Sc 11 INT. RUMAH SAKIT – SIANG
HANI, SANTI, DOKTER MELLY, DOKTER ARIF, PERAWAT LINDA
Santi dan Hani berbicara dengan Dokter Melly dan Dokter Arif yang adalah dokter internis mengenai hasil pemeriksaan Ibu Reni. Mereka berbicara di dekat ruang perawat.
DOKTER MELLY
Setelah kemarin dilakukan pemeriksaan swab, Ibu dinyatakan negatif covid.
Hani dan Santi saling berpandangan. Wajah mereka terlihat lega.
SANTI
Lalu bagaimana dengan hasil CT-Scannya, dok?
DOKTER ARIF
Kemarin setelah dilakukan CT-Scan oleh dokter Melly dan dilihat hasilnya, semuanya tampak normal.
HANI
Kalau begitu ibu sudah boleh pulang dong, dok?
DOKTER ARIF
Melihat tekanan darah ibu yang masih tinggi serta rasa mual yang ibu rasakan, kami menyarankan agar dilakukan MRI. Karena kalau melalui CT-Scan tidak terlalu jelas terlihat.
HANI
Jadi ibu masih harus menginap, dok?
DOKTER MELLY
Sebaiknya begitu, sampai kita benar-benar tahu penyebab kondisi ibu yang sebenarnya.
Santi dan Hani mengikuti saran dokter.
SANTI
Lalu, apa ibu masih harus berada di ruang isolasi atau sudah bisa pindah kamar?
DOKTER MELLY
Untuk kamar nanti akan diinformasikan oleh perawat. Sekarang kita akan persiapkan untuk proses MRI Ibu dulu. Nanti juga akan dibantu oleh perawat.
SANTI
Baik, dok. Terima kasih.
DOKTER MELLY
Kami permisi dulu. Nanti jadwal MRI-nya akan kami update lagi.
SANTI
Baik, dok. Terima kasih.
Selesai berbicara dengan dokter, Santi dan Hani menengok ibu di salah satu bilik. Ibu terlihat tidur.
HANI
Ibu masih tidur, Kak.
Hani berbicara pelan.
SANTI
Iya.
Salah satu perawat datang ke bilik ibu. Ia terlihat ramah dan ceria.
PERAWAT LINDA
Selamat siang. Ini pasti anak-anaknya Bu Reni, ya?
SANTI
Iya, Sus.
PERAWAT LINDA
Tadi pagi-pagi bangun langsung cari Hani. “Hani mana, ya?”
Hani tersenyum sambil memandang Ibu Reni yang masih tidur.
HANI
Oh ibu tadi sudah bangun, Sus?
PERAWAT LINDA
Iya tadi pagi-pagi bangun cariin terus haus, minta minum. Habis itu nggak lama tidur lagi.
HANI
Masih banyak tidur ya, Sus?
PERAWAT LINDA
Iya, Kak. Karena itu dokter minta supaya dilakukan MRI supaya ketahuan penyebabnya. Tadi sudah bicara dengan dokter kan, ya?
SANTI
Sudah, Sus. Terus tadi dokter sampaikan untuk prosedur MRI sama info kamar akan diberitahu oleh perawat, Sus.
PERAWAT LINDA
Iya, Kak. Kalau untuk MRI Masih harus tunggu persetujuan asuransi. Karena, kan ibu ditanggung oleh asuransi. Kemudian untuk kamar, mungkin setelah dilakukan MRI baru pindah ke kamar biasa. Tergantung ketersediaan di ruangan, sih, Kak kalau untuk kamar.
SANTI
Oh oke, Sus.
Perawat Linda memasang alat tensi di lengan ibu. Memasang oxymeter, alat pengukur kadar oksigen, di jari telunjuk ibu.
PERAWAT LINDA
Ibu Reni, mau di tensi dulu ya. Maaf mengganggu tidurnya.
Perawat Linda membangunkan Ibu Reni lembut. Ibu Reni pun membuka mata.
HANI
Halo, Bu.
Hani menyapa lembut Bu Reni sambil mengelus-elus tangan Bu Reni. Ibu Reni menoleh ke arah Hani dan Santi.
PERAWAT LINDA
Tuh, Bu… yang tadi dicari-cari sudah datang.
SANTI
Ibu masih ngantuk, ya?
IBU RENI
Iya. Apa ibu masih boleh tidur?
Suara ibu terdengar lemah. Entah karena rasa kantuk atau rasa sakit yang dirasakannya.
SANTI
Boleh, Bu.
Santi menjawab sambil tersenyum.
IBU RENI
Suster, apa saya boleh tidur lagi?
PERAWAT LINDA
Boleh, Bu. Ini sudah selesai diperiksanya.
Perawat Linda melepas alat tensi dari lengan Ibu Reni dan oxymeter.
IBU RENI
Ibu tidur dulu, ya…
Santi dan Hani tersenyum.
HANI
Selamat tidur ibu.
PERAWAT LINDA
Kak, nanti tunggu di luar dulu ya. Nanti dipanggil setelah ada persetujuan dari pihak asuransi sama sekalian untuk isi formulir pindah kamar.
SANTI
Oke, Sus. Terima kasih.
PERAWAT LINDA
Sama-sama, Kak.
Santi dan Hani pun keluar ruang isolasi dan menunggu di ruang tunggu tidak jauh dari ruang isolasi.
Karena sudah menunggu agak lama dan belum ada kabar dari dalam ruangan, Santi dan Hani memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Selesainya makan siang, mereka kembali menunggu di dekat ruang isolasi. Tidak lama mereka berdua mendapat kabar kalau MRI disetujui pihak asuransi dan akan dilakukan MRI satu jam lagi. Sambil menunggu, Santi dan Hani mengisi formulir ijin MRI dan mengurus proses pindah kamar untuk Ibu Reni setelah MRI.
CUT TO
Sc 12 INT. RUMAH – MALAM
HANI, FANNY, SISCA, ROBI, SANTI
Teman-teman Hani berkunjung ke rumah Hani. Mereka mengobrol tentang banyak hal, terutama tentang kondisi Ibu Reni yang masih berada di rumah sakit. Mereka mengobrol di ruang TV.
SISCA
Malam ini siapa yang menemani Ibu, Han?
HANI
Kakakku. Aku giliran jaga siang.
ROBI
Eh, ngomong-ngomong dimakan dong makanan yang kita bawa, Han.
HANI
Iya, Bi. Nanti aku makan. Thanks ya sudah repot-repot bawa makanan segala sama buah untuk ibuku.
ROBI
Ih ya ampun, apanya yang repot? Cuma makanan, Han.
FANI
Iya, Han. Kamu belum makan, kan? Makan dulu, ya, supaya kamu nggak sakit.
HANI
Iya, Fan. Nanti aku makan. Aku belum lapar.
Sisca mengambil satu potong martabak manis dari dus.
SISCA
Han, aku minta ya martabaknya. Aku lapar.
Hani mengangguk sambil tersenyum.
ROBI
Tuh kan, Han… keburu dihabiskan Sisca tuh kalau kamu nggak makan.
Fani dan Hani tertawa mendengar ledekkan Robi.
SISCA
Apaan sih, Bi? Perasaan baru makan satu potong. Itu juga baru yang martabak manis.
Robi berbisik.
ROBI
Berarti dia ada rencana tambah tuh, Han.
Hani tersenyum.
SISCA
Eh, aku dengar ya, Bi.
Fani, Robi dan Hani tertawa.
HANI
Guys, terima kasih ya kalian sudah ada untukku dan membuatku tertawa.
ROBI
Sori nih, Han. Tapi aku sama Fani bukan pelawak loh.
Sisca mengangkat tangannya.
SISCA
Yang pelawak itu aku Han.
Sisca berbicara dengan mulut belepotan coklat. Hani dan Robi tertawa.
FANI
Duh, anak gadis kok makannya belepotan begitu sih, Sis.
Fani mengambil tisu.
FANI
Nih, di lap mulutnya.
Fani memberikan tisu ke Sisca. Sisca mengelap mulutnya.
ROBI
Makannya yang anggun dong, Sis. Malu ah dilihatnya.
SISCA
Kenapa harus malu? Yang melihat kalian ini.
ROBI
Dasar berantakan!
SISCA
Oh iya, Han. Terus kapan ibumu boleh pulang? Sudah empat hari ya di rumah sakit?
HANI
Iya Sis. Masih belum tahu kapan boleh pulang. Masih menunggu hasil MRI keluar. Katanya paling cepat empat hari sudah keluar.
SISCA
Semoga hasilnya bagus ya, Han. Jadi ibu bisa kembali pulang.
HANI
Iya, Sis. Aku dan kakak juga berharap seperti itu.
FANI
Tapi kondisi ibumu sendiri, sekarang bagaimana, Han?
HANI
Kalau secara respon masih seperti biasa. Masih tanya ada makanan apa saja. Masih suka tanya-tanya soal kuliah aku sama kegiatan kakak kalau kami lagi ada berdua di rumah sakit. Sama suka tanya kapan boleh pulang ke rumah, soalnya sudah bosan di rumah sakit.
FANI
Oh ya? Berarti nggak ada perubahan yang signifikan ya, Han?
HANI
Kalau untuk perubahan yang paling mencolok, ibu jadi sering tidur. Jadi mudah ngantuk.
SISCA
Oh begitu, Han.
ROBI
Tapi ibu suka mengeluh kesakitan nggak, sih?
HANI
Aku kan suka tanya ke ibu. “Apa yang ibu rasakan sekarang? Ada yang sakit nggak?” Ibu selalu jawab nggak merasakan apa-apa. Nggak sakit, cuma ngantuk. Begitu sih, Bi. Makanya aku bingung saja, sebenarnya ibu kenapa.
Mimik muka Hani seketika berubah sedih. Fani memegang dan mengusap punggung Hani.
FANI
Yang sabar ya, Han. Semoga hasil MRI ibu cepat keluar dan diketahui hasilnya.
HANI
Iya, Fan.
Santi datang ke ruang TV tempat Hani dan teman-temannya berkumpul.
SANTI
Hai… lagi asyik ngobrol, ya?
ROBI
Iya nih, Kak. Sama lagi rayu Hani biar makan. dibawain makanan belum dimakan-makan sama dia.
SANTI
Han… dimakan dong makanannya. Kamu itu harus makan. Kamu nggak akan bisa jaga ibu kalau kamu sakit.
HANI
Iya kak, nanti aku makan. Aku janji.
SANTI
Betul ya, Han. Dipaksa makan walaupun nggak selera. Supaya badan kamu nggak lemas.
HANI
Iya, Kak. Masa sih Hani bohong.
SANTI
Oke kalau begitu.
HANI
Kakak sudah mau ke rumah sakit, ya?
SANTI
Iya kakak berangkat dulu ya, Han. Nanti jangan lupa sebelum tidur pintu dikunci.
HANI
Iya Kak. Kakak ke rumah sakit naik apa?
SANTI
Sepertinya aku bawa mobil saja. Soalnya besok harus ketemu klien sebentar, jadi bisa sekalian jalan.
HANI
Oke, Kak. Hati-hati, ya.
SANTI
Thanks, Han. Aku berangkat dulu, ya.
FANI, SISCA, ROBI
Iya, Kak. Hati-hati di jalan.
Santi meninggalkan ruang TV, tapi tidak lama ia kembali lagi.
SANTI
Oh iya, kelupaan… nanti kalau nggak terlalu malam, Soni mau ke sini ya, Han.
HANI
Mau apa dia ke sini, Kak?
SANTI
Ya mau ketemu kamu, lah. Sudah ya, aku berangkat dulu. Han, jangan galak-galak ya sama Soni.
HANI
Nggak janji kalau itu.
SANTI
Han, nggak boleh begitu ah.
ROBI
Tenang Kak, nanti aku pastikan Hani bersikap manis dan nggak galak-galak sama Kak Soni.
HANI
Ya sudah kamu saja yang ketemu Soni nanti.
ROBI
(senyum)
Kalau aku sih dengan senang hati ya, Han.
SISCA
Salah orang kamu, Han. Tawarin ke Robi.
Hani hanya tersenyum.
SANTI
Yasud, aku berangkat. Sampai ketemu besok ya, Han. Kalian nanti kalau pulang hati-hati.
ROBI, FANI, SISCA
Siap kak!
Santi pergi menuju rumah sakit. Sementara Hani dan teman-temannya masih mengobrol di rumah.
HANI
Eh, kalian nggak apa-apa pulang malam?
SISCA
Tenang, Han… kan nanti kita diantar Robi sampai rumah masing-masing. Ya kan, Bi?
ROBI
Betul.
FANI
Kalau dipikir, Robi tuh baik banget, ya?
ROBI
Baru sadar anda?
Saat mengobrol, terdengar bunyi bel dari pintu depan.
FANI
Nah itu Soni kali, Han.
Hani hanya duduk di tempatnya dan tidak melihat siapa yang datang. Bel berbunyi lagi beberapa kali.
ROBI
Di bukakan pintu dong, Han.
HANI
Aku malas.
ROBI
Mau aku saja yang buka?
HANI
Jangan! Tunggu, biar saja.
FANI
Han, kasihan dong.
Telepon genggam Hani berdering. Santi menelepon.
HANI
Ada apa, Kak?
Hani berbicara dengan Kak Santi di telepon.
HANI
Iya, Kak. Aku bukakan pintunya. Tadi nggak dengar bel karena lagi ngobrol.
Hani menutup teleponnya. Ia terlihat agak kesal.
HANI
(ketus)
Heran, apa iya harus sampai telepon Kak Santi segala untuk dibukakan pintu.
FANI
Sabar, Han.
SISCA
Iya, Han… kasihan Kak Soni. Dia kan mau ketemu pacarnya, masa nggak boleh.
HANI
(ketus)
Ih, siapa bilang dia pacarku.
ROBI
Ya sudah sana cepat bukakan pintunya sebelum dia menelepon kakakmu lagi.
HANI
Iya… iya… tapi kalian jangan pergi dulu, ya? Kalian di sini dulu.
ROBI
Iya Han, kita nggak kemana-mana.
SISCA
Tuh kan, Han dengar sendiri kata pak sopir Robi.
Hani tersenyum.
FANI
Bukakan pintu sana.
Hani pergi menuju teras depan rumah.
CONT’D
Sc 13 EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH - MALAM
HANI, SONI
Terlihat sosok pria tinggi tegap berdiri di luar pagar. Pria itu terlihat membawa kantong bungkusan di tangannya.
Hani mendekat ke pagar. Berdiri di balik pagar.
HANI
(cuek)
Halo, Kak. Kak Santinya lagi pergi ke rumah sakit, ada perlu apa?
SONI
Selamat malam, Hani. Iya tadi Santi sudah bilang di telepon. Aku ke sini mau ketemu kamu, Han.
HANI
Oh begitu. Ada apa ya, Kak?
SONI
Apa aku boleh masuk, Han?
HANI
Oh mau masuk, ya? Tapi sebentar saja, ya? Aku sudah mau tidur, ngantuk.
SONI
Oh oke. Kalau begitu di teras juga nggak apa-apa kok, Han.
Hani membuka kunci gembok pagar kemudian mereka berdua duduk di kursi teras.
SONI
Eh iya hampir lupa, ini untuk kamu Han.
Soni memberikan kantong bungkusan yang dibawanya.
HANI
Apa ini? Sogokkan, ya?
SONI
Kok begitu sih ngomongnya, Han?
HANI
Bercanda.
Ekspresi wajah datar Hani menanggapi Soni.
SONI
(senyum)
Semoga kamu suka, ya.
HANI
Terima kasih.
SONI
Oh iya, Han… maaf ya aku baru bisa ketemu kamu sekarang. Soalnya aku baru diijinkan ke Jakarta minggu ini.
Hani hanya terdiam.
SONI
Kamu marah ya sama aku?
HANI
(bingung)
Aku? Marah? Kenapa?
SONI
Marah karena aku baru bisa datang sekarang dan nggak datang jenguk kamu waktu kamu sakit.
HANI
Ee… kenapa harus marah? Memangnya kita pacaran?
Soni terlihat canggung mendengar jawaban Hani. Keduanya terdiam sejenak.
SONI
Kalau begitu, boleh nggak, aku jadi orang yang kamu cari kalau kamu butuh sesuatu?
Mata Hani dan Soni saling berpandangan.
HANI
Maksudnya, kayak kalau aku butuh diantar ke suatu tempat begitu?
SONI
Yaa… mungkin itu salah satunya.
Soni tersenyum.
HANI
Kalau itu sih, aku sudah ada Robi, teman kampusku. Dia suka antar aku pulang. Kebetulan rumahnya nggak jauh dari sini.
SONI
Ooh…
Keduanya terdiam lagi.
SONI
Kalau lebih dari orang yang sekedar antar kamu pulang, boleh?
HANI
Untuk jemput aku? Itu sih Robi juga biasa jemput aku.
Soni buru-buru menjelaskan.
SONI
Maksud aku, boleh nggak aku jadi pacar kamu, Han?
Hani terlihat terkejut. Ia memandang Soni. Hani hanya terdiam.
SONI
Kok kamu diam saja, Han?
Hani menunduk.
HANI
Maaf Kak Soni, sekarang ini ada beberapa hal yang jadi prioritas dan perhatian utamaku. Aku nggak ada waktu untuk memikirkan hal lain.
Soni terdiam. Wajahnya menunduk.
HANI
Ehm… Kak Soni, maaf aku nggak bisa lama-lama. Besok aku harus ke rumah sakit pagi.
SONI
Oh… iya ngggak apa-apa, Han. Kalau begitu aku pamit pulang dulu, ya. Sementara salam untuk ibu dulu.
HANI
Iya, Kak. Nanti aku sampaikan salamnya ke Ibu.
Hani mengantar Soni berjalan keluar pagar.
SONI
Selamat malam, Han.
HANI
Iya, Kak. Terima kasih untuk bingkisannya.
Soni tersenyum. Hani menggembok pagar.
SONI
Oh iya, Han… sekarang aku sudah ditempatkan di Jakarta. Jadi kalau kamu butuh kehadiranku untuk membantumu atau kalau temanmu Robi lagi nggak bisa antar jemput kamu, aku dengan senang hati bersedia jadi teman mengobrolmu di perjalanan.
Hani terdiam memandang Soni.
SONI
Aku pulang dulu, ya.
Soni tersenyum pada Hani. Hani membalas senyum Soni.
CUT TO
Sc 14 INT. KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT - PAGI
HANI, SANTI, DOKTER MELLY, IBU RENI
Hani tiba di rumah sakit lebih pagi dari biasanya karena Santi menelepon kalau Dokter Melly mau memberitahu hasil MRI Ibu Reni. Hani masuk ke kamar tempat Ibu Reni dirawat.
HANI
(ceria)
Yuhuu… selamat pagi…
Hani menyapa Santi dan Ibu Reni.
SANTI
Eh sudah sampai kamu?
HANI
(senyum)
Sudah dong. Kan mau ketemu ibu tersayang.
Hani mencium dan memeluk Ibu Reni.
IBU RENI
Kamu nggak kuliah?
HANI
Nggak. Kan aku mau menemani ibu sayang. Boleh nggak?
Ibu Reni mengangguk sambil tersenyum.
HANI
Bagaimana kabar ibu? Sudah sarapan belum?
IBU RENI
Sudah.
Suara Ibu Reni terdengar sangat pelan.
HANI
Sarapan apa pagi ini? Pasti habis dong?
SANTI
Lauknya sih, habis. Nasinya cuma dicolek sedikit.
HANI
Yaah… kok Cuma sedikit makan nasinya, Bu? Ibu harus makan nasi juga supaya nggak lemas.
IBU RENI
Tadi dimakan kok nasinya.
HANI
Iya, tapi Cuma sedikit, kan? Besok nasinya dimakan agak banyak, ya?
Ibu Reni mengangguk. Hani tersenyum.
IBU RENI
Hani bawa apa?
HANI
Hani nggak bawa apa-apa, Bu. Memangnya Ibu mau apa?
IBU RENI
Ibu mau jus.
HANI
Oh mau jus. Nanti tanya sama dokter dulu ya, boleh atau nggak.
Ibu Reni mengangguk.
HANI
Dokternya belum datang ya, Kak?
SANTI
Belum. Tadi baru perawat saja yang ke sini. Biasa cek tensi, suhu sama cek urine.
Tidak lama, Dokter Melly dan seorang perawat datang. Dokter Melly menyapa ramah.
DOKTER MELLY
Selamat pagi.
HANI
Selamat pagi, Dok.
DOKTER MELLY
Selamat pagi, Ibu Reni. Bagaimana kabarnya hari ini?
IBU RENI
Baik, dok. Ini dokter namanya siapa, ya?
Ibu memandangi dokter Melly dan terlihat berusaha mengingat-ingat. Dokter Melly tersenyum ke Ibu Reni.
DOKTER MELLY
Coba, siapa nama saya, Bu? Kita sudah sering ketemu, loh.
Dokter Melly menggoda Ibu Reni.
IBU RENI
Dokter Melly, ya?
DOKTER MELLY
Wah hebat. Ibu ingat, ya?
IBU RENI
Saya mau diapakan, dok?
DOKTER MELLY
Ibu mau diperiksa dulu, ya.
Dokter Melly memasang stetoskop di telinganya. Kemudian mulai memeriksa detak jantung.
DOKTER MELLY
Normal.
Dokter Melly berbicara dengan perawat.
DOKTER MELLY
Untuk tensi dan urine bagaimana, Sus?
PERAWAT
Untuk tensi sudah agak turun setelah diberi obat. Untuk urine juga normal, dok.
DOKTER MELLY
Ibu ada keluhan tidak?
IBU RENI
Tidak ada, dok.
DOKTER MELLY
Sekarang yang dirasakan apa? Apa ada yang sakit?
IBU RENI
Nggak ada, dok.
HANI
Oh iya, dok… tadi ibu minta dibawakn jus. Apa ibu boleh minum jus dari luar?
DOKTER MELLY
Boleh. Tapi jusnya yang alami, jangan terlalu banyak kandungan gulanya.
HANI
Baik, dok.
DOKTER MELLY
Ibu suka minum jus, ya?
Dokter Melly tersenyum pada Ibu Reni.
DOKTER MELLY
Bisa kita bicara sebentar di luar?
Dokter Melly meminta Hani dan Santi keluar ruangan.
HANI
Kami keluar sebentar ya, Bu.
IBU RENI
Jangan lama-lama, ya.
HANI
Iya Bu. Nggak lama, kok
Dokter Melly dan perawat tertawa.
DOKTER MELLY
Si ibu nggak mau ditinggal sendirian, ya?
Dokter Melly, perawat, Santi dan Hani keluar ruangan inap. Mereka menuju pos perawat. Sesampainya di pos perawat, Dokter Melly duduk di kursi di depan sebuah computer.
DOKTER MELLY
Silahkan duduk.
Dokter Melly mendekatkan kursi di sebelahnya.
DOKTER MELLY
Sus, saya pinjam kursi satu lagi, ada?
Dokter Melly bertanya ke salah satu perawat.
PERAWAT
Maaf, dok. Kursinya lagi dipakai.
HANI
Nggak apa-apa, dok. Saya berdiri saja.
DOKTER MELLY
Oke.
Santi duduk di sebelah Dokter Melly. Hani berdiri di belakang Santi.
DOKTER MELLY
Jadi hasil MRI ibu sudah keluar. Saya mau menjelaskan beberapa hal.
Wajah Santi dan Hani terlihat tegang. Dokter Melly memperlihatkan sebuah gambar berbentuk lingkaran di layar computer. Dokter Melly mulai menjelaskan.
DOKTER MELLY
Ini adalah foto kepala ibu. Setelah di MRI,terlihat cairan mengumpul. Kalau dilihat difoto, ini cairannya.
Dokter Melly menunjukkan gambar cairan di foto. Terlihat cairan memenuhi kepala ibu.
DOKTER MELLY
Seharusnya dalam keadaan normal, cairan mengalir lancar tidak mengumpul di kepala ibu. Cairan yang mengumpul ini disebabkan karena saluran tersumbat di otak kecil ibu.
Dokter Melly mengubah gambar foto kepala ibu dari sisi yang lain. Di foto terlihat gumpalan yang cukup besar.
DOKTER MELLY
Kalau dilihat di sini, terdapat gumpalan yang cukup besar di otak kecil ibu. Ini adalah kanker.
Santi dan Hani termangu. Mereka terlihat sangat shock.
DOKTER MELLY
Kalau dilihat dari ukurannya, kanker sangat cepat berkembangnya. Sebelumnya ibu ada riwayat kanker payudara, apakah pasca pengangkatan ibu menjalani kemo atau radiasi?
HANI
Nggak, dok. Karena dari hasil check up, hasil ibu bagus dan dinyatakan tidak diketemukan sel kanker lagi.
Suara Hani terdengar lemah.
SANTI
Lalu langkah apa yang harus dilakukan untuk ibu, dok?
DOKTER MELLY
Ada dua pilihan. Tapi ini semua dikembalikan kepada keluarga. Karena dari pengalaman saya, setiap keluarga memiliki pemikiran dan keputusan masing-masing.
SANTI
Baik, dok.
DOKTER MELLY
Pilihan yang pertama, keluarga akan tetap berjuang maksimal untuk mengurangi rasa sakit ibu. Tetapi mengingat kanker berada di otak ibu dan usia ibu yang sangat besar resikonya untuk dilakukan tindakan pengangkatan sel kanker, maka pilihan yang dapat dilakukan adalah membuat saluran untuk jalannya cairan yang tersumbat oleh kanker ibu. Caranya dengan memasang selang, untuk dapat mengalirkan kembali cairan dari otak ke seluruh tubuh. Nantinya selang akan dimasukan melalui kepala. Untuk sel kankernya sendiri, akan dibantu dengan obat atau kemo kalau kondisi ibu memungkinkan.
Santi dan Hani mendengarkan dengan serius penjelasan Dokter Melly.
DOKTER MELLY
Dan ada pilihan kedua. Berdasarkan kasus yang kami tangani, ada beberapa keluarga yang memilih untuk memberi ketenangan untuk si pasien, sehingga pasien tidak merasa sakit lagi.
Hani dan Santi mengerti apa yang dimaksud oleh Dokter Melly dengan pilihan nomor dua tersebut walaupun Dokter Melly tidak menyatakannya secara implisit.
HANI
Dok, kalau dari hasil ini, kanker ibu berada di stadium berapa?
DOKTER MELLY
Kalau dari ukuran sel kanker yang cukup besar, kanker ibu masuk kategori stadium empat.
Hani merasa lesu mendengar jawaban Dokter Melly.
SANTI
Dok, kalau seandainya pilihannya untuk tindakan pemasangan selang, kapan tindakan akan dilakukan?
DOKTER MELLY
Tidakan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari keluarga. Apabila pihak keluarga setuju, makan akan dilakukan pemeriksaan sebelum tindakan dilakukan. Misalnya pemeriksaan jantung, tekanan darah ibu. Apabila hasil dari pemeriksaan kondisi ibu relatif stabil, makan tindakan akan dilakukan secepatnya.
SANTI
Oh baik, dok.
DOKTER MELLY
Saran saya, sebaiknya dibicarakan dulu dengan saudara-saudara dan anggota keluarga lain, seperti saudara ibu misalnya sebelum akhirnya diputuskan.
SANTI
Baik, dok. Terima kasih atas penjelasannya. Nanti setelah kami berbicara dengan keluarga besar, kami akan segera memberitahu dokter.
DOKTER MELLY
Baik. Kalau ada pertanyaan atau apapun yang dapat kami bantu, bisa tolong disampaikan langsung ke saya atau perawat, ya.
SANTI
Baik, dok. Terima kasih.
Setelah selesai mendengar penjelasan Dokter Melly, Santi dan Hani berjalan di lorong rumah sakit menuju kamar ibu. Santi dan Hani terlihat sangat sedih. Santi dan Hani masuk ke dalam kamar Ibu. Ibu Reni melihat Santi datang.
IBU RENI
Hani mana?
Santi menoleh ke belakang. Ia tidak melihat Hani.
INTERCUT TO
KAMAR MANDI KAMAR INAP – SIANG
Hani terlihat bersandar di belakang pintu kamar mandi. Hani menangis.
CUT TO
Sc 15 INT. RUANG MAKAN RUMAH - MALAM
HANI, SANTI
Hari ini Santi dan Hani sengaja tidak menjaga Ibu Reni. Mereka diminta oleh tante, adik dari Ibu Reni untuk beristirahat di rumah. Hari ini, tante dan sepupu yang bergantian menjaga Ibu Reni.
Santi dan Hani sedang makan malam berdua.
SANTI
Dik, besok aku saja yang jaga ibu seharian di rumah sakit. Kamu istirahat saja di rumah.
Hani hanya terdiam sambil memandangi makanan di piringnya.
SANTI
Han…
Dengan suara lembut, Santi menyapa Hani. Santi mengusap tangan Hani. Hani tersadar.
HANI
Kak…
Hani tersenyum pada Santi.
SANTI
Han, kamu cerita ya ke kakak kalau ada yang mengganjal di hatimu. Saat ini kita hanya punya satu sama lain.
HANI
Iya, kak.
SANTI
Besok aku saja yang jaga ibu ya, Han.
HANI
Kakak nggak kerja?
SANTI
Kakak sengaja izin nggak kerja dulu.
HANI
Oh begitu, Kak. Tapi besok aku mau tengok ibu juga.
SANTI
Oh ya sudah. Kalau begitu besok kita berangkat bareng saja.
HANI
Iya, Kak.
CUT TO