33.INT.RUMAH GLADIS — MORNING
Gladis masih berbaring di kasur. Tiba-tiba ada bunyi notif dari hanphonenya. Tangannya meraba-raba kasur mencari handphonenya. Dia membuka matanya saat berhasil meraih handphonenya. Ada pesan dari Daren.
DAREN (V.O)
Pagi, Cantik, ampe ketemu di kampus, ya!
Mata Gladis terbelalak, tapi kemudian dia senyum-senyum sendiri, berguling di balik selimutnya. Tak lama dia bangkit dan masuk ke kamar mandi. Lalu keluar. Dia membuka lemari bajunya. Mencari-cari baju yang bagus. Mengambil satu baju, lalu melemparnya ke kasur. Dia melakukan hal itu berulang-ulang. Sampai kasurnya berantakan dan dipenuhi oleh bajunya.
GLADIS
Kok gue nggak ada baju yang bagus ya? (berdiri berkacak pinggang sambil menatap ke kasur)
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, Sukma masuk dan kaget melihat keadaan kamar Gladis.
GLADIS
(malu sendiri dan kembali memilih-milih baju yang ada di kasur) Kira-kira mana yang bagus?
Sukma mendekati Gladis dan membantu memilihkan baju untuk Gladis. Sukma menemukan sweater rajut berkancing warna hijau tua dan menyodorkannya pada Gladis.
GLADIS
(menerima baju itu) Ini bagus?
Sukma mengangguk.
GLADIS
(mencoba baju itu dan bercermin) Kayaknya aku perlu beli beberapa baju deh, Bu!
SUKMA
(Keliatan semangat, menuju meja Gladis dan menulis di kertas : Hari minggu ya, ibu juga butuh baju buat ke acara teater kalian nanti dan juga buat ketemu Edian")
Sukma menunjukkan kertas itu pada Gladis. Gladis membacanya dan mengangguk pelan.
CUT TO:
34.EXT. AULA TEATER KAMPUS — MORNING
Adam dan Rara terlihat menempelkan kertas di mading depan aula teater. Tiba-tiba Gladis datang. Rara menatap Gladis sejenak.
RARA
Kayaknya ada yang beda dari lo pagi ini. Tapi apa ya? (memperhatikan wahjah Gladis)
GLADIS
Apa sih lo (mundur selangkah dari Rara)
RARA
Lipstik lo, tumben lo make lipstik yang berwarna hari ini? Biasanya juga lo make yang natural
ADAM
Cantik kok dan cocok sama lo! (menatap Gladis)
GLADIS
Beneran cocok?
ADAM
(meengangguk) Cantik..
RARA
Tumben lo peduli ma penampilan lo? (melirik Gladis dengan curiga)
GLADIS
Nggak papalah sekali-kali ini doang!
RARA
Kok gue curiga, ya? (mendekati Gladis dan mendekatkan wajahnya ke depan wajah Gladis)
GLADIS
(mendorong muka Rara dengan telunjuknya) Dih...apaan sih lo?
Rara melihat Daren datang.
RARA
Itu Daren datang!
Gladis langsung berpaling ke belakang, Rara memperhatikan sikap Gladis dan tersenyum. Gladis melihat Daren dan dia merasa aneh.
GLADIS (V.O)
Kok gue jadi berdebar gini?
RARA
(menggoda Gladis)Ciee..langsung nengok!
Daren mendekat, Gladis berusaha mengatur napasnya.
DAREN
Ngapain kalian ngumpul di luar?
RARA
Oh ini kita abis nempelin ini di mading. (melihatkan lembaran kertas pada Daren)
DAREN
Apa nih? (mengambil satu lembar kertas dari Rara dan membacanya)
BCU : Di kertas itu tertulis : Mohon bantuannya, kepada orang tuanya yang alumni kampus Merdeka angkatan 95, mohon undang mereka untuk hadir di malam acara penampilan teater nanti!
DAREN
Eh bokap gue alumni kampus ini juga, tapi dia udah meninggal sih. Emang ada apa?
GLADIS
Gue lagi nyari seseorang
DAREN
Siapa?
RARA
Mantan nyokapnya!
DAREN
(bingung) buat apa?
RARA
(baru mau menjawab, tapi tangannya keburu ditarik Gladis)
GLADIS
Udah-udah, ayo masuk dan kita latihan. Tinggal seminggu lagi nih.
Gladis menarik Rara masuk ke dalam aula teater, diikuti oleh Adam dan Daren yang masih memandangi selebaran yang dipegangnya.
CUT TO:
35.INT. AULA TEATER — MORNING
Gladis, Daren, Adam dan Rara duduk di pentas teater sambil membaca naskah.
GLADIS
Eh junior yang kemarin mana, Ra?
RARA
Dia lagi ada kuliah, nanti dia nyusul katanya.
GLADIS
Oh Oke. (menoleh ke Daren) Lo udah baca naskahnya kan?
DAREN
(menggeleng perlahan, lalu mengeluarkan naskah dari tasnya) Gue akan baca sekarang.
ADAM
Gimana sih lo, niat nggak sih bantuin kita?
DAREN
Berisik lo, diam dulu bentar. Gue bisa hapal semua ini dalam sekali baca!
ADAM
Belagu lo!
Daren membuka halaman pertama naskah itu dan dia terpana melihat kalimat pertama naskah itu.
BCU : Halaman pertama naskah teater : "Hari itu, 10 Oktober 1995 hari pertama dia menjadi pacar saya."
DAREN (V.O)
Kayaknya gue kenal tanggal ini... (mengernyitkan dahinya dan berpikir sejenak)
Daren meneruskan membaca kalimatnya.
DAREN (V.O)
"Dia mengungkapkan cintanya pada saya dengan sebuah balon" (tersenyum) Begitu sukanya Gladis sama gue sehingga dia memilih media balon untuk mengungkapkan cinta, seperti yang gue lakuin ke dia. (menoleh ke Gladis yang sedang menghafal dialog)
Rara kemudian berdiri.
RARA
Oke sekarang kita coba adegan pertamanya.
Daren dan Gladis berdiri. Adam datang memberikan balon pada Daren. Daren membungkuk dan menempelkan satu lututnya ke lantai, tangannya menyodorkan balon pada Gladis.
DAREN
Maukah kau menjadi belahan jiwaku? Menjadi pengisi hatiku sampai akhir hayatku? Jika kau menerimaku, terimalah balon ini.
GLADIS
(kaget, Daren menambahkan dialognya) Jika aku menerimamu, maukah berjanji satu hal padaku?
DAREN
Apa itu, Gadisku?
GLADIS
Berjanjilah tidak ada perempuan lain di hatimu selain aku.
DAREN
Ya, aku berjanji dari lubuk hatiku bahwa mulai hari ini kaulah satu-satunya untukku.
GLADIS
Baiklah, mulai hari ini kamulah lelakiku. (menerima balon dari Daren)
Daren berdiri lalu memeluk Gladis. Rara bersorak sambil bertepuk tangan.
RARA
Kereeeeen!
ADAM
Eh, udah pelukannya, lama amat! (mendekati Gladis dan Daren, lalu menarik Daren dari Gladis)
Gladis dan Daren canggung karena ditegur Adam.
DAREN
Udah gue bilang, kan, gue bisa hapal dalam sekali baca, apalagi lawan mainnya orang yang gue suka. (melirik ke Gladis, Gladis salting)
ADAM
Baru gitu aja udah sombong lo!
CUT TO: