Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SENJA Ke-50
Suka
Favorit
Bagikan
14. BABAK 14

38.INT. AULA TEATER — NIGHT

Tim Bella dan Keke baru saja menyelesaikan penampilannya. Bella dan Keke membungkukkan badan ke penonton, di sambut tepuk tangan riuh dari penonton. Lampu pentas tiba-tiba mati. Di depan pentas ada beberapa kamera dari tv lokal yang merekam adegan di atas pentas. Di bangku penonton terlihat Sukma duduk bersebelahan dengan Rara. Tak lama lampu pentas menyala. Daren dan Gladis berdiri di atas pentas. Musik romantis mengalun.

RARA
(setengah berbisik pada Sukma) ini waktunya, Bu.

Di atas pentas, Gladis berdiri di tengah-tengah. Tiba-tiba Daren datang dengan membawa balon di tangannya. Daren mendekati Gladis, lalu membungkukkan badannya, dan menekuk satu lututnya ke lantai.


DAREN
Maukah kau menjadi belahan jiwaku ? Menjadi pengisi hatiku sampai akhir hayatku? Jika kau menerimaku, terimalah balon ini.
GLADIS
(kaget, Daren menambahkan dialognya) Jika aku menerimamu, maukah berjanji satu hal padaku?

DAREN

Apa itu, Gadisku?
GLADIS
Berjanjilah tidak ada perempuan lain di hatimu selain aku.
DAREN
Ya, aku berjanji dari lubuk hatiku bahwa mulai hari ini kaulah satu-satunya untukku.
GLADIS
Baiklah, mulai hari ini kamulah lelakiku.

Gladis menerima balon Daren lalu menerbangkan balon itu ke atas. Daren berdiri dan memeluk Gladis. Musik romantis terus mengalun.

MONTAGE : Gladis dan Daren tampak bahagia satu sama lain, mereka terliaht romantis. Hingga akhirnya mereka sampai di adegan terakhir.

Musik mellow mengalun. Daren dan Gladis saling berpelukan di atas panggung.

DAREN
Berjanjilah padaku untuk menemuiku di sini saat umur kita sama-sama lima puluh tahun.
GLADIS
(menangis dalam pelukan Daren, lalu mengangguk)

Sukma menangis menyaksikkan adegan itu. Rara mengenggam tangan Sukma. Daren dan Gladis membungkukkan badannya ke penonton sambil berpegangan tangan. Penonton bertepuk tangan. Tiba-tiba Gladis bicara pada penonton.

GLADIS
Kisah ini adalah kisah nyata ibu saya. Kurang dua minggu lagi, umur beliau 50 tahun tapi keberadaan cinta pertamanya tak tahu di mana. Untuk itulah saya di sini. Apakah ada di antara penonton di sini alumni kampus Merdeka angkatan 95? (Penonton diam, tidak ada yang menjawab, Gladis menatap ke salah satu kamera) Edian Permana, di manakah Anda? Ibu saya menunggu kedatangan Anda menepati janjinya.

BCU : Wajah Daren. Daren kaget dan menoleh ke Gladis.

DAREN (V.O)
Edian...bokap gue?

BCU : Daren melepaskan genggaman tangannya dari Gladis, lalu turun dan berjalan ke belakang pentas.


CUT TO:

39.EXT. AULA TEATER KAMPUS — NIGHT

Gladis mondar-mandir di depan aula teater sambil terus menelepon Daren. Sukma, Rara dan Adam datang.

RARA
Lo nelponin siapa?
GLADIS
Lo liat Daren nggak? Tiba-tiba dia ngilang gitu aja tadi.
RARA
(menggeleng) Gue nggak liat, lo liat nggak, Dam?

Gladis dan Rara menengok ke arah Adam.

ADAM
(mengangkat bahunya) Tadi sih gue liat dia keluar aula duluan.
GLADIS
Yaudah, Ra, lo bisa nggak anterin nyokap gue pulang? Gue masih ada urusan soalnya.
RARA
Oh oke, ntar lo temenin gue ya, Dam?
ADAM
(mengangguk)Tentu

Gladis mendekati ibunya.

GLADIS
Ibu pulang duluan ya, aku mau ketemu sama Daren dulu. Nanti dia kok yang anterin aku pulang.

Sukma mengangguk. Rara dan Adam membawa Sukma bersamanya. Mereka pergi dan meninggalkan Gladis. Gladis kembali menelepon Daren, namun tidak diangkat oleh Daren. Gladis lalu terlihat masuk kembali ke aula, lalu keluar lagi mencari Daren.


CUT TO:

40.INT. KAMAR DAREN — NIGHT

Daren buru-buru masuk ke kamarnya. Dia melemparkan tasnya ke kasur. Dia mengambil handphone dari saku celananya. Ada panggilan tak terjawab dari Gladis. Dia menatap layar ponselnya sebentar dan melemparkan ponsel itu ke kasur. Lalu dia mengeluarkan diary papanya dari laci dan mulai membacanya. Dia duduk di kasur.

DAREN (V.O)
Apa hubunganmu dengan ibu Gladis, Pa? Kenapa dia mencarimu.

Daren membaca cepat diary itu lembar demi lembar dan akhirnya di halaman akhir dia menemukan nama Sukma.

DAREN
Jadi "dia" yang papa maksud dalam diary ini Sukma, bukan mama.

Daren makin penasaran, dia keluar kamarnya dan menuju ruangan kerja papanya. Sementara itu di kasur, ponselnya terus berdering. Di layar hpnya ada panggilan masuk dari Gladis.


CUT TO:

41.INT. RUANG KERJA PAPA DAREN — NIGHT

Daren membuka kembali brankas papanya. Kali ini dia mengeluarkan semua isinya. Ada sebuah map dan satu lagi diary papanya. Daren membuka diary itu dan selembar foto terjatuh ke lantai dari dalamnya. Daren mengambilnya dan betapa syoknya Daren setelah melihat bahwa gambar dalam foto itu adalah Sukma dan Gladis yang sedang memakai seragam SMA. Daren membalik foto itu ada tulisan di sana.

BCU : Di belakang foto tertulis : Apa kabar, sobatku, Edian? Lihatlah betapa manisnya gadis kecil kita, Gladis. Ini adalah hari pertama dia masuk SMA.

Daren terduduk di lantai. Dia lalu membuka map yang ada dalam brankas dan mengeluarkan semua isinya ke lantai. Foto-toto masa kecil Gladis berserakan ke lantai. Daren terduduk lemas di lantai. Dia lalu kembali membaca diary papanya.


CUT TO:

FLASHBACK

FADE IN:

42.EXT. PANTAI — AFTERNOON

21 Tahun yang lalu.

Sukma menangis dalam pelukan Edian di pantai. Matahari terlihat hampir tenggelam ke laut.

EDIAN
Tunggu aku, berjanjilah untuk datang ke sini saat kita sama-sama 50 tahun.

Sukma mengangguk dalam pelukan Edian. Tiba-tiba Bahri datang. Edian melepaskan pelukan Sukma.

EDIAN
Jaga dia untukku, Bahri.
BAHRI
Apa kau harus pergi begini? Sukma lagi mengandung anakmu, Ed! Bahkan ibumu menyuruhnya menggugurkannya! Katanya dia tidak mau bermenantu dan punya cucu dari orang bisu!
EDIAN
Apa lagi yang bisa kulakukan, Ri. Jika aku masih di sini dan dekat dengan Sukma, Sukma dan ibuku dalam bahaya. Kau lihat sendiri kemarin, ibuku bahkan nekat bunuh diri jika aku tidak mengikuti kemauannya! Aku harus bagaimana, Ri? (menangis)

Sementara itu Sukma terus menangis. Edian tampak kusut. Bahri tak berkata-kata.

EDIAN
Bantu aku, Ri. Menikahlah dengan Sukma, aku tidak mau anakku lahir tanpa seorang ayah! (menggenggam tangan Bahri penuh harap)
BAHRI
Gila kau sampai kepikiran ide begituan! Aku punya gadis yang juga harus kunikahi, Ed. Kau jangan egois begini!
EDIAN
(berlutut di depan Bahri) Aku mohon, Ri. Setelah anakku lahir kau boleh menikahi siapa saja. Aku mohon, Ri. Aku akan menanggung semua biaya anakku kelak, aku akan bertanggung jawab! Aku mohon, Ri! Dia hanya butuh status seorang ayah agar dia tidak merasa rendah diri. Aku mohon, Ri!(terisak sambil mencium tangan Bahri)



CUT BACK TO:

43.INT. RUANG KERJA PAPA DAREN — NIGHT

Daren tampak kusut setelah membaca diary papanya. Dia terduduk lemas di lantai. Dia menekuk kedua lututnya, kepalanya tertunduk. Bayangan lukisan yang dia lihat di rumah Gladis terbayang-bayang di matanya. Sementara itu di lantai berserakan bukti transferan uang atas nama Bahri.

DAREN
(terisak) Daren mesti gimana sekarang, Pa?!


CUT TO:












Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar