Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SENJA Ke-50
Suka
Favorit
Bagikan
16. BABAK 16

50.INT/EXT. KAMPUS — DAY

Gladis, Rara dan Adam sedang berjalan di koridor kampus. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, mereka melihat Daren berjalan. Gladis memelankan langkahnya, Daren melihat Gladis. Saat berpaspasan, Daren sama sekali tidak menoleh dan melewati Gladis. Gladis melihat ke belakang dan menatap punggung Daren lalu memanggilnya. Adam yang menyaksikkan itu heran.

GLADIS
Daren!

Daren terus berjalan ke depan dan pura-pura tidak mendengar Gladis.

ADAM
Tuh anak kenapa?
RARA
(menyenggol Adam dan menyuruhnya diam) Sssttt!

MONTAGE : Saat belajar, Daren duduk paling belakang. Gladis berkali-kali menengok ke Daren yang kepalanya tertungkup ke meja. Daren juga sesekali menengok ke Gladis. Hingga akhirnya, di satu kesempatan, mata mereka beradu, namun Daren buru-buru mengalihkan pandangannya. Sementara itu Rara memperhatikan sikap mereka berdua. Setelah pelajaran usai, Gladis mendekati Daren ke mejanya, tapi Daren justru pergi.

Rara mengejar Daren keluar dari kelas.

RARA
(memanggil) Daren!

Daren acuh dan terus berjalan di koridor. Rara mengejarnya dan menarik tangan Daren.

RARA
Lo kenapa sih?
DAREN
(menengok ke Rara dan melepaskan tangannya dari Rara) Maaf, Ra, gue mau sendiri dulu.
RARA
Iya tapi sebenarnya ada apa antara kalian berdua. Lo mesti kasih Gladis penjelasan. Jangan seenak jidat lo aja, udah bikin anak gadis orang jatuh cinta, trus lo ninggalin! (emosi)
DAREN
Gak semestinya dia jatuh cinta ke gue dan gue nggak seharusnya mengejarnya dulu.

Daren lalu pergi meninggalkan Rara.

RARA
Maksud lo apaan, sih, Dar? Daren! (menatap punggung Daren, namun Daren terus jalan)


CUT TO:

51.INT. RUMAH DAREN — DAY

Daren baru saja pulang dan masuk ke rumah. Di ruang tamu ada Oma. Daren berjalan menuju ke kamarnya. Tapi dia dipanggil oleh Oma.

OMA DAREN
Daren, Oma mau bicara!

Daren berhenti di depan pintu kamarnya lalu membalikkan badan menghadap Omanya.

OMA DAREN
Kamu kenapa dari kemarin nggak mau bicara sama Oma?
DAREN
Oma bilang aku bisa tanya apapun tentang papa sama Oma, kan?
OMA DAREN
(mengangguk) Apa yang ingin kamu ketahui?
DAREN
Siapa Sukma? (menatap tajam ke Oma)

Oma terkejut mendengar Daren menyebut nama Sukma.

OMA DAREN
Darimana kamu tahu nama itu?

Daren masuk ke kamarnya dan tak lama keluar dari kamarnya sambil membawa map yang dia ambil dari brankas papanya. Daren menaruh map itu di depan Omanya.

DAREN
Aku yakin Oma nggak tau tentang ini.

Oma Daren membuka map itu dan mengeluarkan isinya. Dia kaget mendapati foto Sukma dan Gladis di sana.

OMA DAREN
Apa maksudnya ini?
DAREN
Oma liat, Gladis adalah anak papa. Cucu yang pernah Oma minta buat gugurin! Aku nggak nyangka Oma sekejam itu.
OMA DAREN
(memegang foto itu dengan tangan gemetar) Nggak, nggak mungkin!
DAREN
(suaranya mulai bergetar) Ini semua gara-gara Oma, dan sekarang...(terbata) aku jatuh cinta sama saudaraku sendiri, Oma tau betapa kacaunya aku saat ini? (berlutut di depan kursi roda, lalu menaruh kepalanya di paha Oma sambil menangis)

Oma Daren tidak bisa berkata-kata. Dia meraung sejadi-jadinya.


CUT TO:

52.INT. KAMAR OMA DAREN — NIGHT

Oma Daren duduk di kursi roda menghadap ke jendela kamarnya. Dia terus memperhatikan foto Sukma dan Gladis di tangannya sambil menangis. Dia lalu memegang bekas luka pisau di nadi tangan kirinya. Ingatannya tentang Sukma tiba-tiba muncul.


CUT TO:

FLASBACK

FADE IN

53.INT. RUMAH EDIAN — NIGHT

Sukma berdiri di hadapan ibu Edian sambil memegangi perutnya. Sementara itu Edian berdiri di samping Sukma.

IBU EDIAN
Saya tidak mau tahu, kau gugurkan bayi itu!
EDIAN
Ibu,itu anakku, Bu, cucu ibu!
IBU EDIAN
Kita orang terpandang, Ed, bapakmu pejabat, kamu pikir ibu mau mempermalukan diri di depan orang-orang punya menantu yang bisu seperti dia?! (menunjuk Sukma)

Sukma tertunduk sambil menangis mendengar perdebatan ibu dan anak itu.

EDIAN
Tapi aku mencintainya, Bu, aku mau dia jadi istriku!
IBU EDIAN
Dengar ya, Ed, kamu harus menikah dengan Ratih, bukan dia!
EDIAN
Tapi aku mau Sukma, bu!
IBU EDIAN
Aaaaa! (berteriak sambil menutup kedua telinganya)

Ibu Edian berlari ke dapur dan kembali lagi ke ruang tengah sambil membawa pisau.

IBU EDIAN
Sekarang kamu pilih ibu atau dia?
EDIAN
(panik dan mendekati ibunya) Bu, nggak perlu begini, bu, sini pisaunya
IBU EDIAN
Ibu akan buang pisau ini asal kamu bilang sekarang kalau kamu mau menikah dengan Ratih.
EDIAN
Tapi aku tidak mencintainya, Bu! (teriak Edian)
IBU EDIAN
Baiklah!

Tanpa pikir panjang, Ibu Edian menggoreskan pisau itu ke nadi kirinya. Darah mengalir dari tangannya dan berjatuhan ke lantai lalu dia pingsan. Edian panik dan berlari ke arah ibunya. Sementara itu Sukma melangkah mundur perlahan sambil menangis dan menatap ibu Edian terjatuh ke lantai.

CUT BACK TO:

54.INT. KAMAR OMA DAREN — NIGHT

Oma Daren menangis sejadi-jadinya sambil mengelus-ngelus foto Sukma dan Gladis.


CUT TO:

55.INT. RUMAH DAREN — MORNING

Daren dan Oma sedang sarapan di meja makan. Sepanjang makan mereka berdua saling diam. Oma akhirnya bicara.

OMA DAREN
Kamu bisa nemenin Oma hari ini?
DAREN
Oma mau kemana?
OMA DAREN
Oma kangen papamu dan Oma mau nebus kesalahan Oma
DAREN
(mengangguk)


CUT TO:

56.EXT. TAMAN KAMPUS — DAY

Gladis dan Rara sedang duduk di bangku taman sambil menikmati minuman kaleng. Gladis memainkan ponselnya.

RARA
Ngomong-ngomong, seminggu lagi ulang tahun nyokap lo, lo udah mikirin mau ngasih hadiah apa?
GLADIS
(menggeleng) Nyokap pasti nggak ngarepin apapun kecuali kedatangan Edian.
RARA
(mengangguk) Bener juga, tapi sampai sekarang kita nggak tahu Edian di mana
GLADIS
Entahlah...kita cuma bisa nunggu. Gue cuma berharap nyokap gue nggak kecewa. (memandang langit sambil menghela napas)
RARA
Eh Daren nggak masuk lagi kayaknya hari ini, nggak keliatan dari tadi.
GLADIS
Biarin aja, gue udah nggak mikirin dia lagi.
RARA
Yakin lo? (menggoda GLADIS)
GLADIS
Gue udah dicampakin gini. (menghela napas)
RARA
Dis, kayaknya ada sesuatu yang terjadi sama Daren, gue sempat bicara sama dia kemarin.
GLADIS
(menoleh ke Rara) Dia bilang apa?


CUT TO:

57.EXT. TPU — DAY

Daren dan Oma tampak menabur bunga di atas dua makam. Di batu nisan kedua makam itu tertulis nama EDIAN dan RATIH. Setelah menabur bunga, Daren dan Oma menengadahkan tangan berdoa. Daren berdiri di belakang kursi roda Oma. Setelah berdoa, Oma Daren menangis.

OMA DAREN
Maafin ibu, Ed, ibu terlalu memikirkan martabat mendiang ayahmu sehingga ibu lupa kebahagianmu.

Daren mengelus-ngelus pundak Omanya.

OMA DAREN
Semuanya gara-gara ibu, seandainya dulu ibu tidak memaksamu, Daren tidak akan mengalami hal seperti ini. (mengusap air matanya) Sekarang ibu akan menebus semua dosa ibu.
DAREN
(terus mengelus pundak Oma)
OMA DAREN
Dar, sekarang anterin Oma ke rumah Gladis.
DAREN
Tapi, Daren belum siap menghadapi Gladis, Oma.
OMA DAREN
(meraih tangan Daren, Daren jongkok di depan kursi roda Omanya) Dengar, Nak, Oma harus menyelesaikan ini. Masalah perasaanmu pada Gladis, kamu harus merelakannya. Ketertarikan kalian berdua terjadi karena kalian sedarah, Maafin Oma. (mengelus rambut Daren)

Daren mendorong kursi roda Omanya keluar dari TPU. Sesampainya di mobil, Daren membuka pintu mobil, memapah Omanya masuk ke mobil. Lalu mereka pergi.

CUT TO:

58.EXT/INT. RUMAH GLADIS — AFTERNOON

Daren menghentikan kursi roda Omanya di depan pintu rumah Gladis. Dia menghela napas sejenak, lalu mengetuk pintu rumah Gladis. Dia dan Oma saling berpandangan, Oma mengangguk. Tak lama pintu rumah Gladis terbuka. Sukma keluar sambil menenteng sendok penggorangan dan memakai celemek. Melihat Daren datang (belum sadar kalau ada Oma Daren), Sukma mengeluarkan selembar kertas dari celemeknya dan menulis : "Gladis belum pulang" lalu menunjukkannya pada Daren.

DAREN
Nggak papa, Bu, Oma Daren mau bicara sama ibu, boleh kita masuk?

Sukma belum sadar kalau yang di depannya adalah ibu Edian. Dia mengangguk lalu mempersilakan Daren dan Omanya masuk. Daren mendorong kursi roda Omanya masuk. Saat masuk ke rumah Gladis, mata Oma Daren melihat lukisan Edian yang tergantung di dinding. Dia memutar kursi rodanya mendekati lukisan itu. Dia menatap wajah anaknya itu lama. Sukma bengong dan mendekati Oma Daren. Ternyata mata Oma Daren telah basah. Sukma menatap lekat wajah Oma Daren dan akhirnya sadar yang di depannya sekarang adalah ibu Edian. Sukma kaget, mulutnya menganga, tangannya menutup mulutnya. Dia lalu menoleh ke Daren yang tampak menahan air mata. Daren seolah mengerti arti tatapan Sukma, dia mengangguk pelan pada Sukma.

OMA DAREN
Maafkan saya, Sukma (sambil menangis) Kesalahan saya begitu besar pada kamu dan Gladis...

Sukma masih belum percaya dengan apa yang dihadapinya sekarang. Dia terduduk lemas di sofa setelah mendengar Oma Daren biacra. Daren lalu menyodorkan diary papanya dan map pada Sukma. Sukma menerima semua itu dengan tangan gemetar. Sukma membukanya dan mulai membacanya. Air matanya mulai mengalir.

CUT TO:

60.INT. MALL — AFTERNOON

Gladis dan Rara keluar dari sebuah toko pakaian. Gladis menenteng sebuah kantong yang di dalamnya berisi kado bauat Sukma.

RARA
Katanya lo nggak percaya Edian bakal datang, tapi lo beliin nyokap lo baju buat dipake ntar pas mereka ketemuan, gimana sih?
GLADIS
Ngeliat gimana ibu gue percaya banget sama dia, gue pikir nggak ada salahnya gue percaya juga.
RARA
Halah, omongan lo lama-lama kayak Adam, sok puitis.

Gladis dan Rara tertawa bareng, mereka menuju parkiran mall. Tak lama motor Rara keluar dari area parkir. Gladis melihat ke langit.

GLADIS
Ngebut, Ra, mau hujan nih.

Rara langsung tancap gas.


CUT TO:

61.EXT/INT. RUMAH GLADIS — AFTERNOON

Gladis turun dari motor Rara dan kaget melihat ada mobil Daren ada di depan rumahnya.

RARA
Cieee, kayaknya Daren nungguin lo tuh di dalam. Buru masuk sana, ntar telepon gue ya!

Rara pergi. Gladis berjalan masuk ke rumahnya dengan deg-degan. Di depan pintu dia mengambil napas. Gladis masuk dan kaget mendapati Oma Daren dan Sukma ada di ruang tengah dengan mata basah.

GLADIS
(heran) Bu, Oma ada apa ini?
DAREN
Mending lo duduk dulu.

Gladis duduk di sebelah Daren, sementara itu Sukma mulai menangis. Daren bicara pada Gladis.

DAREN
Dis, liat gue! (menatap ke arah Gladis)
GLADIS
(menatap Oma Daren dan Ibunya bergantian, lalu menoleh ke Daren)
DAREN
Denger gue baik-baik, apapun yang terjadi sama kita kemarin-kemarin, itu bukan salah kita. Jadi kita nggak perlu nyalahin diri kita masing-masing.
GLADIS
Tunggu, jelasin dulu ini kenapa?

Oma Daren menyodorkankan map dan diary Edian yang ada di meja ke hadapan Gladis.

OMA DAREN
Kamu cucu Oma, anaknya Edian, papa Daren
GLADIS
Haaa?! (kaget,lalu menoleh ke Daren) Lo anak Edian?
DAREN
(mengangguk)
GLADIS
(suaranya mulai bergetar) dan gue...(terbata) juga anak Edian? Bu,(menoleh ke ibunya) Ini boong kan?

Sukma mengangguk pelan sambil menahan tangisnya. Gladis berdiri dari duduknya sambil menangis.

GLADIS
Nggak, nggak mungkin! (menggeleng-gelengkan kepalanya) lalu lari keluar rumah.

Sukma hendak mengejar, namun ditahan oleh Daren.

DAREN
Biarin dia sendiri dulu, Bu. Nanti biar Daren yang nyari dia.


CUT TO:

62.EXT. JALAN — NIGHT

Gladis berjalan di tengah hujan sambil menangis. Tubuhnya telah basah. Tiba-tiba mobil Daren berhenti tepat di sebelahnya. Daren keluar dari mobil dan mendekati Gladis.

DAREN
Ayo masuk ke mobil, gue anter lu pulang. Ibu lo khawatir.

Gladis diam dan mengacuhkan Daren, dia terus berjalan. Daren menarik tangan Gladis dan menyeretnya masuk ke mobil.

GLADIS
Gue nggak mau pulang!
DAREN
Yaudah gue anter lo ke tempat Rara,ya?

Mobil Daren melaju di jalan yang basah. Sepanjang perjalanan keduanya saling diam.


CUT TO:

63.EXT. KOS RARA — NIGHT

Daren mengetuk pintu rumah Rara. Tak lama Rara keluar dan kaget melihat Gladis dan Daren berdiri dengan keadaan basah kuyup.

RARA
Heh, kalian kenapa?
GLADIS
Gue nginap ya.(nada lemas dan nyelonong masuk ke rumah Rara)
RARA
Lo apain sih dia ampe kayak gitu?
DAREN
Titip dia ya, gue cabut dulu.

Daren pergi dan masuk ke mobilnya meninggalkan Rara yang terbengong. Rara kemudian masuk ke rumahnya.


CUT TO:

64.INT. KAMAR RARA — NIGHT

Rara masuk ke kamarnya sambil membawa segelas teh hangat dan menyerahkannya pada Gladis yang sedang duduk di kasur dengan handul kecil menutupi rambutnya yang basah. Rara memberikan teh itu pada Gladis. Gladis meminumnya.

RARA
Barusan gue udah nelpon nyokap lo dan bilang kalau lo di sini. Lo kabur dari rumah?
GLADIS
(mengangguk pelan, lalu meletakkan gelas ke samping ranjang Rara) Ternyata selama ini nyokap boongin gue
RARA
Soal?
GLADIS
Gue anak Edian! (tak bisa menahan tangisnya lagi)
RARA
(kaget)Haaaa?!
GLADIS
Dan gue nggak bakalan tahu itu semua kalau sendainya gue nggak ketemu Daren.
RARA
Apa hubungannya sama Daren?

Gladis memeluk Rara erat.

GLADIS
Daren....juga anak Edian
RARA
(terkejut dan melepaskan pelukan Gladis) Ha, maksud lo, lo ma Daren saudara kandung?(menatap Gladis lekat)
GLADIS
(tertunduk dan menganggukkan kepalanya)
RARA
Gila, gimana ceritanya?
GLADIS
Gue juga nggak tau detailnya gimana. Dan gue...udah cinta banget sama Daren...(tangisnya menjadi-jadi)

Rara kembali memeluk Gladis dan mengelus-ngelus punggungnya.


CUT TO:

65.INT/EXT. KOS RARA — MORNING

Rara sedang menyisir rambutnya di depan cermin, sementara itu Gladis masih berbaring di kasur di balik selimut. Tiba-tiba dari luar terdengar suara Daren memanggil-manggil.

DAREN (V.O)
Ra, ini gue, buka pintunya.
RARA
Daren tuh? (dia menatap Gladis)
GLADIS
Gue nggak mau ketemu dia, gue malu dan belum siap.
RARA
Ya tapi kasian tuh, gue keluar bentar ya

Rara membuka pintu kos nya. Daren berdiri di luar sambil menenteng kresek hitam di tangannya.

DAREN
Mana Gladis?
RARA
Dia belum mau ketemu lo
DAREN
Yaudah, ini gue bawain sarapan buat kalian. (menyerahkan kresek yang ia pegang ke Rara)
RARA
(menerima pemberian Daren dengan lirikan curiga) Lo perhatian kayak gini ke Gladis sebagai saudaranya atau sebagai laki-laki yang khawatir sama cewek yang dicintainya?
DAREN
(mengangkat bahunya lalu pergi)
RARA
Aduh...kenapa kisah kalian kayak gini? (menatap punggung Daren)

Rara kembali masuk dan meletakkan pemberian Daren di samping kasur.

RARA
Nih dari Daren, makan gih. Dari semalam lo belum makan kan?
GLADIS
Gue nggak selera...
RARA
Makan dulu sana, abis itu mandi dan kita ke kampus.
GLADIS
(menggeleng) Gue males ke kampus
RARA
Ya trus lo mau kemana?

Gladis kepikiran ayahnya.

GLADIS
Ayah! Anterin gue ke tempat ayah.
RARA
Haaa?!


CUT TO:




















Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar