Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
30. EXT/INT. NAMNIWEL AIRPORT,PULAU BURU – RUANG TUNGGU – MOBIL – MENJELANG SORE
CAST : SALIMA, UTARI, SALIM, AYRIN, BUNG LUCKY, BUNG ARKAM, BUYUNG
Arkam (38) sudah menunggu di pintu kedatangan. Dua mobil hitam bercorak daun kayu putih sudah siap menjemput para tamu.
BUNG LUCKY
(menyambut) Welcome to Pulau Buru, Basudara
Lia sana Bung Arkam su datang jemput. (menunjuk)
Hey, Arkam sini woe katong disini ( melambaikan tangan ) (teriak )
Salim dan Salima terkejut melihat tingkah Bung Lucky yang berteriak kencang memanggil saudaranya.
UTARI
Gak usah kaget. Begitulah cara mereka bertegur sapa ( menunjuk ).
Suaranya meninggi tapi itu bukan marah.
Justru itu untuk mengakrabkan hubungan satu sama lain.
Suara boleh galak. Tapi hatinya pada baik semua. (tersenyum)
Tari pergi menjumpai Arkam.
SALIM
(berbisik) Kak, Mama kok terlihat biasa aja ya.
Nampak nya kecemasan nya Mama mulai berkurang.
SALIMA
Semoga seperti itu ya.
AYRIN
Pada ngomongin apaan sih ? ngomongin aku ya.
SALIM
Gak, Kak. Aku bilang ke Kak Sal,
kalau Mama terlihat lebih tenang.
Padahal aku mesti hitung durasi kambuhnya Mama.
Jadi selama di pesawat aku juga sudah siapkan obat jika serangan mendadak terjadi.
AYRIN
Wah, gak nyangka, Salim bisa protektif juga ya.
Tapi ada benarnya juga. Tante Tari terlihat lebih tenang sih, Sal.
Ku pikir ini langkah awal yang bagus. Semoga dengan melanjutkan rencana kita,
Tante Tari bisa pulih seperti sediakala. Aamiin
SALIMA
Aamiin ya Rabb. (tersenyum )
UTARI
Ayo sini, (memanggil )
sudah ditungguin Bung Arkam nih. Malah ngelamun.
Salima, Salim, dan Ayrin bergegas menuju mobil jemputan. Mereka menghampiri Arkam dan menyalaminya.
BUNG ARKAM
Barang-barang semuanya sudah lengkap ya.
SALIM
Sudah Om, eh Bung. (tersenyum)
Arkam menoleh ke arah Salim.
BUNG ARKAM
Bisa pilih salah satu. Enak dipanggil Om Om atau Bung Bung ( tersenyum ) (tertawa)
SALIM
Siap Bung!
Setelah semuanya naik. Dua mobil itupun berlalu meninggalkan bandara Namniwel.
CUT TO:
31. EXT/INT. RUMAH – RUANG TAMU – MALAM
CAST : UTARI, SALIMA, SALIM, AYRIN, BUNG LUCKY, BUNG ARKAM, BUYUNG
Setelah 2 jam lebih perjalanan, tibalah mereka dirumah. Utari membangunkan anak-anaknya.
UTARI
Kakak, Ayrin, Adek ( membangunkan)
Kita sudah sampai.
Sebuah rumah tradisional beratap alang-alang tiba-tiba mengalihkan fokus Salim yang terbelalak melihat rumah.
SALIM
Aku suka rumahnya. Estetik dan tradisional penuh makna.
SALIMA
Jangan kelamaan mengagumi sampai lupa turun dari mobil ya.
SALIM
OH Iya, astaga. Sampai lupa. Hehehe
Kerabat Bung Arkam menyambut hangat Utari beserta anak-anaknya juga Ayrin. Satu per-satu memberi salam kepada kerabat yang menyambut.
BUNG ARKAM
Buyung, tolong bawa masuk Tanta Tari,
Kaka Nona dan Kaka Nyong dong pung barang-barang ka dalam e.
BUYUNG
Iyo, Bung. Beta kas masuk akang diruang tengah jua e.
BUNG ARKAM
(mengangguk) iyo suda.
Arkam mempersilahkan keluarga angkatnya untuk beristirahat sejenak di ruang tamu. Sembari menikmati secangkir teh hangat dan kue sagu-jajanan khas Maluku. Karena kelelahan selama perjalanan, Utari memilih tidur lebih dulu. Sementara Salima, Ayrin, dan Salim masih sibuk berkenalan dan ikut bersenda gurau dengan anak dan kerabat keluarga angkatnya.
CUT TO:
DISSOLVE TO:
32. INT/EXT. KAMAR – JEMBATAN – MENJELANG SORE
CAST : UTARI, BESSAN, IBU HAMIL
Penyakit Utari kambuh. Dalam tidurnya yang masih setengah sadar,Ia mengingat kembali seorang Ibu yang menitipkan anak-anaknya kepadanya dan sang suami saat perjalanan pulang menikmati senja di jembatan desa. Peristiwa itu seakan tergambar jelas.
UTARI
Senja nya hampir tenggelam. Kita pulang yuk.
Kasihan Opa pasti mencari kita.
BESSAN
(mengangguk ) Yuk. Ntar besok bisa kesini lagi lihat senja nya.
UTARI
(tersenyum) Iya Mas. (merangkul )
Di tengah perjalanan, Tari dan Besan mendengar suara jeritan minta tolong.
UTARI
Mas, kau dengar suara itu gak?
BESSAN
Suara apa?
UTARI
Suara ada yang minta tolong, Mas.
BESSAN
Masa sih?
UTARI
Coba deh kamu fokus lagi. Kayaknya diseberang jembatan itu deh Mas.
Langkah mereka terhenti di persimpangan jalan. Mereka bertemu dengan seorang ibu yang sedang kesakitan, sepertinya akan melahirkan.
UTARI
Mas, ibu itu mau melahirkan. (menunjuk) Ayo kita tolong, Mas.
BESSAN
Ini jalan desa kok bisa sepi sekali ya. Kenapa ibu ini bisa tersesat disini.
Tari dan Besan menghampiri ibu yang tengah tergeletak lemah.
IBU HAMIL
(menahan sakit )
Bu, Pak tolong. Beta mau melahirkan. Tolong !
UTARI
Mas, disitu ada gazebo kosong. Kita angkat ibu disitu saja,Mas. Kita bantu dia melahirkan.
Utari dan sang suami terpaksa memapah Ibu itu masuk ke dalam gazebo yang tak jauh dari jembatan.
UTARI
Mas, kamu tunggu diluar ya, sambil nyari pertolongan.
Tapi berikan bajumu Mas. (mengulurkan tangan)
BESSAN
Apa, lepas baju?
UTARI
Iya Mas, baju mu.
Aku butuh kain untuk menyelimuti bayi nanti kalau sudah keluar.
Besan ilyas akhirnya melepas baju yang dipakai nya. Sembari mencari pertolongan di jalan.
Sementara Utari dengan sekuat tenaga membantu persalinan wanita itu.
UTARI
Ayo, Bu, sedikit lagi. Ayo Bu, tetap bertahan.
Seketika isak tangis bayi menutupi senja sore itu. Suara ucapan syukur Utari terdengar sampai diluar gazebo. Mendengar hal itu, Bessan bergegas masuk ke gazebo untuk mengecek kondisi sang istri dan wanita hamil tersebut.
BESSAN
Tari, alhamdulillah.
Ada mobil yang mau mengantar Ibu itu.
Ayo segera kita agkat Ibu nya ke mobil
(kaget ) (bingung)
Tari, kamu kenapa menangis?
UTARI
Mas, Ibu nya gak tertolong. (menangis)
Dia meninggalkan bayi-bayi lucu ini untuk kita.
Dia berpesan untuk menjaga bayi-bayi ini,Mas.
Karena suaminya sudah meninggal.
Dan dia gak punya siapa-siapa lagi disini.
(memeluk besan)
UTARI
Maaaaaaaaasss!!! (teriak keras)
SALIMA
Mamah. (terkejut ) (lari menuju kamar Utari )
Mah, Mamah kenapa ? (memeluk Tari) ( memberikan obat)
Minum obat nya dulu Mah.
Istigfar Mah. Mamah tenang ya.
UTARI
(memeluk salima) (menangis) (mencium kening salima)
Anak Mamah.
Astagfirullah ! (mengusap kepala)
SALIMA
Mamah minum obat dulu ya
UTARI
(mengangguk) iya, Nak. (minum obat )
SALIMA
Tenang ya Mah. Kakak disini dengan Mama.
Mama gak usah cemas ya. Besok kita jalan-jalan kok.
Kata Bung Lucky banyak tempat-tempat indah disini.
CUT TO:
FADE IN:
33. EXT. PEKARANGAN RUMAH – KAMAR – PAGI HARI
CAST : SALIMA, AYRIN, BIBI ISMA, UTARI
Bibi Isma (39) istri dari Bung Arkam, duduk di pekarangan rumah sedang membuat sapu lidi. Satu per satu pelepah aren dipotong nya. Salima dan Ayrin menghampiri Bibi Isma. Mereka berkenan membantu Bibi Isma.
SALIMA & AYRIN
Selamat pagi, Bi.
BIBI ISMA
Selamat pagi Nak. Gimana tidurnya? Nyenyak ?
SALIMA
Nyenyak banget Bi. (tersenyum)
AYRIN
Apalagi aku Bi. Setelah adik-adik balik ke rumah aku langsung terlelap tidur di kursi. Haha
BIBI ISMA
Alhamdulillah syukur. (tersenyum)
Ibu Tari gimana, Sal? Semalam Bibi dengar ada suara teriak.
SALIMA
Iya, Bi. Semalam penyakit Mamah kambuh lagi.
Untungnya masih ada persediaan obat,Bi. Setelah dikasih obat.
Alhamdulillah, Mama bisa terlelap lagi.
BIBI ISMA
Syukurlah.
Bibi dulu seneng banget lihat Mamah mu, Nak.
Soalnya cantik sih. (tersenyum)
Sekarang pun masih tetap cantik.
SALIMA
Bibi dulu pernah ketemu Mamah?
BIBI ISMA
Siapa yang tak kenal Bu Tari? Dulu sejak ke sini,
dia diberi gelar kembang desa. (tersenyum)
Selain cantik, Mamah mu juga baik sekali dengan warga sekitar.
Untunglah kalian masih sempat ke sini.
Semoga dengan kalian ke sini,
Ibu Tari bisa pulih kembali ya.
SALIMA
(tersenyum) Aamiin. Makasih Bi.
AYRIN (V.O)
Ternyata banyak yang sayang sama Tante Tari.
Syukurlah, semoga dengan banyak dukungan Tante Tari segera pulih kembali.Aamiin.
SALIMA
Oh ya Bi. Kami boleh ikutan membuat sapu juga ndak?
Tapi kami diajarin ya (tersenyum)
AYRIN
Iya, Bi. Kayaknya seru nih. Buat kerajinan tangan tradisional.
SAPU LIDI dari pelepah aren.
BIBI ISMA
Boleh. Sini bibi ajarin ya. (mengambil satu pelepah aren )
(mempraktekan ) pisau nya di tangan kanan.
Dan daun gamutu di tangan kiri. Karena kalian masih pemula,
bersihkan tepian pelepah nya pelan-pelan saja ya.
Karena kalau terlalu cepat lidi nya nanti terbelah dua.
Ngak jadi deh sapu nya.
SALIMA
Oke Bi. Paham. Aku coba duluan ya, Rin.
Ah semoga bisa. Bantu doa ya Rin.
AYRIN
Ya ampun, Sal. Itu hanya membersihkan tepi pelepah aren,
kau ngak lagi ikut lomba kerajinan tangan kali.
SALIMA
(memegang pelepah aren)
setidaknya dengan doa mu tangan ku juga gak ikut ke iris, Ayrin.
AYRIN
Baiklah, akan ku gaungkan doa yang paling keras dan khusyuk.
(tersenyum)
Salima mencoba memperlihatkan bakat baru membuat sapu lidi
dari pelepah aren yang sudah diajarin Bibi Isma.
BIBI ISMA
Ya, bagus. Pelan-pelan saja,
Ya, bagus.
Tari hanya menatap haru dari jendela kamar. Melihat putrinya belajar membuat sapu lidi. Seperti mengalami De Javu, Tari mengenang kembali Besan Ilyas, sang suami mengajarinya cara membuat sapu lidi dari pelepah kelapa.
CUT TO:
FLASH BACK :
34. EXT. PEKARANGAN RUMAH – PAGI HARI
CAST : UTARI, BESSAN ILYAS
FLASH BACK : ( Utari diajarin cara membuat sapu lidi dari pelepah kelapa)
Tari mencari-cari sapu lidi untuk membersihkan pekarangan rumah yang dikepung dedaunan. Sejak diguyur hujan semalaman, daun-daun berserakan di pekarangan.
UTARI
(menoleh ) (mencari ) (gelisah)
Duh, daun nya menumpuk lagi. mana sapu ya?
Gimana bersihinnya, berantakan sekali pekarangan.
BESSAN
Nyari apa, Mah?
UTARI
Sapu lidi, Pah.
Nih, sampah nya berserakan,
Mama cari sapu kemana-mana gak ketemu.
BESSAN
Bentar ya. Tunggu disitu.
UTARI
Papa mau kemana? Masa mau ikutan aku cari sapu juga.
Bessan membawa tumpukan pelepah kelapa. Ditaruhnya dipekarangan. Lalu ke dapur mengambil dua pisau.
UTARI
Papa mau ngapain dengan pelepah-pelepah ini, Pah?
BESSAN
Kata Mama gak ada sapu. Nih Papa ambil pelepah kelapa
dari pohon kelapa di belakang rumahnya Opa.
UTARI
Terus ?
BESSAN
Ya dibuatkan jadi sapu, Mah.
Kan gak bisa ngangkat sampah hanya dengan pelepah nya saja.
Sini deh, Papa ajarin cara membuat sapu lidi.
Pertama, potong dulu pelepahnya dari batang ini. seperti ini (memotong)
Lalu kita bersihkan tepian-tepiannya pelepah. seperti ini ( mengiris tepi pelepah)
Tuh, jadikan. Kita buat yang banyak biar bisa jadi se ikat sapu. (memperlihatkan )
CUT BACK TO:
35. EXT. PEKARANGAN RUMAH – KAMAR – PAGI HARI
CAST : SALIMA, AYRIN, BIBI ISMA
(kembali ke Salima yang sedang di ajarin Bibi Isma membuat sapu lidi )
SALIMA
Wah, jadi Rin.
Akhirnya doamu makbul juga.
Aku sudah bisa membuat sapu lidi tanpa tergores di tangan.
AYRIN
Aku mau ikutan juga ah.
BIBI ISMA
Iya, pelan-pelan saja ya.
SALIMA
Ayo, Rin. Aku gentian yang berdoa ya.
Semangat… semangat…
BIBI ISMA (V.O)
Senang sekali melihat Salima sudah tak sedih lagi.
Waktu telepon sama Bang Arkam, dia menangis.
Karena kondisi Papa dan Mama nya.
Semoga kau terus bahagia ya Nak.
AYRIN
Tuh kan jadi. Yeayy, akhirnya aku bisa juga Sal.
SALIMA
Hebat benar sahabatku ini. Sekali diajarin langsung bisa.
Emang encer kali otak kau, Rin.
AYRIN
Oh iya, Bi. Aku boleh tanya?
BIBI ISMA
Iya, tanya apa?
AYRIN
Bibi Isma asli orang sini?
Salima melirik ke arah Ayrin.
BIBI ISMA
Gak, Non.
Bibi asli Jakarta.
Ketemu jodoh orang sini. Jadilah menetap disini.
AYRIN
Wow, ternyata benar kata pepatah ya, Sal.
Jodoh tak kan kemana, mau sejauh apapun kita tinggal.
Kalau sudah waktunya pasti bertemu jua.
SALIMA
Ini syair siapa lagi yang kau baca, Rin.
(tersenyum)
AYRIN
Emang kenyataannya begitu.
Kita memang bisa mengatur rencana,Sal
tapi semuanya akan berujung takdir yang telah digariskan oleh Tuhan.
SALIMA
Baiklah Ustadzah Ayrin. Semoga Allah segerakan jodohmu juga ya.
Biar gak banyak menyair kau. (tertawa )
BIBI ISMA
Hahaha kalian berdua, ada saja tingkah nya.
Satu per satu lidi mulai terkumpul. Berkat bantuan Salima dan Ayrin, Bibi Isma berhasil membuat empat buah sapu lidi.
CUT TO:
DISSOLVE TO:
36. EXT. TEPI PANTAI – MENJELANG SORE
CAST : SALIMA, SALIM, AYRIN, BUNG ARKAM, BUNG LUCKY
Arkam dan Lucky mengajak Salima, Salim dan Ayrin melihat tanaman hias di kebun keluarga. Permintaan Salima untuk melibatkan keluarga angkat Besan Ilyas membuat social gardening akhirnya diwujudkan Arkam dan keluarga.
BUNG ARKAM
Sal, ini beberapa tanaman hias yang masih terjaga dengan baik.
(menunjuk) lalu itu anakan tanaman Cengkeh dan Pala.
Hanya ini sih yang masih tersisa.
SALIM
Gimana kalau letak tanaman nya yang dikombinasikan aja, Bung.
BUNG LUCKY
Maksudnya?
SALIM
Jadi, beberapa tanaman hias tetap ditanam dipekarangan rumah.
Sementara untuk anakan Cengkeh dan Pala,
kita buat persemaian nya di samping-samping pekarangan.
Jadi tanaman gak hanya di tengah pekarangan
tetapi di samping juga, Bung.
SALIMA
Tumben otak mu bekerja maksimal dek.
BUNG ARKAM
Menarik juga idemu,Lim. Boleh tuh.
BUNG LUCKY
Jdi kapan katong mulai bergerak ?
AYRIN
Katong ? Bergerak ?
SALIMA
Maksudnya Bung Lucky, kapan kita mulai bekerja, Rin.
AYRIN
Oalah. Maaf masih penyesuaian kosa kata. (tersenyum)
BUNG ARKAM
Kita mulai besok saja ya. Sekarang sudah sore.
SALIM
Bung, (memanggil)
BUNG ARKAM
Iya, Lim. Ada apa?
SALIM
Kata Mama senja di teluk ini sangat indah.
Apa boleh kita kesana melihat langsung,Bung?
BUNG ARKAM
Boleh dong. Gak jauh dari rumah kok.
Yukk, ada yang mau ikut selain Salim.
SALIMA & AYRIN
AKU ! (mengangkat tangan)
Eh kompak! (tersenyum)
Suasana sore semakin terasa indah, setelah Salima dan Salim melihat secara langsung senja di teluk. Semburat warna indahnya mengingat kembali seperti kisah lahirnya BESTARI.