saling melempar senyum.
Setelah menunggu lama, akhirnya terdengar suara mobil mendekat ke rumah. Santi dan Tomi melihat ke luar jendela.
INTERCUT TO
Sc 44 INT. RUANG TV – MALAM
SANTI, TOMI, HANI, FANI, ROBI, SISCA
Hani diantar pulang oleh sahabat-sahabatnya.
SANTI
Terima kasih ya sudah mengantar Hani pulang.
ROBI
Sama-sama, kak. Kami senang bisa antar Hani.
SANTI
Han… kamu makan dulu ya?
HANI
(ekspresi datar)
Aku mau tidur saja.
SANTI
Oh… oke… kalau begitu selamat tidur.
Santi mencoba mendekat ke Hani dan berusaha memeluknya, tapi Hani menghindar.
FANI
Kak, malam ini aku sama Sisca ijin menginap di sini, ya?
Santi tersenyum.
SANTI
Iya. Terima kasih banyak, ya.
SISCA
Sama-sama, Kak. Kami ijin ke atas dulu, ya?
SANTI
Iya.
Fani dan Sisca menemani Hani yang terlihat lesu menuju ke kamarnya di atas.
ROBI
Kalau begitu, aku ijin pulang ya, Kak.
SANTI
Kamu mau langsung pulang?
ROBI
Iya, kak. Besok ada acara di rumah.
SANTI
Oke, Bi. Sekali lagi terima kasih ya, Bi atas bantuannya.
ROBI
Sama-sama, kak. Kalau butuh bantuan atau sesuatu dengan senang hati aku akan bantu.
TOMI
Aku juga pamit deh, San. Sudah malam. Besok kamu nggak usah ke kantor ya. Nanti aku kasih tahu anak-anak.
SANTI
Iya, Tom. Thanks, ya.
TOMI
Besok aku boleh telepon kamu?
Santi tersenyum sambil mengangguk.
Robi dan Tomi pun kemudian pulang.
CUT TO
Sc 45 INT. RUANG MAKAN – PAGI
SANTI, FANI, SISCA
Santi sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Fani dan Sisca yang sudah bangun menemui Santi di dapur.
SISCA
Selamat pagi, Kak.
FANI
Selamat pagi Kak Santi.
SANTI
Selamat pagi juga. Kalian sudah bangun?
SISCA
Iya, kak. Aku lapar.
Fani menyenggol Sisca dengan lengannya.
SISCA
Aw! Sakit Fan.
FANI
Kamu tuh bikin malu, deh.
SISCA
Bikin malu bagaimana? Memang benar aku lapar. Tadi malam kan aku belum makan.
Santi tersenyum melihat keduanya.
SANTI
Nih, sudah kakak siapkan untuk kalian.
FANI
Terima kasih, kak.
Santi baru menyadari kalau ia tidak melihat Hani.
SANTI
Hani nggak ikut turun? Apa masih tidur?
FANI
Oh… nggak, kak. Dia sudah bangun. Tapi katanya mau makan di kamar saja.
SISCA
Iya, Kak. Jadi nanti sarapan yang untuk Hani biar kami bawa ke kamar saja.
SANTI
Oh…
Santi termenung.
FANI
Atau… kalau Kak Santi mau, Kak Santi saja yang bawa sarapannya untuk Hani.
SISCA
Setuju!
Santi tersenyum.
CUT TO