Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN
01.INT. LORONG RUMAH TAHANAN WANITA-MALAM
SUPER:RUMAH TAHANAN WANITA TAHUN 1966
FX: Derit pintu-pintu besi terbuka dan langkah kaki yang menggema.
Sundari (25) berjalan diikuti dua perempuan berseragam penjaga rumah tahanan. Tubuh Sundari sangat kurus, wajahnya pucat, langkah kakinya gontai dan rambut panjangnya berantakan. Sikapnya tampak putus asa dan sedih. Salah seorang petugas membuka sebuah sel dan mendorong Sundari masuk lalu mengunci pintu.
Sundari mengangkat wajah seolah baru sadar ia ada di sel tahanan. Matanya memandang sekeliling. Ada sepuluh orang tahanan wanita yang juga menghuni sel tersebut. Mereka memandang Sundari penuh rasa ingin tahu. Sundari segera berbalik, mencengkeram jeruji besi, lalu mengguncangnya keras.
DISSOLVE TO
02.EXT. HALAMAN PANTI JOMPO HARMONIE DAMAI-SIANG
SUPER:TAHUN 2014
FX:riuh orang berdemo
Kita melihat gedung panti jompo Harmonie Damai berupa bangunan rumah panjang sederhana dengan cat dinding yang sudah terkelupas, berlumut, dan beberapa genteng yang bolong. Kiri kanannya ditumbuhi pepohonan dan juga terbentang tanah lapang yang luas. Di depan pagar panti, 10 orang yang merupakan pengurus yayasan dan relawan dari LSM tengah saling dorong dengan 15 orang yang mengenakan baju dengan tulisan Elmer Konstruksi, yang mencoba merangsek masuk ke halaman panti.
Di belakang pengurus yayasan, 25 penghuni panti, laki-laki dan perempuan yang telah lanjut usia, berdiri membawa papan kayu dan pamflet yang bertuliskan, USIR ELMER KONSTRUKSI! ELMER KONSTRUKSI=VAMPIR PENGHISAP DARAH! JANGAN USIK RUMAH KAMI. CUMA PENGECUT YANG MENINDAS ORANG LEMAH! ELMER KONSTRUKSI PENJAHAT! JANGAN GANGGU KAMI!
Di depan panti, sebuah mobil sedan mewah terparkir di sebelah mobil pick-up berlogo Elmer Konstruksi yang mengangkut alat-alat berat, sebuah mobil bulldozer dan grader. Ada juga mobil van berlogo Jakarta Best Report. Seorang reporter, perempuan muda tengah melakukan siaran langsung.
REPORTER
CUT TO
03. INT. KAMAR MEWAH SENDJA-SIANG
Kita melihat sebuah kamar luas ber-ac, dengan interior ditata klasik nuansa emas. Lampu kristal mewah tergantung di langit-langit, jendela kaca besar dengan gorden putih berenda yang telah diikat pada pengaitnya, lantai marmer berkilat, vas bunga antik, tempat tidur besar dan tampak empuk, Sebuah lemari yang berisi koleksi tas dan perhiasan mewah dari brand ternama.
Sendja (67), duduk di depan meja rias mewah berukir. Ia mengenakan setelan kantor yang rapi. Sendja membubuhkan bedak tipis di pipinya dan menyisir rambut. Penampilannya sangat elegan dan masih terlihat cantik, gerak-geriknya tenang. Sendja memasang sebuah kalung berliontin bentuk jantung, tanpa mengalihkan pandangan dari cermin, ia mendengarkan suara reporter yang tengah menayangkan liputan penggusuran panti jompo Harmonie Damai dari televisi berukuran besar di dalam kamarnya.
Sendja telah selesai berdandan, wajahnya terlihat tenang menatap cermin, kemudian berpaling menatap televisi dengan tatapan tajam.
CUT BACK TO
04. EXT. HALAMAN PANTI JOMPO HARMONIE DAMAI-SIANG
FX: riuh orang berdemo.
Aksi saling dorong semakin sengit. Alika (27), mengenakan kaos oblong dan celana jeans setengah belel, rambutnya dikuncir ekor kuda dan wajahnya basah dipenuhi keringat. Alika membawa pengeras suara dan berteriak.
PAN TO
05.EXT. HALAMAN PANTI JOMPO HARMONIE DAMAI-SIANG
Edo (36), mengenakan kemeja dan sepatu merek mahal terlihat geram. Edo keluar dari sedan mewahnya, membanting pintu dan berkacak pinggang. Edo menatap Alika kesal lalu berjalan tergesa dan merebut pengeras suara yang dibawa Alika. Tangan Edo mendorong kasar bahu Alika hingga gadis itu terkejut dan terdorong mundur. Mata Edo mendelik dan membentak kasar.
Edo memicingkan mata sinis.
Alika yang diperlakukan kasar menatap Edo kesal. Tanpa rasa takut Alika menjawab tegas.
Edo mendengkus marah. Sikapnya pada Alika semakin kasar.
Alika melotot kesal. Edo membentak dan telunjuknya menuding wajah Alika.
Ekspresi wajah Edo berubah sinis.Ia maju dan menatap Alika dan bicara dengan nada merendahkan.
Makian Edo membuat Alika menggeram marah. Wajahnya kesal dan tanpa ragu Alika membalas kata-kata Edo.
Edo melengos. Ia terkekeh mengejek.
Edo menoleh pada para pegawainya dan mengangkat tangan memberi perintah.
FX: Riuh teriakan bercampur tangis
Aksi saling dorong semakin ricuh. Beberapa penghuni panti terjatuh dan ditolong oleh petugas yayasan.
Pekerja dari Elmer semakin beringas, terus bergerak masuk ke halaman. Mereka yang sudah masuk ke dalam panti mengeluarkan kursi serta perabot lainnya. Mereka tidak peduli pada jeritan penghuni panti yang menangis sedih dan terus membuang barang-barang.
Alika marah menyaksikan situasi itu. Ia berpaling pada Edo yang berkacak pinggang tersenyum penuh kemenangan di depannya, lalu mendorong lelaki itu kesal.
Edo terkejut tidak menyangka Alika berani mendorongnya. Ia mendelik dan mengancam Alika.
Ancaman Edo ditanggapi Alika dengan marah. Ia tidak lagi mengucapkan kata anda dan menatap garang pada Edo.
Edo marah dan hendak menampar Alika. Belum sampai tangan Edo menyentuh pipi Alika, sebutir telur mentah melayang dan mengenai kening Edo. Lelaki itu terkejut dan spontan memejamkan mata. Tangannya tidak jadi menampar Alika. Isi telur berhamburan membasahi sebagian kening, mata, dan pipinya. Edo menggeram marah dan mengusap wajahnya yang lengket kena telur.
PAN TO
06.EXT.HALAMAN PANTI JOMPO HARMONIE DAMAI-SIANG
Sundari (73), berdiri tak jauh dari Edo dan Alika dengan wajah ketakutan. Rambutnya yang putih panjang tampak acak-acakan, tubuh kurusnya gemetar, mengenakan mantel rajut kuno, terusan rok panjang bunga-bunga pudar, serta sandal jepit warna berbeda. Tangannya mengibas seolah hendak mengusir Edo. Dari sela kakinya yang juga gemetar merembes air kencing. Edo menggeram memandang Sundari kesal.
Bibir Sundari bergerak-gerak meracau dan panik.
Dengan marah Edo maju hendak menghampiri Sundari yang ketakutan. Sundari gemetar dan mundur menghindari Edo. Alika buru-buru menghadang untuk menghentikan langkah Edo.
Alika menoleh pada Sundari yang ada di belakangnya. Suaranya berubah lembut dan membujuk.
Sundari memandang ragu pada Alika. Melihat hal itu Edo jadi tidak sabar dan makin kesal. Ia menarik Alika kasar agar minggir. Karena terkejut Alika terhuyung hampir jatuh.
Teriakan Alika terlambat. Edo sudah mendorong Sundari keras hingga jatuh terjengkang. Kepala Sundari membentur bongkahan batu besar. Sundari tidak bergerak, ia pingsan dengan kepala mengucurkan darah. Alika terkejut, ia segera mendekati Sundari yang terkapar di tanah. Alika memeluk Sundari, menepuk pipinya dan berteriak.
Edo tercengang menatap Sundari, lalu memandang tangannya seakan tidak percaya dorongannya membuat perempuan itu pingsan. Reporter diikuti kameramen berlari mendekati mereka.
Para pegawai Elmer telah sepenuhnya leluasa masuk ke dalam panti dan membuang barang-barang keluar, disaksikan penghuni panti yang menatap pasrah dan menangis sedih.
CUT BACK TO
07. INT. KAMAR MEWAH SENDJA-SIANG
Sendja berdiri menatap wajah Sundari yang bersimbah darah ditampilkan penuh di layar televisi. Dia terkejut dan tanpa sadar bibirnya bergumam pelan.
Sendja terhuyung memegang kursi.
CUT TO
08. MONTAGE
A. Mobil ambulans meluncur cepat menembus kemacetan jalan raya. Sirinenya meraung-raung. Di dalamnya tampak Alika memegangi Sundari yang berdarah dengan wajah cemas.
B. Ambulans sampai di rumah sakit. Dokter dan perawat membaringkan Sundari di atas brankar pasien dan mendorongnya. Alika berjalan cepat mengikutinya. Sundari di bawa masuk UGD.
C. Alika menunggu dengan gelisah di depan UGD.
END MONTAGE
09. INT. RUANG RAPAT ELMER KONSTRUKSI-SIANG
Sendja, Edo, Lila, dan Bagas mengelilingi meja kaca oval. Sendja duduk di kursi ujung, raut wajahnya terlihat tegang tapi tidak berkata apa-apa. Lila (34), melipat tangan di dada, wajah cantiknya terlihat kesal. Lila memakai setelan kerja dan terlihat perfeksionis.
Bagas (32), berwajah tampan dan perlente. Memakai kemeja kerja yang lengannya digulung. Berbeda dengan Sendja dan Lila yang kelihatan tegang, sikap Bagas terlihat santai dan cuek. Tangan Bagas memainkan ponsel di bawah meja sambil senyum-senyum. Lila bicara ketus pada Edo.
Bukannya diam Lila malah makin galak.
Bagas berusaha menenangkan emosi Lila.
Lila melirik Bagas kesal. Ia berdiri mengambil beberapa koran di atas meja dan menyorongkan pada Bagas.
LILA
Lila memandang kesal pada Edo
Makian Lila membuat Edo tersinggung. Ia ikut berdiri mengepalkan tangan, balas membentak Lila.
Edo dan Lila kembali duduk. Edo menjambak rambutnya sendiri dengan kesal, Bagas mengkerut mendengar kata-kata ibunya. Buru-buru ia memasukkan ponsel ke saku celana.
Sendja memandang tajam pada anak-anaknya dan bicara dengan nada penuh tekanan pada tiap kata.
Lila dan Edo sontak terkejut. Mereka kompak berteriak protes.
Tidak peduli protes kedua anaknya, Sendja mengangkat tangan meminta mereka diam.
Sendja berpaling pada Bagas
Bagas tampak kebingungan.
Kebingungan Bagas ditanggapi Sendja dengan tatapan tajam sehingga Bagas salah tingkah.
SENDJA
Bagas terdiam, wajahnya tampak tidak siap dengan pertanyaan itu. Ia menggaruk kepalanya dengan tidak nyaman. Sendja menghela napas menahan kesal.
Bagas menunduk. Edo dan Lila berpandangan, ketiganya lalu berdiri dan keluar ruangan. Sendja memijat pelipisnya.
CUT TO
10. INT. RUANG KERJA DI RUMAH SENDJA-MALAM.
Sendja duduk di ruang kerjanya yang nyaman. Ia telah berganti baju rumah yang lebih santai. Tampak Sendja sedang menelepon dengan suara setengah membujuk.
Sendja menghela napas gundah.
Sendja menutup telepon. Ia kembali menghela napas panjang.
CUT TO
11. INT. APARTEMEN BRIAN-MALAM
Brian (30), lelaki tampan anak bungsu Sendja itu memandang telepon. Di belakangnya tampak rak penuh buku, dan di mejanya bertumpuk tugas mahasiswa yang harus diperiksanya serta laptop yang masih menyala. Brian akhirnya mematikan laptop dan mengambil kunci lalu bergegas keluar.
CUT TO
12. INT. RUANG KERJA DI RUMAH SENDJA-MALAM
Sendja memandang beberapa koran di atas mejanya yang memuat headline tentang peristiwa penggusuran itu. PENGGUSURAN PANTI JOMPO RICUH! PUTRA SENDJA AEDELMAER LUKAI SEORANG NENEK! Sendja mengambil koran yang menampilkan foto wajah Sundari yang terluka, dan membuka laci mejanya. Sendja mengeluarkan potongan kliping koran lama tentang pembebasan tahanan politik dan sebuah foto hitam putih dua gadis muda yang tertawa akrab. Sendja menatap foto itu.
INSERT:
Foto hitam putih Sendja dan Sundari di masa muda yang berpelukan dan tertawa akrab menatap kamera.
DISSOLVE TO
13. EXT. JALANAN KOTA JAKARTA-MALAM
Foto hitam putih perlahan bergerak menjadi Sundari dan Sendja yang masih muda menenteng belanjaan sedang berdansa dan menari di atas trotoar sambil tertawa gembira. Wajah mereka tampak sangat bahagia.
CUT TO