40. EXT. PESTA PERNIKAHAN SENDJA DAN BENO- MALAM
FX: ramai orang bercakap-cakap dalam pesta
Kita melihat suasana pesta pernikahan Sendja dan Beno digelar dalam acara adat yang meriah. Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan dengan wajah gembira. Tamu-tamu datang memberi ucapan selamat, makanan prasmanan di meja, buah-buahan yang ditata, terob dari anyaman daun kelapa, musik gamelan dan kendang yang ditabuh, dan gadis-gadis cantik menari.
DISSOLVE TO
41. INT. KAMAR SENDJA-MALAM
Kamar Sendja telah disulap menjadi kamar pengantin. Sendja telah berganti pakaian demikian pula Beno. Keduanya duduk berhadapan di tepi ranjang pengantin. Wajah mereka terlihat bahagia. Beno mengusap lembut pipi Sendja.
BENO
Kamu cantik sekali, Sendja.
Sendja tersipu mendengar ucapan Beno.
BENO (CONT’D)
Ada sesuatu yang hendak Mas berikan padamu.
Beno mengeluarkan sebuah kalung berliontin bentuk jantung. Sendja memandang benda itu dengan takjub.
BENO (CONT’D)
Kalung ini adalah satu-satunya benda berharga milik keluarga Mas. Kalung ini dulu milik almarhum Mbah buyut, lalu diberikan pada Mbah ketika Mbah menikah.
(beat)
Saat Ayah menikah dengan Ibu, Mbah mewariskan kalung ini untuk Ibu.
Hari ini, akhirnya Mas bisa memberikan kalung ini pada menantu perempuannya.
Beno memberikan kalung itu pada Sendja. Sendja tampak tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
SENDJA
Terima kasih Mas. Kalung ini indah sekali.
Beno mendekat dan mencondongkan tubuh makin dekat dengan Sendja.
BENO
Mari Mas bantu memakainya.
Sendja mengangkat rambut agar Beno bisa memasangkan kalung di lehernya. Beno menatap wajah Sendja dengan pandangan mesra.
BENO
Pas sekali. Kalung ini memang berjodoh denganmu, istriku. Mulai hari ini kita akan selalu bersama, mengarungi hidup susah senang sedih bahagia berdua.
SENDJA
Memegang teguh janji sampai akhir hayat nanti. Selalu jujur dan tidak ada rahasia di antara kita.
Beno mengangguk dan meraba kulit leher Sendja. Pandangan mata mereka bertemu, perlahan Sendja memejamkan mata saat Beno mencium bibirnya. Pelan-pelan tirai kelambu tertutup.
DISSOLVE TO
42. INT. RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT-SIANG
Sundari duduk di ruang tunggu dokter. Ada beberapa pasien ibu-ibu hamil yang juga menunggu dan diantar oleh suaminya. Mereka memandang Sundari yang datang sendiri. Sundari tampak tidak nyaman, tapi ia berusaha mengalihkan pandangan dan pura-pura tidak tahu.
PERAWAT (EXTRASS)
Nyonya Sundari!
Sundari segera berdiri dan menjawab.
SUNDARI
Iya, saya Sus!
Sundari buru-buru berjalan masuk, perawat muda itu tersenyum dan menutup pintu. Pasien lainnya memandang Sundari penuh rasa ingin tahu. Lalu saling berbisik.
PASIEN 1
Pasien baru kayaknya. Masih muda dan cantik sekali. Kira-kira suaminya ke mana, ya?
PASIEN 2
Suami? Saya kok ragu dia sudah menikah. Paling juga dia itu kumpul kebo terus tekdung, nah lakinya tidak mau tanggungjawab!
Pasien 1 terkejut dan buru-buru mengelus perutnya yang besar.
PASIEN 1
Hamil di luar nikah? Ihh amit-amit jabang bayi.
CUT TO
43. INT. RUANG PERIKSA RUMAH SAKIT-SIANG
Sundari turun dari bed periksa, ia berjalan ke kursi di depan meja Dokter. Dokter perempuan setengah baya tengah mencuci tangan lalu duduk di depan Sundari.
DOKTER
(tersenyum)
Selamat, Nyonya Sundari. Anda mengandung, usia kandungan anda diperkirakan dua belas minggu. (menyorongkan vitamin pada Sundari). Ini adalah vitamin untuk menguatkan kandungan anda.
SUNDARI
(terkejut)
Jadi benar kalau saya hamil?
Dokter saling pandang dengan perawatnya. Lalu dokter itu kembali menatap lembut pada Sundari, nada suaranya terdengar bersimpati.
DOKTER
Iya, Nyonya. Apa anda dan suami sedang tidak merencanakan punya momongan dalam waktu dekat?
SUNDARI
(menggeleng pelan)
Saya belum menikah
DOKTER
(memandang kasihan)
Sebaiknya anda bicara jujur pada ayah janin dalam kandungan anda. Bicarakan baik-baik. Anak adalah anugerah, dan dia tidak berdosa. Apapun kesalahan yang dilakukan orangtuanya, jangan sampai mengorbankan anak yang tidak berdosa.
Sundari mengangkat wajah dan memandang dokter serta perawat bergantian. Ia tersenyum sekilas.
SUNDARI
Terima kasih, Dokter. Saya permisi
Sundari bangun dan berjalan keluar lalu menutup pintu. Dokter memandang pintu yang tertutup lalu bergumam.
DOKTER
Kalau di pikir-pikir hidup ini kadang terasa tidak adil ya, Sus. Ada orang yang belum siap punya anak, tapi sudah hamil. Sedangkan saya? Puluhan tahun menikah dan menginginkan momongan, tapi belum hamil juga.
SUSTER
(menghibur)
Tapi, Dokter walau belum punya anak kandung, punya banyak anak asuh. Orang berhati semulia Dokter, pasti selalu diberikan yang terbaik.
Dokter itu tertawa kecil dan mengibaskan tangan.
DOKTER
Ah sudah. Ayo panggil pasien berikutnya.
Suster ikut tertawa lalu membuka pintu dan berteriak memanggil.
SUSTER
Nyonya Tuti!
CUT TO
44. INT. LORONG RUMAH SAKIT-SIANG
Sundari berjalan gontai di lorong rumah sakit. Beberapa pasien dan perawat melewatinya. Pandangan matanya kosong. Ia teringat ucapan dokter.
DOKTER (OS)
Sebaiknya anda bicara jujur pada ayah janin dalam kandungan anda. Bicarakan baik-baik. Anak adalah anugerah, dan dia tidak berdosa. Apapun kesalahan yang dilakukan orangtuanya, jangan sampai mengorbankan anak yang tidak berdosa.
SUNDARI (VO)
Tidak. Aku tidak akan pernah memberitahu Beno. Aku tidak boleh mengganggu rumah tangganya dengan Sendja. Aku tidak ingin Beno menganggapku biang masalah dalam hidupnya.
Sundari berhenti sejenak dan tersenyum mengelus perutnya.
SUNDARI
(lirih)
Anakku, maafkan Ibu karena kamu harus menjadi korban kesalahan Ibu dan ayah. Ibu tidak akan memberitahu ayahmu karena Ibu tidak ingin dia menganggap Ibu dan dirimu sebagai pembawa sial dalam hidupnya.
(beat)
Ibu tidak ingin membuatmu mengalami situasi buruk seperti yang ibu alami dulu. Cukup Ibu saja yang menerima perlakuan buruk itu dari nenekmu.
Dunia memang rumit, tapi jangan takut, Ibu akan melindungimu.
CUT TO
45. MONTAGE: VARIOUS LOCATION
SUPER: IBUKOTA JAKARTA SETELAH PERISTIWA G 30 S/PKI tahun 1965
- Kantor-kantor PKI dihancurkan dan dibakar massa yang geram dan marah.
- Koran-koran memberitakan SOBSI, Lekra berafiliasi dengan PKI dan dilarang.
- Wawan pimpinan Harian Semangat Djiwa Rakjat ditangkap di kantornya. Kantornya juga digeledah.
- Sundari yang hendak masuk kantor melihat penangkapan itu. Ia segera berbalik dengan wajah takut lalu menyelinap berbaur di antara kerumunan orang-orang. Sundari mempercepat langkah lalu terus berlari menjauh. Asap hitam membumbung dari kantor yang dibakar.
END MONTAGE
46. EXT. JALANAN SEPI-SORE
Sundari dengan wajah kusut dan baju lusuh berjalan sendirian di jalanan yang sepi. Tiba-tiba ia berhenti dan meringis memegangi perutnya. Wajah Sundari mendadak tegang. Perlahan Sundari menoleh ke bawah. Ada aliran darah mengalir di kakinya. Bibir Sundari bergetar dan menangis.
SUNDARI
Anakku! Anakku! Tidak!
Sundari jatuh terduduk dan meratap sedih.
DISSOLVE TO
47. EXT. HALAMAN RUMAH MARYANTO-SIANG
SUPER: TAHUN 1966
FX: gamelan dan riuh orang bercakap-cakap sambil tertawa.
Sendja dan Beno memberi selamat pada putri Paklik Maryanto yang sedang melaksanakan upacara mitoni bayi dalam kandungan. Tampak prosesi upacara mitoni seperti siraman, memasukkan telur ke dalam jarik calon ibu, mengganti kain dari sesepuh dan berjualan rujak. Maryanto yang melihat kedatangan Sendja dan Beno segera menyambut riang.
MARYANTO
Wah Sendja, lama sekali Paklik tidak melihatmu. Terakhir bertemu, kamu masih SMP. Eh, tahu-tahu sekarang sudah punya suami. Mudah-mudahan setelah ini, kamu juga lekas ketularan ikut hamil juga ya, Nduk.
SENDJA
(tersenyum)
Iya Paklik, mudah-mudahan. Paklik kapan datang?
MARYANTO
Kemarin lusa. Tidak bisa cuti lama-lama karena situasi keamanan di ibukota masih belum pulih.
Maryanto menoleh pada Beno dan menepuk bahunya.
MARYANTO (CONT'D)
Beno, bersyukur kamu sudah keluar dari koran Semangat Djiwa Rakjat itu. Pimpinan koran itu, si Wawan, iku wonge ora bener. Dia ikut-ikut kegiatan partai terlarang, dan akhirnya ditangkap.
Beno mengangguk sambil tersenyum.
MARYANTO (CONT'D)
(menghela napas)
Cuma satu lagi, teman kerjamu yang namanya Sundari. Dia lolos dari penyergapan dan sampai sekarang masih belum tertangkap. Buron!
Beno dan Sendja saling pandang. Sendja terpaksa tersenyum, sedangkan Beno hanya mengangguk menanggapi ucapan Paklik Maryanto. Diam-diam Beno gelisah.
CUT TO