Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Senja di Teluk Bara (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
8. TELUK KENANGAN

30.    EXT/INT. NAMNIWEL AIRPORT,PULAU BURU – RUANG TUNGGU – MOBIL – MENJELANG SORE

CAST : SALIMA, UTARI, SALIM, AYRIN, BUNG LUCKY, BUNG ARKAM, BUYUNG

Arkam (38) sudah menunggu di pintu kedatangan. Dua mobil hitam bercorak daun kayu putih sudah siap menjemput para tamu.

BUNG LUCKY

(menyambut) Welcome to Pulau Buru, Basudara

Lia sana Bung Arkam su datang jemput. (menunjuk)

Hey, Arkam sini woe katong disini ( melambaikan tangan ) (teriak )

 

Salim dan Salima terkejut melihat tingkah Bung Lucky yang berteriak kencang memanggil saudaranya.

UTARI

Gak usah kaget. Begitulah cara mereka bertegur sapa ( menunjuk ).

Suaranya meninggi tapi itu bukan marah.

Justru itu untuk mengakrabkan hubungan satu sama lain.

Suara boleh galak. Tapi hatinya pada baik semua. (tersenyum)

 

Tari pergi menjumpai Arkam.

SALIM

(berbisik) Kak, Mama kok terlihat biasa aja ya.

Nampak nya kecemasan nya Mama mulai berkurang.

SALIMA

Semoga seperti itu ya.  

AYRIN

Pada ngomongin apaan sih ? ngomongin aku ya.

SALIM

Gak, Kak. Aku bilang ke Kak Sal,

kalau Mama terlihat lebih tenang.

Padahal aku mesti hitung durasi kambuhnya Mama.

Jadi selama di pesawat aku juga sudah siapkan obat jika serangan mendadak terjadi.  

AYRIN

Wah, gak nyangka, Salim bisa protektif juga ya.

Tapi ada benarnya juga. Tante Tari terlihat lebih tenang sih, Sal.

Ku pikir ini langkah awal yang bagus. Semoga dengan melanjutkan rencana kita,

Tante Tari bisa pulih seperti sediakala. Aamiin

SALIMA

Aamiin ya Rabb. (tersenyum )

UTARI 

Ayo sini, (memanggil )

sudah ditungguin Bung Arkam nih. Malah ngelamun.

 

Salima, Salim, dan Ayrin bergegas menuju mobil jemputan. Mereka menghampiri Arkam dan menyalaminya.  

BUNG ARKAM

Barang-barang semuanya sudah lengkap ya.  

SALIM

Sudah Om, eh Bung. (tersenyum)

Arkam menoleh ke arah Salim.

BUNG ARKAM

Bisa pilih salah satu. Enak dipanggil Om Om atau Bung Bung ( tersenyum ) (tertawa) 

SALIM

Siap Bung!

Setelah semuanya naik. Dua mobil itupun berlalu meninggalkan bandara Namniwel.

CUT TO:

 

31.      EXT/INT. RUMAH – RUANG TAMU – MALAM

CAST : UTARI, SALIMA, SALIM, AYRIN, BUNG LUCKY, BUNG ARKAM, BUYUNG

Setelah 2 jam lebih perjalanan, tibalah mereka dirumah. Utari membangunkan anak-anaknya.

UTARI

Kakak, Ayrin, Adek ( membangunkan)

Kita sudah sampai.  

Sebuah rumah tradisional beratap alang-alang tiba-tiba mengalihkan fokus Salim yang terbelalak melihat rumah.

SALIM

Aku suka rumahnya. Estetik dan tradisional penuh makna. 

SALIMA

Jangan kelamaan mengagumi sampai lupa turun dari mobil ya.

SALIM

OH Iya, astaga. Sampai lupa. Hehehe

Kerabat Bung Arkam menyambut hangat Utari beserta anak-anaknya juga Ayrin. Satu per-satu memberi salam kepada kerabat yang menyambut.

BUNG ARKAM

Buyung, tolong bawa masuk Tanta Tari,

Kaka Nona dan Kaka Nyong dong pung barang-barang ka dalam e.

BUYUNG

Iyo, Bung. Beta kas masuk akang diruang tengah jua e.

BUNG ARKAM

(mengangguk) iyo suda.

Arkam mempersilahkan keluarga angkatnya untuk beristirahat sejenak di ruang tamu. Sembari menikmati secangkir teh hangat dan kue sagu-jajanan khas Maluku. Karena kelelahan selama perjalanan, Utari memilih tidur lebih dulu. Sementara Salima, Ayrin, dan Salim masih sibuk berkenalan dan ikut bersenda gurau dengan anak dan kerabat keluarga angkatnya.

 

CUT TO:

DISSOLVE TO:

 

32.    INT/EXT. KAMAR – JEMBATAN – MENJELANG SORE

CAST : UTARI, BESSAN, IBU HAMIL

Penyakit Utari kambuh. Dalam tidurnya yang masih setengah sadar,Ia mengingat kembali seorang Ibu yang menitipkan anak-anaknya kepadanya dan sang suami saat perjalanan pulang menikmati senja di jembatan desa. Peristiwa itu seakan tergambar jelas.

UTARI 

Senja nya hampir tenggelam. Kita pulang yuk.

Kasihan Opa pasti mencari kita.

BESSAN

(mengangguk ) Yuk. Ntar besok bisa kesini lagi lihat senja nya.

UTARI

(tersenyum) Iya Mas. (merangkul ) 

Di tengah perjalanan, Tari dan Besan mendengar suara jeritan minta tolong. 

UTARI

Mas, kau dengar suara itu gak?

BESSAN

Suara apa?

UTARI

Suara ada yang minta tolong, Mas.

BESSAN

Masa sih?

UTARI

Coba deh kamu fokus lagi. Kayaknya diseberang jembatan itu deh Mas.

Langkah mereka terhenti di persimpangan jalan. Mereka bertemu dengan seorang ibu yang sedang kesakitan, sepertinya akan melahirkan.

UTARI

Mas, ibu itu mau melahirkan. (menunjuk) Ayo kita tolong, Mas.

BESSAN

Ini jalan desa kok bisa sepi sekali ya. Kenapa ibu ini bisa tersesat disini.

 

Tari dan Besan menghampiri ibu yang tengah tergeletak lemah.  

IBU HAMIL

(menahan sakit )

Bu, Pak tolong. Beta mau melahirkan. Tolong !

UTARI

Mas, disitu ada gazebo kosong. Kita angkat ibu disitu saja,Mas. Kita bantu dia melahirkan.

 

Utari dan sang suami terpaksa memapah Ibu itu masuk ke dalam gazebo yang tak jauh dari jembatan.

UTARI

Mas, kamu tunggu diluar ya, sambil nyari pertolongan.

Tapi berikan bajumu Mas. (mengulurkan tangan)

BESSAN

Apa, lepas baju?

UTARI

Iya Mas, baju mu.

Aku butuh kain untuk menyelimuti bayi nanti kalau sudah keluar.

 

Besan ilyas akhirnya melepas baju yang dipakai nya. Sembari mencari pertolongan di jalan.

Sementara Utari dengan sekuat tenaga membantu persalinan wanita itu. 

UTARI

Ayo, Bu, sedikit lagi. Ayo Bu, tetap bertahan.

Seketika isak tangis bayi menutupi senja sore itu. Suara ucapan syukur Utari terdengar sampai diluar gazebo. Mendengar hal itu, Bessan bergegas masuk ke gazebo untuk mengecek kondisi sang istri dan wanita hamil tersebut.

BESSAN

Tari, alhamdulillah.

Ada mobil yang mau mengantar Ibu itu.

Ayo segera kita agkat Ibu nya ke mobil

(kaget ) (bingung)

Tari, kamu kenapa menangis?

UTARI

Mas, Ibu nya gak tertolong. (menangis)

Dia meninggalkan bayi-bayi lucu ini untuk kita.

Dia berpesan untuk menjaga bayi-bayi ini,Mas.

Karena suaminya sudah meninggal.

Dan dia gak punya siapa-siapa lagi disini.

(memeluk besan) 

UTARI

Maaaaaaaaasss!!! (teriak keras) 

SALIMA

Mamah. (terkejut ) (lari menuju kamar Utari )

Mah, Mamah kenapa ? (memeluk Tari) ( memberikan obat)

Minum obat nya dulu Mah.

Istigfar Mah. Mamah tenang ya.  

UTARI

(memeluk salima) (menangis) (mencium kening salima)

Anak Mamah.

Astagfirullah ! (mengusap kepala)

SALIMA

Mamah minum obat dulu ya

UTARI

(mengangguk) iya, Nak. (minum obat )

SALIMA

Tenang ya Mah. Kakak disini dengan Mama.

Mama gak usah cemas ya. Besok kita jalan-jalan kok.

Kata Bung Lucky banyak tempat-tempat indah disini.

    CUT TO:

    FADE IN:

33.    EXT. PEKARANGAN RUMAH – KAMAR – PAGI HARI

CAST : SALIMA, AYRIN, BIBI ISMA, UTARI

Bibi Isma (39) istri dari Bung Arkam, duduk di pekarangan rumah sedang membuat sapu lidi. Satu per satu pelepah aren dipotong nya. Salima dan Ayrin menghampiri Bibi Isma. Mereka berkenan membantu Bibi Isma. 

SALIMA & AYRIN

Selamat pagi, Bi. 

BIBI ISMA

Selamat pagi Nak. Gimana tidurnya? Nyenyak ? 

SALIMA

Nyenyak banget Bi. (tersenyum) 

AYRIN

Apalagi aku Bi. Setelah adik-adik balik ke rumah aku langsung terlelap tidur di kursi. Haha

BIBI ISMA

Alhamdulillah syukur. (tersenyum)

Ibu Tari gimana, Sal? Semalam Bibi dengar ada suara teriak.

SALIMA

Iya, Bi. Semalam penyakit Mamah kambuh lagi.

Untungnya masih ada persediaan obat,Bi. Setelah dikasih obat.

Alhamdulillah, Mama bisa terlelap lagi.  

BIBI ISMA

Syukurlah.

Bibi dulu seneng banget lihat Mamah mu, Nak.

Soalnya cantik sih. (tersenyum)

Sekarang pun masih tetap cantik.

SALIMA

Bibi dulu pernah ketemu Mamah? 

BIBI ISMA

Siapa yang tak kenal Bu Tari? Dulu sejak ke sini,

dia diberi gelar kembang desa. (tersenyum)

Selain cantik, Mamah mu juga baik sekali dengan warga sekitar.

Untunglah kalian masih sempat ke sini.

Semoga dengan kalian ke sini,

Ibu Tari bisa pulih kembali ya.

SALIMA

(tersenyum) Aamiin. Makasih Bi.

AYRIN (V.O)

Ternyata banyak yang sayang sama Tante Tari.

Syukurlah, semoga dengan banyak dukungan Tante Tari segera pulih kembali.Aamiin.

SALIMA

Oh ya Bi. Kami boleh ikutan membuat sapu juga ndak?

Tapi kami diajarin ya (tersenyum)

AYRIN

Iya, Bi. Kayaknya seru nih. Buat kerajinan tangan tradisional.

SAPU LIDI dari pelepah aren.

BIBI ISMA

Boleh. Sini bibi ajarin ya. (mengambil satu pelepah aren )

(mempraktekan ) pisau nya di tangan kanan.

Dan daun gamutu di tangan kiri. Karena kalian masih pemula,

bersihkan tepian pelepah nya pelan-pelan saja ya.

Karena kalau terlalu cepat lidi nya nanti terbelah dua.

Ngak jadi deh sapu nya.

SALIMA

Oke Bi. Paham. Aku coba duluan ya, Rin.

Ah semoga bisa. Bantu doa ya Rin.

AYRIN

Ya ampun, Sal. Itu hanya membersihkan tepi pelepah aren,

kau ngak lagi ikut lomba kerajinan tangan kali.

SALIMA

(memegang pelepah aren)

setidaknya dengan doa mu tangan ku juga gak ikut ke iris, Ayrin.

AYRIN

Baiklah, akan ku gaungkan doa yang paling keras dan khusyuk.

(tersenyum)

Salima mencoba memperlihatkan bakat baru membuat sapu lidi

dari pelepah aren yang sudah diajarin Bibi Isma.

BIBI ISMA

Ya, bagus. Pelan-pelan saja,

Ya, bagus.

Tari hanya menatap haru dari jendela kamar. Melihat putrinya belajar membuat sapu lidi. Seperti mengalami De Javu, Tari mengenang kembali Besan Ilyas, sang suami mengajarinya cara membuat sapu lidi dari pelepah kelapa.

CUT TO:

FLASH BACK :

34.    EXT. PEKARANGAN RUMAH – PAGI HARI

CAST : UTARI, BESSAN ILYAS

FLASH BACK : ( Utari diajarin cara membuat sapu lidi dari pelepah kelapa)

Tari mencari-cari sapu lidi untuk membersihkan pekarangan rumah yang dikepung dedaunan. Sejak diguyur hujan semalaman, daun-daun berserakan di pekarangan.

UTARI

(menoleh ) (mencari ) (gelisah)

Duh, daun nya menumpuk lagi. mana sapu ya?

Gimana bersihinnya, berantakan sekali pekarangan.

BESSAN

Nyari apa, Mah?

UTARI

Sapu lidi, Pah.

Nih, sampah nya berserakan,

Mama cari sapu kemana-mana gak ketemu.

BESSAN

Bentar ya. Tunggu disitu.

UTARI

Papa mau kemana? Masa mau ikutan aku cari sapu juga.

Bessan membawa tumpukan pelepah kelapa. Ditaruhnya dipekarangan. Lalu ke dapur mengambil dua pisau.

UTARI

Papa mau ngapain dengan pelepah-pelepah ini, Pah?

BESSAN

Kata Mama gak ada sapu. Nih Papa ambil pelepah kelapa

dari pohon kelapa di belakang rumahnya Opa.

UTARI

Terus ?

BESSAN

Ya dibuatkan jadi sapu, Mah.

Kan gak bisa ngangkat sampah hanya dengan pelepah nya saja.

Sini deh, Papa ajarin cara membuat sapu lidi.

Pertama, potong dulu pelepahnya dari batang ini. seperti ini (memotong)

Lalu kita bersihkan tepian-tepiannya pelepah. seperti ini ( mengiris tepi pelepah)

Tuh, jadikan. Kita buat yang banyak biar bisa jadi se ikat sapu. (memperlihatkan )

CUT BACK TO: 

35.    EXT. PEKARANGAN RUMAH – KAMAR – PAGI HARI

CAST : SALIMA, AYRIN, BIBI ISMA

(kembali ke Salima yang sedang di ajarin Bibi Isma membuat sapu lidi )

SALIMA

Wah, jadi Rin.

Akhirnya doamu makbul juga.

Aku sudah bisa membuat sapu lidi tanpa tergores di tangan.  

AYRIN

Aku mau ikutan juga ah.

BIBI ISMA

Iya, pelan-pelan saja ya.  

SALIMA

Ayo, Rin. Aku gentian yang berdoa ya.

Semangat… semangat… 

BIBI ISMA (V.O)

Senang sekali melihat Salima sudah tak sedih lagi.

Waktu telepon sama Bang Arkam, dia menangis.

Karena kondisi Papa dan Mama nya.

Semoga kau terus bahagia ya Nak.

AYRIN

Tuh kan jadi. Yeayy, akhirnya aku bisa juga Sal.

SALIMA

Hebat benar sahabatku ini. Sekali diajarin langsung bisa.

Emang encer kali otak kau, Rin.

AYRIN

Oh iya, Bi. Aku boleh tanya?

BIBI ISMA

Iya, tanya apa?

AYRIN

Bibi Isma asli orang sini?

Salima melirik ke arah Ayrin.

BIBI ISMA

Gak, Non.

Bibi asli Jakarta.

Ketemu jodoh orang sini. Jadilah menetap disini. 

AYRIN

Wow, ternyata benar kata pepatah ya, Sal.

Jodoh tak kan kemana, mau sejauh apapun kita tinggal.

Kalau sudah waktunya pasti bertemu jua.

SALIMA

Ini syair siapa lagi yang kau baca, Rin.

(tersenyum)

AYRIN

Emang kenyataannya begitu.

Kita memang bisa mengatur rencana,Sal

tapi semuanya akan berujung takdir yang telah digariskan oleh Tuhan.

SALIMA

Baiklah Ustadzah Ayrin. Semoga Allah segerakan jodohmu juga ya.

Biar gak banyak menyair kau. (tertawa )

BIBI ISMA

Hahaha kalian berdua, ada saja tingkah nya.

Satu per satu lidi mulai terkumpul. Berkat bantuan Salima dan Ayrin, Bibi Isma berhasil membuat empat buah sapu lidi.

 

     CUT TO:

 DISSOLVE TO:

 

36.    EXT. TEPI PANTAI – MENJELANG SORE

CAST : SALIMA, SALIM, AYRIN, BUNG ARKAM, BUNG LUCKY

Arkam dan Lucky mengajak Salima, Salim dan Ayrin melihat tanaman hias di kebun keluarga. Permintaan Salima untuk melibatkan keluarga angkat Besan Ilyas membuat social gardening akhirnya diwujudkan Arkam dan keluarga.

BUNG ARKAM

Sal, ini beberapa tanaman hias yang masih terjaga dengan baik. 

(menunjuk) lalu itu anakan tanaman Cengkeh dan Pala.

Hanya ini sih yang masih tersisa.

SALIM

Gimana kalau letak tanaman nya yang dikombinasikan aja, Bung.

BUNG LUCKY

Maksudnya?

SALIM

Jadi, beberapa tanaman hias tetap ditanam dipekarangan rumah.

Sementara untuk anakan Cengkeh dan Pala,

kita buat persemaian nya di samping-samping pekarangan.

Jadi tanaman gak hanya di tengah pekarangan

tetapi di samping juga, Bung.

SALIMA

Tumben otak mu bekerja maksimal dek.

BUNG ARKAM

Menarik juga idemu,Lim. Boleh tuh.

BUNG LUCKY

Jdi kapan katong mulai bergerak ?

AYRIN

Katong ? Bergerak ?

SALIMA

Maksudnya Bung Lucky, kapan kita mulai bekerja, Rin.

AYRIN

Oalah. Maaf masih penyesuaian kosa kata. (tersenyum)

BUNG ARKAM

Kita mulai besok saja ya. Sekarang sudah sore.

SALIM

Bung, (memanggil)

BUNG ARKAM

Iya, Lim. Ada apa?

SALIM

Kata Mama senja di teluk ini sangat indah.

Apa boleh kita kesana melihat langsung,Bung?  

BUNG ARKAM

Boleh dong. Gak jauh dari rumah kok.

Yukk, ada yang mau ikut selain Salim.

SALIMA & AYRIN

AKU ! (mengangkat tangan)

Eh kompak! (tersenyum)

Suasana sore semakin terasa indah, setelah Salima dan Salim melihat secara langsung senja di teluk. Semburat warna indahnya mengingat kembali seperti kisah lahirnya BESTARI.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar