28.EXT. RUMAH GLADIS — DAY
Gladis dan Adam sedang berlatih dialog dan adegan naskah di beranda rumah Gladis. Berkali-kali Adam mengikuti intruksi dari Gladis, namun selalu membuat Gladis tertawa.
ADAM
(membungkuk sambil memegang balon) Maukah kamu menjadi belahan jiwaku, Andin?
GLADIS
(berdiri di hadapan Adam lalu tertawa) Hahaha, ekspresi lo mana?
ADAM
(berdiri) Udahlah, gue bilang gue nggak bisa!
Dari dalam rumah, Rara keluar bersama Sukma membawa cemilan lalu meletakkan di atas meja. Lalu kemudian duduk di kursi dan memperhatikan Gladis dan Adam yang sedang latihan.
GLADIS
Ayo ulang lagi!
Adam kembali membungkukkan badannya di depan Gladis dan menyodorkan balon pada Gladis.
GLADIS
Sekarang lo bayangin gue orang yang lo suka dan tunjukin padanya kalau lo bener-bener mau dia jadi pacarya.
Adam menatap Gladis sejenak. Kali ini dia mengucapkan dialognya, namun gagal lagi.
ADAM
Maukah kamu........(tidak bisa melanjutkan dialognya karena gugup di depan Gladis)
Gladis kembali tertawa dan mengajari Adam lagi. Sementara itu Sukma memandang mereka tak berkedip. Rara memegang tangan Sukma dan menggodanya.
RARA
Ciee ibu ingat Edian ya?
SUKMA
(menoleh ke Rara dan tersenyum)
RARA
Bu, gimana kalau Edian lupa sama janji yang dia buat?
SUKMA
(mengambil kertas dan pena yang ada di atas meja dan menulis : "Dia pasti menepati janjinya, ibu yakin" lalu mengalihkan pandangannya pada Gladis yang sedang bersama Adam)
Rara membaca tulisan itu sambil memperhatikan raut wajah Sukma yang tanpa ragu.
ADAM
Udahlah gue nyerah, Dis!(melempar balon yang dia pegang ke lantai)
BCU : Balon itu berguling-guling pelan di sapu angin.
FADE OUT:
29.INT. AULA TEATER KAMPUS — DAY
ESTABLISH SHOOT : Gedung Aula Teater
Gladis, Adam dan Rara duduk di lantai teater sambil memperhatikan mahasiswa yang lain sedang latihan untuk penampilan mereka nanti.
RARA
Yang lain udah pada latihan, kita masih nyari aktor buat naskah kita. (melirik ke Gladis yang dari tadi mantengin layar hpnya) Lo lagi nunggu telepon siapa, Dis?
GLADIS
Udah seminggu tapi belum ada yang hubungin gue. (menghela napas)
ADAM
(ikutan menghela napas)Ini bukti bahwa peminat radio berkurang. Masa yang denger siaran abang gue gak ada satupun yang kenal sama Edian?
Rara tampak berpikir sejenak dan tiba-tiba sumringah.
RARA
Gue ada ide briliant!
Gladis dan Adam menatap Rara penuh penasaran.
RARA
Gimana kalau kita ngumpulin alumni kampus Edian dan nyokap lo kuliah dulu?
GLADIS
Nyokap gue bukan mahasiswa, Ra, dia cuma anak pemilik kantin tempat Edian kuliah.
RARA
Ya sama aja, kisah mereka kan famous kata nyokap lo.
GLADIS
Iya tapi gimana cara nyari alumni selama itu?
RARA
Gini, kita bikin selebaran dan minta kepada mahasiswa jurusan kita yang orang tuanya alumni kampus Edian buat datang nonton teater kita nanti.
ADAM
Gila, lo, kalau nggak ada yang se alumni gimana? Peluangnya kecil, Ra!
GLADIS
(berpikir sejenak)Nggak, sekecil apapun peluangnya, gue akan coba. Walaupun satu atau dua orang saja yang sealumni sama Edian seenggaknya ada yang bisa gue tanyain tentang Edian.
Tiba-tiba Daren nongol dan mengagetkan mereka.
DAREN
Ngomongin apa sih, serius amat?!
ADAM
Kurang kerjaan banget lo!
DAREN
Kenapa kalian nggak latihan?
RARA
Aktornya aja belum dapet!
DAREN
Gue bilang gue aja, pada bandel sih kalian!
GLADIS
(menatap Daren) Emang nggak masalah ntar sama Bella dan Keke?
DAREN
Apanya yang mau mereka permasalahin? Toh mereka udah dapet semua pemerannya, tuh lagi latihan! (menoleh ke pentas. Adam, Gladis dan Rara ikutan menoleh)
Tanpa pikir panjang, Rara menyerahkan satu rangkap naskah kepada Daren.
RARA
Oke fix, kita tidak punya waktu lagi. Besok siang lo datang ke sini buat latihan bareng kita!
Daren menerima naskah itu dan memasukkannya ke dalam tasnya. Dia lalu tersenyum puas sambil menatap Gladis, lalu menarik tangan Gladis.
DAREN
Ayo ikut gue! (membawa Gladis keluar)
CUT TO:
30.INT. RUMAH DAREN — AFTERNOON
Motor Daren berhenti di bagasi rumahnya. Gladis turun dan terlihat bengong.
GLADIS
Lo ngapain bawa gue ke sini?
DAREN
(mengenggam tangan Gladis dan membawanya masuk) Yuk, masuk!
Gladis melihat tangannya digamit oleh Daren dan mengikuti Daren di belakang. Mereka masuk ke rumah Daren. Gladis melihat kiri dan kanan rumah besar Daren. Daren menyuruh Gladis duduk. Gladis duduk di sofa.
GLADIS
Sepi amat...
DAREN
Gue cuma berdua sama Oma di sini, bonyok gue kan udah nggak ada. Lo tunggu di sini bentar, gue panggil Oma dulu.
Daren meninggalkan Gladis sendirian. Gladis berdiri dan berjalan di sekitar sofa memperhatikan foto keluarga Daren. Tiba-tiba Daren bersama Oma. Daren mendorong kursi roda Oma. Daren dan Oma berhenti di depan Gladis.
DAREN
Kenalin, Oma, ini Gladis, cewek yang Daren suka!
Oma Daren menatap lekat wajah Gladis, agak lama. Lalu menyodorkan tangannya ke arah Gladis.
OMA DAREN
Sepertinya Oma pernah melihatmu!
Gladis membungkuk dan memegang tangan Oma. Oma Daren melepaskan genggaman tangan Gladis dan menyentuh wajah Gladis dengan kedua telapak tangannya.
OMA DAREN
Mungkin karena kamu cantik, jadi Oma merasa pernah mengenalmu.
GLADIS
(tersenyum pada Oma) Nggak papa Oma, tampangku emang pasaran sih.
OMA DAREN
(tertawa) Kalian udah pada makan?
DAREN
Belum nih, Oma. Bentar biar Daren pesan online aja!
OMA DAREN
Nggak usah, Oma pengen masak sesuatu buat kalian.
DAREN
Ha, nggak-nggak, gimana Oma bisa masak dengan keadaan seperti ini?
OMA DAREN
(menatap Gladis) Kan ada Gladis, kamu mau kan bantu Oma di dapur?
GLADIS
(mengangguk ragu) hmm, baik Oma.
OMA DAREN
Ayo kita ke dapur.
Gladis mendorong kursi roda Oma menuju dapur meninggalkan Daren yang terlihat heran dengan Oma yang langsung bisa akrab dengan Gladis.
CUT TO:
MONTAGE : Gladis dan Oma Daren terlihat sibuk memasak di dapur, kadang mereka terlihat tertawa bersama. Gladis menyuapkan masakan yang dibuatnya pada Oma untuk dicicipi. Terlihat Oma memberikan instuksi pada Gladis. Sementara itu, Daren berdiri di sudut lain menyaksikkan adegan yang menurutnya laur biasa itu. Daren mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.
CUT BACK TO:
Makanan telah tertata rapi di atas meja makan. Daren dan Gladis duduk bersebalahan, tepat di depan Oma. Gladis menyendok nasi ke piring dan memberikannya pada Oma. Melihat itu, Daren juga menyodorkan piringnya ke Gladis.
DAREN
Mau juga diambilin...
GLADIS
(melirik ke Daren sambil mendengus kecil, mengambil piring Daren, Daren memamerkan giginya pada Gladis) Nih.
DAREN
(melongo melihat seonggok nasi di piringnya) Banyak amat, Dis!
GLADIS
Abisin pokoknya!
Oma Daren tersenyum-senyum melihat tingkah keduanya. Setelah makan, Gladis pamit sama Oma Daren. Daren mengantarkan Gladis pulang dengan mobil.
CUT TO:
31.EXT. JALAN — NIGHT
Mobil Daren melaju pelan di jalan raya. Daren melihat ke arah Gladis yang duduk di sampingnya. Tatapan Gladis lurus ke depan.
DAREN
Diem aja, mikirin apa lo?
GLADIS
Kasian Oma pasti dia kesepian
DAREN
Nggak akan kesepian lagi kalau ntar kita nikah. (menggigit bibirnya lalu melirik Gladis sekilas pengen tahu ekspresinya)
GLADIS
(menoleh ke Daren dan mencubit lengan Daren) Kejauahan banget mikir lo.
DAREN
Awww, hobi banget nyubitin gue. lo gemes ya?
GLADIS
Dih, apaan sih?
Gladis mengalihkan pandangannya ke jendela samping. Sementara itu Daren senyum-senyum sendiri.
CUT TO:
32.EXT/INT. RUMAH GLADIS — NIGHT
Mobil Daren berhenti di depan rumah Gladis.
INSERT : Sukma mengintip dari balik gorden jendela.
GLADIS
Thanks ya, gue masuk dulu.
Gladis hendak turun, namun tiba-tiba Daren memegang pergelangan tangan Gladis. Gladis menoleh.
DAREN
Makasih juga ya, elo udah nemenin oma gue hari ini.
GLADIS
(menggangguk dan menarik tangannya dari tangan Daren)Oke, jangan lupa besok kita latihan ya.
Daren menggangguk dan melepaskan tangan Gladis. Gladis lalu turun dari mobil Daren. Daren pergi. Gladis berjalan masuk ke rumahnya. Saat membuka pintu, Sukma telah menunggunya dan tersenyum menggoda Gladis. Mata Sukma naik turun menatap Sukma. Gladis salting dan mengalihkan topik. Dia menatap bibir Sukma.
GLADIS
Udah malam, Bu, hapus tuh lipstiknya. (pergi meninggalkan Sukma dan berlari masuk ke kamarnya)
SUKMA
(membuntuti Gladis ke kamarnya dan menyodorkan tulisan ke muka Gladis : Siapa tuh? Temen apa pacar?
GLADIS
Temen, Bu, temen! (jawab Gladis sambil menaruh tasnya di meja belajar)
SUKMA
(menulis cepat di kertas dan menunjukkan lagi pada Gladis sambil tersenyum menggoda : Temen kok pipi kamu merona gitu?
GLADIS
Ih...ibu apaan sih. Udah mending ibu tidur sana.
Gladis memegang kedua bahu ibunya dari belakang dan menuntunnya keluar kamarnya. Setelah, Gladis menutup pintu kamarnya dan merebahkan diri ke kasur. Dia senyum-senyum sendiri sambil sesekali mengedip-ngedipkan matanya.
CUT TO: