Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Senja di Teluk Bara (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
6. SKIZOFRENIA

23.    INT/EXT. RUMAH – MOBIL – PAGI  

CAST : SALIMA, UTARI, SOPIR TAKSI

 

Salima keluar rumah. Berjalan pelan, langkah demi langkah agar tak ketahuan sang Ibu.

UTARI

Mau kemana, Kak ?

Langkah Salima terhenti.

SALIMA ( V.O )

( gugup ) ( menghela napas )

 Duh, ketahuan deh. Aku harus bilang apa ke Mama.

UTARI 

Kakak, 

SALIMA

(menoleh ) ( tersenyum )

Itu Mah. Aku mau ketemu Ayrin. Hari ini kita berdua ada janji dengan Dr. Oneng, sahabatnya. 

UTARI

Ngapain ?

SALIMA

Cuma reuni biasa aja kok, Mah. Boleh kan Mah ?

Eh, aku sudah hampir telat. (melihat jam tangan)

UTARI

Dianter siapa, Kak ? Salim ?

SALIMA

OH, Ngak Mah. Aku sudah pesan taksi online. Itu sudah sampai. ( menunjuk )

Aku pamit ya Mah ( mencium tangan Tari )

Assalamualaikum..

UTARI

(mengangguk) 

Wa’alaikumsalam… Hati-hati, Kak.  

Salima bergegas menghampiri mobil.  

SOPIR TAKSI

Dengan Nona Salima ?

SALIMA

Iya, benar. 

SOPIR TAKSI

Silahkan masuk Non.

SALIMA

( mengangguk ) ( masuk )

Pak, tolong agak ngebut ya. Takut telat. 

SOPIR TAKSI

Iya, Non. ( mengangguk ) 

Mobil taksi melaju cepat meninggalkan rumah.

 

CUT TO:

 

24.    EXT/INT. DEPAN KLINIK – KANTIN

CAST : SALIMA, AYRIN, DR. ONENG, PELAYAN

Salima keluar dari mobil taksi. Dan berjalan menuju klinik Dr. Oneng. Di depan sudah ada Ayrin yang menjemput Salima.

AYRIN

Sal, disini. ( melambaikan tangan )

Setelah membayar taksi orderan nya, Salima menghampiri Ayrin di depan klinik.

SALIMA

(tersenyum ) ( memeluk )

Hi Rin, gimana kabar ? lama banget ndak jumpa. 

AYRIN

Justru aku yang harus tanya, kamu apa kabar, Sal ?

Terakhir ku dengar, kau bekerja di T-HIJAB ya,

wow keren banget temen ku ini.

SALIMA

Biasa aja. (menunduk ) ( sedih ) 

AYRIN

Lah kok jadi sedih ? hey, itu brand Hijab ternama loh,

dan kau jadi salah satu desaigner nya.

SALIMA

Itu dia masalahnya.

AYRIN

Masalah ? (bingung) bentar, ( melirik )

Kita duduk di kantin sebelah aja ya. ( menunjuk )

Dr. Oneng masih ada pasien. Paling selesai 45 menit lagi.

( melirik jam tangan )

SALIMA

( mengangguk )

Boleh.

Salima dan Ayrin masuk ke kantin sebelah klinik.

Sembari menunggu Dr. Oneng menyelesaikan pemeriksaannya.

Ayrin mengajak Salima membahas masalah yang dihadapinya. 

AYRIN

Gimana, gimana? ( merangkul tangan Salima )

Eh, bentar biar makin rileks. Aku pesan minum.

Mba ( melambaikan tangan )

Kau mau minum apa Sal ?

( menunjuk daftar minuman )

SALIMA

Samain aja, Ay.

Pelayan menghampiri Salima dan Ayrin.

AYRIN

Oke.

Mba, aku pesan California Lemon Ice nya 2 ya.

PELAYAN

Baik. silahkan ditunggu sebentar ya, Kak.

Salima dan Ayrin mengangguk senyum.

AYRIN

Lanjut. Kamu mau cerita apa Sal ? ( merangkul tangan Salima )

sebelumnya aku seneng banget sudah mau dihubungi loh. A

ku sudah lama pengen ngobrol berdua.

Akhirnya waktu yang tepat datang juga.

SALIMA

Seharusnya aku yang bilang makasih sama kamu.

Di sela-sela kesibukanmu, Kamu masih mau ku ajak ketemuan.

( tersenyum )

AYRIN

Duh, aku ngak sibuk banget kok kalau yang ngajak ketemuan adalah sahabatku sendiri.

Apa yang bisa ku bantu, Sal ?

SALIMA 

Jadi gini, Ay. Keluargaku sedang dilanda cobaan besar

yang aku pun bingung harus bagaimana menghadapi ini semua.

Makanya aku ingin ketemu kamu.

Ya siapa tahu kamu punya saran atas masalahku.

AYRIN

Sal, aku sudah anggap keluargamu adalah keluargaku juga.

(memegang tangan Salima)

Kamu masih ingat kan saat aku nunggak biaya kuliah,

yang bantu bayarin siapa kalau bukan Papah mu.

Aku gak tahu kalau waktu itu ngak dilunasin secepatnya,

ngak mungkin aku bisa lulus tepat waktu Sal.

Itu artinya aku masih ada utang budi sama keluargamu.

SALIMA

(menangis) (menghela napas panjang)

Papa sudah tiga bulan di penjara atas kasus suap.

Dan yang menjebaknya adalah sekretarisnya sendiri.

Perusahaan bangkrut total. Dua hari yang lalu debt collector ke rumahku.

Rumah ku mau disita atas kasus itu juga.

Dan parah nya lagi Mama sekarang mengidap kecemasan akut.

Pengobatan nya juga menelan biaya yang tak sedikit, Rin.

Aku harus terpaksa mengundurkan diri dari T-Hijab.

Karena mau mengurus Mama. (menangis)

AYRIN

(menangis )

Inalillahi

Kenapa aku baru tahu sekarang? Maafkan aku ya Sal.

(memeluk)

SALIMA

Aku bingung mau bawa Mama kemana? Hanya tersisa 5 hari lagi,

rumahku harus dikosongkan.

Aku harus gimana, Rin ? (menangis ) 

INTERCUT:

Telepon Ayrin berdering. 

AYRIN

Sebentar ya Sal, kayak nya ada telepon masuk.

(mengambil HP di dalam tas )

Oh, Dr. Oneng ( melihat panggilan masuk )

Aku angkat telepon dulu ya Sal.

Salima mengangguk. Kemudian mengusap air matanya.

AYRIN

Iya, hello Dok.

DR. ONENG

Dimana, Rin ?

AYRIN

Aku di kantin, Dok. Kantin sebelah klinik.  

DR. ONENG

Salima temanmu, apa sudah datang ?

AYRIN

Sudah Dok. Ini duduk disebelahku. ( melirik Salima )

DR. ONENG

OKE. Dok ke situ ya.

AYRIN

Baik, Dok. Kami tunggu.

Ayrin memberitahu Salima, sebentar lagi Dr. Oneng menghampiri mereka.

DR. ONENG

Hi Rin. ( melirik ) hmm ini pasti Salima ya. ( menunjuk ) 

SALIMA

Benar Dok. Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya. 

DR. ONENG

Jadi apa yang bisa saya bantu ? ( duduk )

AYRIN

Silahkan Sal. Kau bisa cerita ke Dr. Oneng. Siapa tahu ada solusi lain. 

SALIMA

Jadi gini, Dok. Sudah 2 bulan lebih Mamah saya menjalani pengobatan skizofrenia yang beliau idap.

Dan kondisi ekonomi kami akhir-akhir ini memburuk,

rasanya saya sudah tidak sanggup membiayai Mama untuk lanjut pengobatan tersebut.

( menangis )

Apa ada cara lain untuk menyembuhkan Mamah saya, Dok.

Saya sangat terpukul melihat kondisi Mama.

DR. ONENG

Kalau soal kasus Skizofrenia, selain pengobatan dan terapi psikoterapi,

perawatan mandiri bisa menjadi alternative.

Salima bisa ajak Mama melakukan aktivitas positif bisa di lingkungan keluarga

atau melibatkan banyak orang.

Jangan lupa dengan melibatkan hobby atau kegemaran Mama.

SALIMA

Hobby ? Mama gemar apa ya? (mengingat-ingat)

CUT TO:

FLASH BACK:

 

25.    EXT. PEKARANGAN RUMAH

CAST : SALIMA , UTARI, TUKANG BUNGA , BIBI

FLASH BACK : ( Kegemaran Tari berkebun )

Satu kotak tanaman hias pesanan Utari sudah tiba. Satu per satu tanaman di letakan di pekarangan oleh tukang bunga.

SALIMA

Pesanan siapa, Pak ?

TUKANG BUNGA

Semua tanaman ini pesanan Bu Tari.

UTARI

Wah, akhirnya datang juga. Padahal baru di pesan, sudah tiba aja. Makasih ya Pak.

SALIMA

Ini pesanan Mama semua?

UTARI

Iya, Kak. Ini memang Mama yang pesan.

Kan pekarangan kita luas, sayang kalau sampai kosong.

Makanya Mama beli tanaman ini.

BIBI 

Ada yang bisa Bibi bantu, Bu.

UTARI

Iya, Bi. Minta tolong langsung ditanam ya Bi.

Jangan lupa kasih sekam yang banyak. Biar makin subur. 

BIBI

Siap,Bu.

FLASH BACK CUT TO:

26.    INT. KANTIN KLINIK

CAST : SALIMA, AYRIN, DR. ONENG 

(kembali ke kantin Klinik )

 

SALIMA

Berkebun.

Ya, Mama suka sekali berkebun.

Apalagi kalau itu tanaman hias.

Beliau tidak suka lingkungan atau pekarangan kosong tanpa tanaman.

AYRIN

Nah. Bagaimana kalau kau buat aja program sosial berkebun? 

DR. ONENG

Bisa juga tuh idenya Ayrin. Social gardening yang melibatkan banyak orang.

Tapi jangan berkebun di tempat yang sama ya.

Karena bisa jadi itu akan mengembalikan momen-momen yang membuatnya cemas. 

SALIMA ( V.O )

( mengangguk )

Ternyata ada hikmahnya juga kalau rumah itu ditinggal.

Karena kalau tidak, Mama akan susah untuk disembuhkan.

Karena rumah itu juga penuh kenangan.

AYRIN

Gimana, Sal ?

SALIMA

( kaget )

Hmmm ( menunduk )

AYRIN

Aku yang akan bantu kamu, Sal. Jangan khawatir.

I’ll be by your side. (menggenggam tangannya Salima) 

SALIMA

(tersenyum )

Makasih ya Rin. ( memeluk )

Makasih juga Dok.

DR. ONENG

( mengangguk )

Sama-sama Salima. Semoga Mamah mu lekas membaik ya.

Kalau butuh apa-apa jangan sungkan kabarin saya.

Oke !

Ini kartu nama saya, Salima bisa japri atau telepon di nomer itu.

( menyodorkan selembar kartu nama )

SALIMA

Sekali lagi terima kasih banyak, Dok.  

 

DR. ONENG

( tersenyum )

Sama-sama. Kalau begitu saya pamit duluan ya.

Setelah ini masih ada meeting. (mengulurkan tangan )

( bersalaman ) sampai jumpa lagi ya, semuanya.

AYRIN

Baik Dok. Terima kasih dan sampai jumpa lagi.

(tersenyum )

Ayrin dan Salima melanjutkan obrolan.

SALIMA

Aku ngak tahu lagi, kalau ngak ketemu kamu, Rin.

Entah apa yang akan terjadi.

AYRIN

Pertemuan kita sudah ada yang ngatur.

Semoga ini akan menjadi langkah baik ke depan.  

SALIMA

Maksudnya?

AYRIN

Setelah mendengar ceritamu tadi,

aku berpikir ada baiknya kamu berhijrah. 

SALIMA

Hijrah ke mana, Rin ? 

AYRIN

Coba kamu ingat-ingat lagi deh.

Mungkin gak ada sanak saudaramu yang masih tinggal di daerah pesisir atau pegunungan ?

menurutku untuk pemulihan kita perlu lokasi yang strategis dan unik.

Yang pastinya jauh dari keramaian.

Justru kalau kita buat social gardening disana malah lebih mudah kan?

SALIMA

Sepertinya ada, Rin.

Keluarga angkat nya Papa. Karena setauku, Mama pernah bercerita Papa masih punya keluarga angkat di Bara.

Salah satu daerah yang ada di provinsi Maluku.

Dan di Bara inilah, awal mula perjumpaan Papa dan Mama.

Agak panjang sih kisah mereka.

Yang ku tahu, Mama pernah bilang pesona Teluk Bara tak pernah tergantikan.

Saking indahnya tempat itu.

AYRIN

Wow, itu menarik Sal.

Masih punya nomer keluarga disana ?  

SALIMA

Itu dia masalahnya, Rin.

Aku tidak pernah dikasih nomer orang tua angkat Papa di Bara.

Lagipula, kami kan tidak pernah ke sana juga.

AYRIN

Sal, bagaimana kalau kita tanya Mas Aksa? Dia kan dekat banget sama Papah mu.

Pasti tau lah dia. 

SALIMA

Hmm… gimana ya?

AYRIN

Kok gimana? Aku rasa dia tahu.

SALIMA

Masalahnya Mas Aksa kan sudah ngak kerja sama Papa. Mana mau dia .

AYRIN

Kan belum coba. Hubungin aja dulu.

SALIMA

Iya, deh. Coba ku chat ya.

AYRIN 

Telepon saja. Kelamaan nanti. Kita butuh kepastian.

SALIMA

Iya, iyaa.

Mas Aksa ( mencari nomer telepon Aksa )

Nah, ini dia. ( menelepon ) ( tidak terhubung )

Gak aktif Ay. ( cemberut )

AYRIN

Waduh, siapa lagi ya. ( bergumam )

Sal, kau sudah tanya Salim, adikmu. Siapa tau dia punya.

SALIMA

Salim ? kayaknya ngak mungkin deh. Apa iya ?

AYRIN

Coba aja. Kan kamu gak tahu.

Ya kali dia dititipkan nomer telepon keluarga sana.

SALIMA

OKE. Aku tanya Salim ya.

AYRIN

Langsung di telepon jangan di chat. 

SALIMA

Iya, ini telepon, Rin ( menelpon )

INTERCUT :

SALIM

Iya, Kak. ada apa ?

SALIMA

Eh, sudah di angkat, Rin. ( melirik )

Dek , kamu dirumah kan? Gimana kabar Mama?

AYRIN ( V.O )

Yahh, malah yang di tanya kabar.

Begini nih, sikap yang sudah mendarah daging pada diri seorang Salima, kalau mau menanyakan sesuatu mesti dikasih prolog dulu.

 

Ayrin mengisyaratkan nomer telepon pada Salima.

SALIMA

OH Iya dek. Kamu punya nomer saudara di Bara, gak ?

SALIM

Maksud Kakak Om Arkam ?

SALIMA

Yang di Bara, Lim. Keluarga angkat Papa.

SALIM

Iya, Om Arkam, Kak. Itu adik angkat nya Papa di Bara.

SALIMA

Nah itu. ya, segera dikirim ke kakak ya. Sekarang, Kakak tunggu.

SALIM

Iya, Kak.

 

Salima menerima pesan masuk dari Salim. Nomer telepon Om Arkam. Salima dan Ayrin membahas rencana selanjutnya.

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar