Sc 6 INT. KAMAR TIDUR SANTI - MALAM
HANI, SANTI, IBU RENI
Selesai makan malam, Hani main ke kamar Santi. Santi sedang mengedit foto-foto yang diambilnya tadi siang di meja kerja menggunakan laptop. Sedangkan Hani asyik browsing toko online menggunakan tablet computer, di atas tempat tidur Santi sambil berbaring.
SANTI
Han, bagaimana skripsimu? Sudah mau selesai belum?
HANI
Nggak tahu deh, kak. Stres aku mikirin skripsi.
SANTI
Wuidih… kenapa stress? Memangnya susah topiknya? Apa karena dosen pembimbingnya?
Hani bangun dan turun dari tempat tidur. Ia berjalan mendekat ke Santi.
HANI
(pasrah)
Karena semuanya, Kak.
Hani menaruh komputer tablet di meja kerja Santi, di samping laptop Santi. Santi berhenti bekerja, memandang Hani yang terlihat pasrah.
SANTI
Loh, memangnya yang pilih topik siapa? Bukan kamu memangnya?
Hani kembali berbaring di atas tempat tidur, tengkurap sambil mengangkat kedua kakinya, melihat ke Santi.
HANI
Aku sih, Kak.
SANTI
(bingung)
Nah terus?
HANI
(cemberut)
Tadinya aku pikir gampang, Kak. Ternyata susah. Terus dosen pembimbingku super sibuk lagi, jadi susah ketemunya.
SANTI
Kalau masalah dosen sih, nggak usah mengeluh, dik. Tugas mereka kan, banyak. Tugasnya bukan hanya jadi pembimbing skripsi saja dan mahasiswanya bukan kamu saja, dik. Jadi kalau soal itu wajarlah.
HANI
Iya sih, Kak. Aku juga tahu itu. Tapi masa sih, sudah bikin janji terus sudah nunggu di depan ruangannya tiba-tiba disuruh pulang. Kan aku sudah tunggu lama. Mana belum sempat makan lagi.
Santi tertawa.
SANTI
Kenapa malah tertawa, sih? Simpati sedikit sama adiknya dong, Kak.
SANTI
Iya maaf… maaf… aku nggak bermaksud tertawa. Cuma aku jadi teringat kejadian waktu kamu kamu lagi antre ke toilet terus tiba-tiba disuruh pindah ke toilet lain karena tiba-tiba toiletnya harus ditutup karena ada yang rusak. Padahal kamu sudh kebelet.
Santi tertawa lagi.
HANI
(kesal)
Senang ya, Kak penderitaan aku jadi hiburan yang sangat menghibur untuk kakak?
SANTI
Lumayan. Hati berasa riang gitu, dik.
HANI
Kesal berkala deh nih, kalau setiap aku curhat tentang kesusahan aku, ditertawakan terus.
SANTI
Duh, check up kali berkala, dik.
Santi tersenyum. Hani cemberut.
SANTI
Nggak usah kesal apalagi sampai stres, dik. Apalagi soal skripsi. Itu memang proses yang harus dilewati. Ingat ya, itu baru skripsi. Kehidupan dan situasi pasca skripsi jauh lebih berat.
HANI
Terus aku harus bagaimana, Kak?
SANTI
Ya dijalani dan dinikmati saja setiap prosesnya. Ingat ya, kamu nggak sendirian. Mengeluh hanya membuat diri kamu jadi capek dan ujung-ujungnya nggak bersemangat.
HANI
Habis bagaimana lagi. Aku kan, hanya mengungkapkan isi hati aku, Kak.
Santi tersenyum.
SANTI
Ya sudah dinikmati saja lah, dik.
HANI
Iya deh, Kak.
Santi kembali melanjutkan pekerjaannya. Hani tiba-tiba bangun dan duduk di tempat tidur.
HANI
Eh iya, Kak… ngomong-ngomong soal aneh, kakak merasa ada yang aneh sama Ibu nggak?
Sambil tetap mengerjakan pekerjaannya, Santi menanggapi pertanyaan Hani.
SANTI
Ibu, aneh? Aneh bagaimana maksudnya, dik?
HANI
Ya, aneh saja. Merasa ibu agak berbeda dari biasanya nggak sih, Kak?
Santi memandang Ke Hani.
SANTI
Aku sih, merasa ibu biasa saja.
HANI
Soalnya tadi waktu aku pulang ibu ketiduran di meja makan, Kak. Kan, ibu nggak pernah seperti itu sebelumnya.
SANTI
Oh ya? Ibu sampai ketiduran di ruang makan?
HANI
Iya, Kak. Kan, aku takut kalau ibu kenapa-kenapa.
Santi terdiam beberapa saat. Ia terlihat berpikir.
SANTI
Ah! Sepertinya aku tahu, deh kenapa ibu sampai ketiduran. Seingat aku, sejak dua hari kemarin, ibu tuh sibuk bantu kegiatan di RW. Kamu tahu sendiri, kan kalau ibu ada kegiatan apalagi kegiatan yang ibu suka banget. Suka lupa istirahat.
HANI
Kegiatan di RW? Memangnya RW kita mau ada acara apa, Kak?
SANTI
Kalau ngggak salah mau ada cara bakti sosial dalam rangka membantu masyarakat yang terdampak covid-19.
HANI
(kaget)
Waduh! Memangnya Ibu nggak apa-apa ikutan? Seusia ibu kan, lebih rentan terkena covid kalau kebanyakkan di luar rumah. Tahu begitu aku larang deh.
SANTI
Ish! Memangnya kamu kira aku nggak coba larang? Namanya juga Ibu, keras kepala.
HANI
Tapi aku jadi takut, Kak. Kenapa sih, ya Ibu kita tuh bandel?
Hani terlihat cemas. Santi tersenyum.
SANTI
Aku juga sudah bilang sama ibu, kalau nanti ibu malah kena covid bagaimana? Ibunya malah santai bilang, “iya kamu doakan saja supaya ibu tetap sehat.”
HANI
Ugh! Rasanya tuh… ugh!
Hani terlihat gemas sendiri.
Terdengar suara ketukan dari luar kamar Santi. Tidak lama pintu kamar terbuka. Terlihat ibu dari balik pintu.
IBU RENI
Kalian belum pada tidur? Kirain sudah pada tidur nggak kelihatan di ruang TV.
SANTI
Nah, ini dia yang lagi kita omongin, Han. Orangnya ada di sini, nih.
IBU RENI
Oh jadi kalian berdua tuh ngumpet di kamar karena lagu ngerumpi tentang ibu, ya? Nggak sopan kalau omongin orang tua sembunyi-sembunyi apalagi nggak ajak-ajak.
HANI
(merengut)
Bu! Kok ibu ikut sibuk-sibuk acara RW sih? Ibu itu kan sudah lansia. Ibu itu jauh lebih rentan tertular covid.
SANTI
Tuh kan, Bu. Satpam rumah marah deh. Ibu bandel sih.
Santi tersenyum sendiri.
IBU RENI
Kok ibunya mau bantu sesama yang kesusahan malah dimarahi sih, dik?
HANI
Bukan bantu sesamanya yang aku permasalahkan, Bu. Tapi kondisi dan waktunya diperhatikan juga dong, Bu. Sekarang kan lagi wabah covid. Apa gunanya kalau menolong orang kalau ibunya jadi menderita?
IBU RENI
Hus! Kamu itu kalau bicara kadang-kadang suka keterlaluan. Masa menolong orang jadi bikin menderita. Apa pernah ibu sampaikan begitu ke kamu sama kakakmu?
Hani masih terlihat agak ‘ngotot’.
HANI
Yah, kan tadi buktinya. Ada yang rebus telor tapi ketiduran di dapur. Kalau air rebusan telornya sampai habis terus pancinya gosong bagaimana, Bu? Bisa kebakaran loh, Bu.
IBU RENI
(senyum)
Ya tapi, kan ada kamu, dik yang mematikan kompornya. Yaa kaan…
Ibu menggoda Hani yang terlihat sangat serius.
HANI
Ih Ibu! Hani ini lagi bicara super serius. Kok ibu malah bercanda, sih.
Ibu tersenyum melirik ke Santi. Santi ikut tersenyum.
IBU RENI
Iya ibu dengar kok, yang kamu cemaskan dan sampaikan. Makanya tadi siang ibu sudah tes lengkap. Mulai dari rapid sampai swab PCR, hasilnya negative semua.
SANTI
Aih, serius Bu?
IBU RENI
Iya ibu serius. Masa ibu bohong. Ibu itu nggak pernah membohongi kalian.
SANTI
Ah, masa?
IBU RENI
Yah kecuali kepepet lah. Seperti kalian nggak pernah bohong saja sama ibu.
Santi tersenyum.
HANI
Memang ada yang sehari keluar hasilnya?
SANTI
Adalah, dik. Tapi pasti lebih mahal ya, Bu?
IBU RENI
Ya begitulah.
HANI
Ih, ibu kita diam-diam banyak duit, Kak.
IBU RENI
Kata siapa punya banyak duit? Ibu itu sebagian ambil uangnya dari jatah uang jajanmu, Han.
HANI
(terkejut)
Ih… kok ibu begitu, sih?
IBU RENI
Iya soalnya ibu tahu satpam perempuan di rumah pasti bawel dan protes ke ibu soal ini. Makanya ibu pilih tes yang sehari langsung keluar.
HANI
(sedih)
Ya tapi jangan uang jajanku yang dipotong dong, Bu. Kenapa nggak minta Kak Santi saja yang sudah kerja?
IBU RENI
(senyum)
Karena kamu yang paling bawel dan paling banyak protes sayang.
HANI
Aku itu protes dan bawel karena aku sayang sama ibu.
Hani terlihat sok manis.
IBU RENI
Sudah jangan gombal. Lebih baik kamu tidur. jangan tidur terlalu malam.
HANI
Kok malah dibilang gombal, sih. Aku serius, Bu.
IBU RENI
Iya… iya Ibu tahu.
Bu Reni mencium kening Hani dan Santi. Ibu Reni kemudian berjalan menuju pintu.
HANI
(senyum manja)
Bu, aku serius. Aku sayang Ibu.
IBU RENI
Iya ibu juga sayang padamu.
HANI
Kalau begitu uang jajan dikembalikan seperti semula, ya?
Hani merengek manja.
IBU RENI
Lihat besok saja kalau itu.
HANI
Ish, Ibu!
IBU RENI
Kamu juga jangan tidur terlalu malam, San. Ibu perhatikan beberapa hari ini kamu tidurnya baru pagi. Mumpung besok libur.
SANTI
Siap, Bu!
Ibu Reni kemudian keluar dari kamar Santi.
CUT TO
Sc 7 EXT. KANTIN KAMPUS HANI - SIANG
HANI, ROBI, FANI, SISCA
Seusai kelas, Hani dan teman-temannya makan di kantin kampus sebelum pulang. Sembari makan, mereka terlihat asyik mengobrol.
ROBI
(penasaran)
By the way, kalian kok kelihatan happy-happy saja, sih. Nggak ada beban atau kesulitan gitu jalanin skripsi?
FANI
Idih, kata siapa? Kita tuh kelihatannya saja happy, tapi kepala pusing.
SISCA
Iya. Kita, tuh sebenarnya beban tapi karena ada teman senasib sepenanggungan, makanya bebannya terbagi dan masih bisa haha-hihi.
HANI
Kenapa, Rob? Kamu juga sudah mulai pusing juga ya?
ROBI
(cemberut)
Iya.
HANI
(bingung)
Loh, bukannya kamu baru mau pilih judul ya, Rob?
ROBI
Justru itu. Aku sampai sekarang belum putuskan mau judul apa, karena aku mikir ke depannya nanti. Takutnya sudah milih judul terus pas bagian isi dan olah datanya susah banget.
FANI
Lah, Rob… kalau kamu mikirnya begitu yang ada kamu nggak maju-maju. Terus kapan mau selesainya?
SISCA
Aku setuju sama Fani. Mending kamu cepat pilih judul deh, untuk bab selanjutnya biar nanti sembari berjalan. Ya kan, Han?
HANI
Iya, itu kalau kamu mau jadi seperti aku. Super pusing tujuh keliling.
ROBI
Tuh kan…
SISCA
(terkejut)
Hah, kamu juga mengalami pusing seperti kita, Han? Perasaan kamu kayaknya lancar-lancar saja dibandingkan aku sama Fani.
HANI
Aku tuh nggak beda sama kalian. Aku sudah ganti empat kali metode penelitian karena hasilnya aneh.
FANI
Serius, Han? Kok kamu nggak kasih tahu kita?
HANI
Iya soalnya aku tahu kalian juga pasti pusing seperti aku.
FANI
Rob, semoga kamu nggak makin takut, ya?
Robi terlihat pasrah mendengar cerita teman-temannya.
Ketika asyik bercerita, telepon genggam milik berdering. Hani menjawab teleponnya.
HANI
Halo…
Hani tampak pucat setelah berbicara dengan seseorang di telepon. Teman-teman Hani yang memperhatikan Hani terlihat penasaran dan khawatir.
FANI
Han, ada apa? Siapa yang telepon?
HANI
Kakakku telepon dari rumah sakit. Ibuku masuk UGD. Sekarang aku harus ke rumah sakit.
Hani segera memasukkan telepon genggam ke dalam tasnya dan bersiap pergi.
SISCA
Tunggu Han. Kamu naik apa ke rumah sakitnya?
ROBI
Iya Han. Kamu nggak boleh sendiri. Kebetulan aku bawa mobil hari ini. Aku antar kamu ke rumah sakit.
HANI
Aku nggak mau merepotkan kamu, Rob. Biar aku naik taksi saja.
ROBI
Han, nggak ada tuh yang namanya repot untuk teman. Sudah ayo aku antar.
FANI
Aku sama Sisca boleh ikut menemani kamu, Han?
Hani mengangguk. Ia terlihat sedikit menahan tangis haru.
Hani dan ketiga temannya akhirnya berangkat ke rumah sakit naik mobil Robi.
CUT TO
Sc 8 INT. EXT. MOBIL ROBI - SIANG
HANI, ROBI, FANI, SISCA
Hani duduk di belakang Robi yang menyetir mobil. Hani hanya terdiam. Hani memandang keluar jendela selama perjalanan.
HANI V.O
Kenapa ibu masuk UGD? Ibu sakit apa? Apa jangan-jangan ibu kena covid? Tapi kan, beberapa hari yang lalu sudah tes dan hasilnya negatif. Apa jangan-jangan ibu baru tertular?
Pikiran Hani dipenuhi berbagai pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya. Hani merasa sangat cemas. Karena setelah ayahnya wafat setahun yang lalu hanya ibu dan kakaknya yang ia punya.
SISCA
Han…
Hani menoleh ke Sisca. Hani tidak sadar kalau air mata menetes di pipinya. Sisca menggenggam tangan Hani. Hani berusaha tersenyum sambil memandang Sisca.
Setelah hampir dua jam terjebak macet, Hani dan teman-temannya sampai di rumah sakit.
CUT TO
Sc 9 INT. RUMAH SAKIT - SORE
HANI, SANTI, ROBI, FANI, SISCA
Sesampainya di rumah sakit, Hani bergegas menuju ke ruang UGD. Begitu sampai di depan ruang UGD, Santi yang duduk di ruang tunggu, melihat Hani datang, Santi memanggilnya.
SANTI
Hani!
Hani mencari orang yang memanggilnya. Hani melihat Santi. Hani langsung menghampiri Santi.
HANI
(terengah-engah, cemas)
Kak, ibu kenapa? Bagaimana keadaannya sekarang?
SANTI
Tadi ibu mengeluh mual dan sakit kepala, lalu tiba-tiba jatuh pingsan. Tadi sudah di cek tensi, suhu sama kadar oksigennya. Sekarang masih diperiksa lebih mendalam supaya tahu penyebabnya.
HANI
(cemas)
Apa ibu kena covid, Kak?
SANTI
Tadi juga sudah dilakukan tes untuk tahu apakah covid atau bukan. Tapi masih menunggu hasil laboratorium.
Santi melihat teman-teman Hani.
SANTI
Kalian dari kampus?
ROBI
Iya, Kak Santi. Tadi lagi makan di kantin selesai kelas. Terus waktu Hani dapat kabar dari kakak, kita antar bareng.
Santi tersenyum.
SANTI
Terima kasih ya, kalian sudah antar Hani ke sini.
FANI
Sama-sama, Kak. Kami hanya tidak ingin Hani sendirian perginya. Takutnya dia kepikiran terus kenapa-kenapa di jalan. Makanya kami ramai-ramai antar Hani ke sini.
HANI
Jadi kita masih harus menunggu nih, Kak?
SANTI
Iya. Nanti dipanggil kalau ibu sudah selesai diperiksa.
HANI
Oke.
SISCA
Kalau begitu kami ijin permisi ke toilet dulu ya, Han, Kak Santi. Nanti berkabar ya, Han.
ROBI
Aku juga permisi mau beli minum dulu. Apa Kak Santi sama Hani mau titip dibelikan sesuatu?
SANTI
Aku nggak, Robi.
HANI
Aku juga nggak usah, Rob. Thanks, ya.
Robi, Fani dan Sisca meninggalkan Hani dan Santi di ruang tunggu UGD. Hani dan Santi duduk di ruang tunggu.
HANI
Harusnya ibu nggak usah repot-repot ikut acara RW. Jadinya sekarang begini, deh.
SANTI
Han, kita kan belum tahu detilnya kenapa ibu sakit.
HANI
Iya tapi pasti ada hubungannya dengan itu, Kak. Ingat, kan waktu itu aku cerita ibu ketiduran di dapur? Ibu kan nggak pernah seperti itu selama ini. Sampai tidur di dapur, loh.
SANTI
Ya sudah. Sekarang kita tunggu saja dulu keterangan dari dokternya sebelum berpikir yang macam-macam ya, Han.
Setelah kurang lebih satu jam menunggu. Salah satu perawat memanggil Santi dan Hani. Mereka diantar menuju meja pos perawat UGD. Di situ dokter sudah menunggu keduanya.
DOKTER MELLY
Keluarga Ibu Reni?
SANTI
Iya dok. Dan ini adik saya.
HANI
Halo dok. Bagaimana keadaan ibu?
Dokter didampingi salah satu perawat menjelaskan keadaan Ibu Reni.
DOKTER MELLY
Tadi kami sudah melakukan beberapa pemeriksaan. Kalau dari pemeriksaan tensi, tekanan darah ibu agak tinggi. Untuk tensi, suhu tubuh dan kadar oksigen dalam darah relative stabil. Kami juga tadi sudah mengambil darah ibu untuk diperiksa apakah ada hubungannya dengan covid, tapi dari hasil tes rapid hasilnya non reaktif. Dan untuk gula serta kolesterolnya normal. Saat ini masih menunggu hasil swab.
SANTI
Oh begitu, dok. Lalu apa ibu perlu rawat inap atau bagaimana, dok?
DOKTER MELLY
Kalau dari data medis yang kami punya, ibu pernah ada riwayat kanker, ya?
SANTI
Iya betul, dok. Dua tahun lalu ibu menderita kanker payudara. Tapi selama ini ibu rutin cek dan hasil terakhir tidak diketemukan lagi sel kanker di tubuh ibu.
HANI
(cemas)
Apa ada hubungannya dengan penyakit kanker ibu dulu, dok?
DOKTER MELLY
Saya tidak bisa memastikan apakah ada hubungannya atau tidak tanpa dilakukan pemeriksaan internal. Untuk memastikannya kami butuh melakukan CT-Scan dan MRI. Apakah sebelumnya ibu sudah pernah CT-Scan dan MRI?
SANTI
Kalau untuk CT-Scan pernah dok, tapi itu sudah lama sekali. Kalau MRI belum pernah.
DOKTER MELLY
Kalau saran saya untuk keluarga, sebaiknya untuk saat ini ibu dirawat ini dulu sambil dilakukan beberapa pemeriksaan internal dan dipantau keadaannya oleh pihak rumah sakit. Untuk pemeriksaan internal, nanti saya akan berkoordinasi dengan dokter internis. Tapi langkah secepatnya ibu harus dilakukan CT-Scan dan MRI kalau memang dibutuhkan bila ternyata hasil CT-Scan tidak terlalu jelas.
SANTI
Baik dok.
DOKTER MELLY
Jadi untuk saat ini sebaiknya keluarga mengurus untuk proses rawat inap dulu sambil menunggu hasil swab dan persiapan untuk CT-Scan.
SANTI
Baik dok.
DOKTER MELLY
Sekarang saya mau koordinasi dengan dokter internis dulu. Saya tinggal dulu. Nanti perawat akan bantu prosesnya, ya.
HANI
Baik dok. Terima kasih dok.
Dokter meninggalkan Santi dan Hani dengan seorang perawat.
PERAWAT RATIH
Apa ibu ada konsumsi obat-obat tertentu?
HANI
Tidak ada, Sus.
PERAWAT RATIH
Apa ada alergi obat tertentu?
SANTI
Tidak ada Sus.
PERAWAT RATIH
Baik sekarang mohon diisi formulir ijin untuk dilakukan CT-Scan, oleh pihak keluarga.
Perawat menyerahkan formulir yang terdapat beberapa hal yang harus diisi.
HANI
Formulir untuk MRI juga Sus?
PERAWAT RATIH
Kalau untuk MRI nanti setelah dilakukan CT-Scan. Kalau dari hasil CT-Scan sudah dapat terlihat hasilnya tidak perlu dilakukan MRI. Jadi nanti untuk MRI menunggu perkembangan hasil CT-Scan.
HANI
Oke baik Sus.
SANTI
Bagaimana untuk rawat inapnya Sus? Apa kami harus isi di sini juga?
PERAWAT RATIH
Untuk rawat inap, nanti akan dibantu bagian administrasi di depan ruang UGD. Nanti pihak keluarga akan dipanggil untuk mengurus kamarnya.
SANTI
Oke. Baik, Sus.
PERAWAT RATIH
Sekarang saya tinggal dulu. Nanti selesai mengisi formulir tolong diserahkan ke saya.
SANTI
Baik, Sus. Terima kasih banyak.
PERAWAT RATIH
Sama-sama.
HANI
Oh iya, Sus. Saya boleh melihat ibu?
PERAWAT RATIH
Boleh, Kak. Tapi nanti kalau menemani di ruangan hanya boleh satu orang ya.
HANI
Baik Sus.
Perawat meninggalkan Hani dan Santi untuk mengisi formulir.
SANTI
Kamu kalau mau melihat ibu, masuk saja. Biar formulirnya kakak yang isi.
HANI
Iya, Kak. Aku ketemu ibu dulu, ya.
Hani berjalan ke salah satu bilik yang ditutup tirai. Hani membuka tirai dan melihat ibu sedang tidur. Ibu dipasangi alat pengukur oksigen serta pengukur detak jantung. Dan tangan ibu dipasang cairan infus. Hani duduk disamping tempat tidur ibu. Hani menggenggam tangan ibu pelan. Mata ibu terbuka.
HANI
Yah ibu jadi bangun. Maaf ya, bu. Aku ganggu ya.
Bisik Hani pelan.
Ibu Reni tersenyum melihat Hani duduk di sampingnya. Ibu Reni menggenggam erat tangan Hani.
IBU RENI
Kamu kemana saja, kok baru kelihatan?
Suara ibu terdengar lemah.
HANI
Aku kan tadi dari kampus, Bu. Kangen, ya?
Hani menggoda Ibu Reni. Ibu Reni mengangguk. Hani tersenyum.
HANI
Bu, tadi aku ke sini diantar teman-temanku. Mereka lagi tunggu di luar. Sementara salam dulu dari mereka.
IBU RENI
Salam balik.
HANI
Kata mereka, semoga ibu lekas pulih.
IBU RENI
Iya, terima kasih. Sekarang ibu mau tidur dulu, boleh?
Hani tersenyum.
HANI
Boleh dong. Masa nggak boleh.
IBU RENI
Ibu tidur, ya. Kamu jangan kemana-mana, Han.
Ibu memejamkan mata lalu tidur sambil terus menggenggam tangan Hani. Hani duduk menemani disamping tempat tidur.
CUT TO
Sc 10 INT. RUMAH – MALAM
HANI, SANTI
Setelah menunggu lama dan belum juga mendapat kamar di rumah sakit, akhirnya untuk sementara ibu ditempatkan di ruang isolasi sambil terus dipantau. Karena ruangan khusus pasien dan keluarga tidak boleh ada yang menunggu, maka Hani dan Santi memutuskan untuk pulang ke rumah. Pihak rumah sakit sudah diberikan nomor telepon jika keluarga dibutuhkan.
Hani berbaring di kasurnya. Ia menatap ke langit-langit. Hani belum bisa tidur. Santi mengetuk pintu kamar Hani. Santi melihat Hani belum tidur di atas kasur.
SANTI
Kamu belum tidur, Han?
HANI
Belum, Kak. Aku belum bisa tidur. Ada apa, kak?
SANTI
Aku Cuma mau info, kalau besok aku mau ke rumas sakit agak pagi. Kamu besok kuliah jam berapa?
HANI
Besok aku nggak kuliah, Kak. Aku ijin dulu. Aku sudah bilang ke temanku.
SANTI
Besok kamu mau ikut?
HANI
Iya, Kak. Aku ikut.
SANTI
Oke. Besok berangkat sekitar jam setengah sepuluh atau jam sepuluh ya, Han.
HANI
Oke, Kak.
SANTI
Oh iya, besok kamu mau sarapan apa?
HANI
Aku nggak tahu, Kak. Sepertinya aku nggak sarapan. Aku nggak selera makan, Kak.
SANTI
Han, kamu harus makan. Ibu butuh kita sehat, loh.
HANI
Kalau begitu terserah Kak Santi saja. Aku ikut saja.
SANTI
Ya sudah kalau begitu. Kakak tidur dulu, ya. Kamu jangan tidur malam-malam, Han.
HANI
Iya, Kak. Selamat tidur.
SANTI
Kamu juga.
Santi menutup pintu kamar Hani dan meninggalkan Hani berbaring sendirian di kamar.
Waktu berlalu, Hani belum juga bisa tidur. Ia mencoba memiringkan badan ke kiri, ke kanan, tengkurap, tapi Hani belum juga bisa tidur. Ia terlihat gelisah memikirkan Ibu yang sedang sakit.
CONT’D
Hani berdiri di depan pintu kamar Santi. Hani mengetuk pelan pintu kamar Santi, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar. Hani membuka pelan pintu kamar Santi. Ia lalu masuk sambil berjalan perlahan. Hani berbaring di sebelah Santi yang terlihat sudah tidur di kasur.
HANI
Kak, aku tidur di sini, ya?
Hani berbisik pelan.
Hani kemudian tidur di kasur bersama Santi.
CUT TO