Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SEBELUM SENJA BERAKHIR (SCRIPT FILM)
Suka
Favorit
Bagikan
6. Bagian 6


48. INT. KAMAR SENDJA-MALAM

Beno tidak bisa tidur. Ia membalikkan badan ke kiri dan kanan. Sendja sudah tidur lelap di sampingnya. Beno perlahan bangun dan berjalan ke jendela. Ia membuka jendela, pemandangan di luar gelap dan sepi. Beno terlihat cemas dan gelisah. Ia bergumam pelan.

BENO 
Sundari. 

DISSOLVE TO 

49. EXT. HALAMAN SEKOLAH-SIANG

Siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Yadi (35), berjalan menenteng tas kerja dan kertas ulangan. Beberapa murid yang berpapasan dengannya menyapa hormat.  

SISWA 1 (EXTRAS) 
Selamat siang, Pak Guru! 
YADI
(mengangguk)
Selamat siang. 

Yadi berpapasan dengan 3 siswi yang berjalan bergerombol sambil tertawa. 

SISWI 2,3,4 (EXTRAS)  
Selamat siang, Pak Guru! 
YADI
Selamat siang. Eh, langsung mulih yo, ojo keluyuran.  
SISWI 2,3,4 (EXTRASS) 
(berbarengan)
Njih, Pak Guru. 

Yadi berjalan menuju pohon di halaman. Ia mengambil sepedanya dan memasukkan kertas ulangan dalam tas kerja lalu menggantung tas kerjanya di stang sepeda. Perlahan Yadi mengayuh sepeda meninggalkan sekolah.

DISSOLVE TO

50. EXT. JALANAN PEDESAAN-SIANG

Yadi mengayuh sepeda di jalanan pedesaan. Ia melewati sawah-sawah dan saling menyapa dengan petani yang sedang berkerja di sawah.

PETANI 1 dan 2 (EXTRAS)
Pulang, Pak Guru?
YADI
Njih Pak. Monggo.
PETANI 1 dan 2 (EXTRAS)
(berbarengan)
Monggo, monggo!

Setelah Yadi agak jauh kedua petani menggumam

PETANI 1
Mas Yadi itu, anaknya juragan kaya, punya tanah luas, tapi tetap santun dan rendah hati.

temannya yang diajak bicara hanya mengangguk.

Yadi terus mengayuh. Ia melewati jalan sepi dengan rumput-rumput yang tinggi di kiri dan kanannya. Tiba-tiba seseorang melompat dari padang rumput dan menghadang Yadi. Yadi terkejut lalu berhenti mendadak, hampir saja ia jatuh dari sepedanya. Orang itu adalah Sundari yang tampak pucat dan lemah.

SUNDARI
Mas Yadi

Yadi masih terkejut. Ia mengamati wajah Sundari yang kurus dengan pakaian yang sangat lusuh. Rambutnya kering dan awut-awutan, bibir pecah-pecah, dan kulit dekil. Yadi terkejut saat mengenali wajah Sundari.

YADI
Kamu? Kamu Sundari? 
SUNDARI
(tersenyum lemah)
Iya Mas Yadi. Ini aku, Sundari.

Sundari lalu jatuh pingsan. Yadi segera menghambur menolong Sundari.

CUT TO 

51. INT. TOKO SEMBAKO SENDJA-SIANG

Sendja sedang melayani beberapa pembeli. Beno mengatur beberapa buruh yang sedang mengangkut karung-karung beras. Sendja memicingkan mata keheranan melihat orang yang tak dikenalnya datang menuju tokonya. Orang itu adalah Yadi. Yadi berjalan menghampiri Beno. Beno terkejut kedatangan Yadi, kedua lelaki itu bersalaman dan berpelukan erat. Yadi berbisik pada Beno, seketika wajah Beno tegang dan pucat. Bergegas Beno berjalan mendekati Sendja.

BENO
(buru-buru)
Sendja, Mas ada urusan mendesak sekarang. Itu teman Mas, namanya Yadi. Tidak ada waktu untuk menjelaskan siapa dia. Tapi, Mas harus pergi.

Beno berkemas cepat. Sendja kebingungan dengan sikap suaminya yang terburu-buru.

SENDJA
(cemas)
Tapi, Mas mau pergi ke mana? Berapa hari? Ada masalah apa? Mengapa harus terburu-buru begini? 
BENO
Mas janji, setelah urusan ini selesai Mas akan pulang secepatnya dan menjelaskan padamu semuanya. 

Beno mencium kening Sendja sekilas lalu berbalik dan menghampiri Yadi. Yadi mengangguk sebentar ke arah Sendja, dan pergi diikuti oleh Beno. Sendja menatap suaminya yang semakin menjauh dengan hati was-was.

CUT TO

52. EXT. HAMPARAN RUMPUT ILALANG-SORE

Beno terus berjalan mengikuti Yadi. Keduanya melewati padang rumput tinggi. Mereka masuk semakin jauh, lalu berhenti di depan sebuah gubuk kecil. Yadi memandang Beno, lalu melangkah masuk ke dalam gubuk. Beno mengikuti Yadi masuk ke dalam gubuk itu.

CUT TO

53. INT. DI DALAM GUBUK-SORE

Beno memandang ke sekeliling gubuk. Suasana suram, cahaya hanya dari celah-celah dinding gedeg dan genteng yang berlubang. Ada beberapa tumpukan karung dan juga sarang laba-laba. Beno terbatuk-batuk dan mengibaskan tangan di depan wajahnya.

YADI
Keluarlah, Sun. Ada orang yang ingin bertemu denganmu. 

Hening. Beno menunggu dengan penasaran.

PAN TO

54.INT.DI DALAM GUBUK-SORE

Dari balik tumpukan karung, perlahan muncul Sundari. Ia berjalan mendekat hingga Beno bisa melihat wajahnya. Beno terkejut melihat penampilan Sundari yang sangat kurus, pucat, dan memakai pakaian lusuh. Ia berbeda dengan Sundari yang cantik yang dikenalnya dulu. 

BENO
Sundari. 
SUNDARI
(matanya berkaca-kaca)
Beno? Mengapa kamu kemari? Mas Yadi, bukankah sudah kukatakan jangan memberi tahu Beno tentang keberadaanku di sini?
YADI
(berdehem)
Maafkan aku, Sun. Aku tidak menepati janji padamu. Tapi bagaimanapun, Beno wajib tahu tentang kondisimu karena menurutku, dia juga punya andil atas apa yang terjadi padamu saat ini. Aku akan menunggu di luar. Kalian berdua, berbincanglah di sini.

Yadi keluar, Sundari dan Beno berpandangan. Sundari cepat-cepat berpaling dan mencoba menjauh. Tapi Beno meraih tangan Sundari hingga perempuan itu kembali menoleh padanya. Mata Beno menyusuri penampilan Sundari yang menyedihkan. Beno tampak sedih.

BENO
Sun? Kamu…
SUNDARI
(memotong)
Apa kabarmu, Beno? Ah, melihat kamu yang sekarang, kusimpulkan kamu baik-baik saja. Syukurlah. Aku senang.
Sendja, bagaimana kabarnya?

Beno tidak menjawab pertanyaan Sundari. Mata Beno memerah menahan tangisan. Bibirnya gemetar. Ia meraih Sundari ke dalam pelukannya dan menangis. Sundari berusaha melepaskan diri tapi Beno makin mempererat pelukannya.

BENO
(menangis)
Mengapa kamu tidak bilang padaku, Sun? Mengapa kamu diam dan menanggung kesusahan sendiri? Apa aku ini tidak pantas tahu tentang anakku? Aku ayahnya, apa aku tidak boleh tahu tentang keberadaan anakku sendiri?

Melihat Beno menangis Sundari perlahan ikut menangis. 

SUNDARI
Apa aku punya pilihan lain, Beno? Aku tidak punya pilihan selain menyembunyikan kenyataan itu darimu. Aku takut kamu tidak suka dan menolaknya. Aku tahu pahitnya ditolak.
(beat)
Aku juga tidak ingin mengganggu rumah tanggamu dan Sendja.
BENO
Tapi bagaimanapun aku harus tahu bahwa aku akan jadi seorang Bapak. 

Sundari menggeleng dan menghapus air mata. Ia memandang Beno marah.

SUNDARI
(marah)
Lalu apa ada bedanya kalau kamu tahu atau tidak? Apa yang bisa kamu lakukan kalau tahu? Apa kamu sanggup memilih kami? Bisa kamu melindungi kami?

Bibir Beno bergetar menahan tangis. Sundari makin sengit.

SUNDARI (CONT'D)
Kalau pun toh kamu memilih kami, aku yakin kamu juga tidak bahagia hidup bersama kami karena di dalam hatimu, kamu terus dikejar rasa bersalah atas hutang budi. Aku tidak ingin menjadi orang yang membuatmu jadi anak durhaka. 
BENO
(lirih)
Maafkan aku, Sun. Aku memang lelaki yang tidak berguna.
SUNDARI 
(menggeleng)
Sudahlah, Beno. Semua sudah terjadi, untuk apa disesali sekarang? Anak kita sudah pergi. Mungkin itu yang terbaik, karena aku ibu yang tidak becus dan tidak akan mampu merawatnya dengan baik.
BENO
(geram)
Wawan , dia yang membuatmu sampai begini, Sun? 
SUNDARI
(tersenyum miris)
Ini adalah kesalahanku, Beno. Aku salah mempercayai orang. Aku tidak mendengarkanmu saat berkali-kali memperingatkanku soal Mas Wawan. Beginilah jadinya aku sekarang.
(beat)
Pergilah Beno, jangan libatkan dirimu dalam masalahku.
BENO
(menggeleng)
Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian dalam kondisi seperti ini. Sun, kali ini biarkan aku menebus kesalahanku padamu. Aku akan melindungimu. 

Beno mencoba meraih tangan Sundari. Sundari menepis tangan Beno.

SUNDARI
(menantang)
Dengan cara apa kamu akan melindungiku?
Jangan bodoh, Beno. Kamu tahu siapa aku sekarang? Aku buronan! Tinggalkan tempat ini segera. Aku juga akan segera pergi. Aku tidak ingin Mas Yadi ikut menanggung akibat buruk karena menampungku di sini.
BENO
(bertahan)
Aku tidak mau pergi, Sun. Aku tidak akan pergi kalau tidak bersamamu. Kumohon padamu, ikutlah bersamaku. Setidaknya sampai kondisimu membaik dan sembuh. Setelah itu, aku akan mengijinkanmu pergi. Aku janji tidak akan menahanmu lagi.
SUNDARI
(ragu)
Tapi bagaimana dengan Sendja? Aku tidak ingin hubungan kalian rusak karena kamu menyembunyikanku.

Beno tersenyum menenangkan Sundari.

BENO
Hal itu kamu jangan khawatir. Tidak akan ada masalah. Percayalah padaku, aku tahu tempat yang aman untukmu.

CUT TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar