Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
82 INT. RUMAH SAKIT - KAMAR - DAY
Derina duduk di sebuah ranjang rumah sakit, tubuh dan wajahnya luka-luka.
Derina sedang memandang ke luar jendela saat pintu kamarnya DIKETUK.
Raphael, psikolog yang Derina lihat dieksekusi oleh Offlight di sebuah video, memasuki kamar Derina.
DERINA
Raphael?
Raphael yang masih berjalan menuju ranjang Derina terlihat kaget, ia melihat tag nama di dadanya.
RAPHAEL
Penglihatan kamu bagus juga.
Raphael mengulurkan tangannya.
RAPHAEL
Saya Raphael, saya yang bertugas jadi psikolog kamu mulai hari ini.
Derina menyambut uluran tangan Raphael.
DERINA
Derina, atau Ryan, I am not sure...
RAPHAEL
Hmmm, saya udah dengar. We'll figure this out together.
Raphael tersenyum dan Derina mengangguk.
Mereka terlihat berbincang-bincang lebih jauh tetapi kita tidak dapat mendengar pembicaraan mereka.
83 INT. RUANGAN KONSULTASI RAPHAEL - DAY - 10 TAHUN KEMUDIAN
Derina terlihat memandang ke luar jendela sambil menikmati secangkir teh.
Derina tersenyum.
RAPHAEL
How are you feeling?
DERINA
Good, a bit nervous, excited, too.
Derina menengok ke arah Raphael.
DERINA (CONT'D)
Tiba-tiba, jadi inget percakapan kita waktu pertama kali ketemu sepuluh tahun yang lalu di rumah sakit.
RAPHAEL
Oh ya? Yang mana?
DERINA
Penjelasan panjang lebar tentang ada cara lain untuk membela penderita gangguan mental dari stigma yang beredar di masyarakat, tanpa menggunakan kekerasan.
RAPHAEL
Yes, I know you always have more than just those two knuckles.
Raphael dan Derina tertawa.
DERINA
I like my knuckles, though. But jokes aside, makasih udah selalu percaya dan mendukung pasien yang satu ini.
RAPHAEL
Nggak masalah, tapi karena sekarang tujuan profesional lu udah tercapai, as a friend I still recommend you to try on dating, Derina, to experience another side of life.
Derina mengambil tas yang tergeletak di sofa.
DERINA
That, my dear therapist, if I manage to find someone that can keep up with my inner world. As you know I have a rather rich inner world.
Derina tersenyum misterius.
Raphael mengangkat bahu.
RAPHAEL
If you say so.
Derina membuka pintu dan hendak melangkah keluar.
RAPHAEL
Oh ya, Derina.
DERINA
Ya?
RAPHAEL
Just want to say that I am really proud of you all.
DERINA
We know.
Derina tersenyum. Ia menutup pintu ruangan Raphael dan berjalan dengan penuh percaya diri menuju...
84 INT. BOOK SIGNING EVENT - DAY
Derina menulis sebuah buku berjudul "Living A Split Life" yang bercerita tentang kepribadian gandanya.
Derina terlihat sedang menandatangani buku untuk fans yang mengantri.
Viny, Sakti, dan Putra datang.
VINY
Derina!!!
Derina bangkit untuk menyambut Viny.
DERINA
Viny!!!
Derina dan Viny berpelukan erat.
VINY
Sorry ya gue baru sempet ke sini.
DERINA
Nggak apa-apa, staf kementerian mah sibuk.
Derina meledek Viny dan menyikutnya.
Viny tertawa.
VINY
Iya, nggak nyangka gue sendirian yang jadi staf menteri pendidikan. Dulu kan elu juga pengen jadi menteri pendidikan.
(beat)
Tapi gue bangga banget sama lu, Derina. Buku lu numero uno, dan liat deh fans-fans elu sekarang.
Viny mengagumi fans yang memenuhi venue.
VINY
Good job, Girl!
Viny berkaca-kaca karena terharu.
Derina tertawa dan mengelus-ngelus punggung Viny yang sekarang sedang mengelap ingusnya.
SAKTI
Lagi PMS dia, Kak. Makanya gampang tersentuh. Waktu itu, nonton Shincan aja nangis. Padahal di mana bagian dia sedih, Kak?
Sakti tertawa, sementara Viny memukul lengannya manja.
DERINA
Oh ya?
Tiba-tiba Putra muncul membawa buket bunga.
PUTRA
Derina, selamat ya.
Derina menerima dan mencium buket bunga yang diberikan Putra.
DERINA
Makasih, Putra, udah nyempetin dateng.
Derina tersenyum pada Putra.
Putra membalas senyum Derina dengan cara yang menunjukkan bahwa ia masih menyimpan perasaan untuk Derina.
PUTRA
No problem, gue seneng bisa dateng. Buku lo keren. Adik gue yang selama ini punya gangguan depresi akhirnya berani reach out untuk minta bantuan keluarga setelah bertahun-tahun menghadapi penyakitnya sendirian.
DERINA
Oh ya? That's good to hear. Gue seneng denger adik lu terbantu. That is exactly why I am doing this, untuk membantu orang lain yang juga sedang struggling dengan penyakit mentalnya.
Putra mengangguk setuju.
PUTRA
You are doing a wonderful job, as usual.
Derina tersenyum.
DERINA
Thanks, Put.
(beat)
Yuk foto dulu.
Derina mengajak Viny, Sakti, dan Putra berfoto bersama di photobooth. Mereka berpose dengan akrab dan bahagia.
DERINA (V.O.)
Pada akhirnya, semua orang, ingin hidup damai dan bahagia. Terlepas dari penyakit mental yang dideritanya. Penyakit mental tidak bisa dilihat dengan mata, tapi masih tetap sama menyakiti dengan penyakit yang bisa kita lihat dan ukur keberadaannya. Penyakit mental bukanlah sebuah hukuman dari Tuhan, sama seperti penyakit fisik, tidak ada orang yang ingin jiwanya sakit. Mendorong penderita penyakit mental untuk mendapatkan bantuan tenaga profesional adalah langkah yang tepat. Dukungan, kepercayaan, dan penerimaan tanpa penghakiman dari orang-orang terdekat sangat berarti bagi penderita. Tidak perlu Offlight di dunia ini, stigma juga bisa sama berbahaya dan menyakiti. Stigma bisa membuat orang lain malu, mengisolasi diri, dan menghalangi penderita untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Stop 'membunuh' orang lain dengan penghakiman.
ROLL CREDIT.
POST CREDIT:
85 INT/EXT. BALKON - DAY
Derina sedang berada di sebuah balkon dan terlihat menikmati pemandangan.
Kamera berputar dan kita melihat di tempat Derina duduk telah ada Ryan.
Ketika kita pikir kamera akan berhenti berputar, kamera berputar lagi dan menunjukkan Viny, Sakti, Putra, Raphael, Suami, Istri, dan Anak Pemilik Rumah, Bari, Ibu dan Anak Keterbelakangan Mental, Offlight, Ayah Derina, Mama Derina, Nenek Derina duduk bergantian setiap kali kamera berputar.
Kamera berhenti berputar, sekarang Nenek Derina menggantikan posisi Derina secara permanen.
Terdengar suara seorang wanita memanggil dari dalam.
SUARA WANITA (O.S)
Restu Rahasih?
Nenek Derina berjalan masuk.
Nenek Derina terlihat menjawab, namun yang keluar adalah suara Derina.
NENEK DERINA & DERINA
Ya?
FADE OUT.