Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
91. INT. ALAM GAIB – DEPAN GERBANG MERAH
PEMAIN : ADAM, LAURA
Adam melihat Nadia diikat dengan rantai hitam, meronta-ronta.
Dari balik kabut, muncul Laura—anak kecil pirang yang dulu sahabatnya, kini berwujud menyeramkan: matanya hitam legam, wajahnya retak seperti porselen pecah, senyumnya melebar terlalu panjang.
Adam gemetar, menahan amarah.
Laura tertawa. Suaranya menggema, berubah jadi ribuan suara anak-anak yang menjerit bersamaan.
VISUAL – ARENA ALAM GAIB
Kabut berubah jadi pusaran. Dari tanah, ribuan tangan hitam muncul, mencoba menarik kaki Adam.
Adam menutup mata, tubuh astralnya bersinar biru samar—ilmu Meraga Sukma yang diwariskan kakeknya bangkit.
Tangan-tangan hitam terbakar oleh cahaya itu. Laura menjerit, wajahnya retak makin parah.
Namun sosok hitam raksasa bermata merah—penjaga gerbang—muncul di belakang Laura. Langkahnya membuat tanah pecah.
Adam berhasil mendekati Nadia.
Rantai hitam yang mengikatnya begitu kuat. Adam memegang rantai itu, cahaya dari tubuhnya mulai melemah.
Adam menatap Nadia dengan mata berkaca.
Adam menyalurkan seluruh energinya ke rantai. Cahaya biru menyilaukan, rantai meledak berhamburan.
Nadia jatuh ke pelukan Adam.
Laura menjerit marah, wajahnya pecah jadi serpihan, tapi ia tetap berlari ke arah Adam.
Sosok raksasa penjaga ikut melangkah, tangannya hampir meraih mereka.
Adam menutup mata, lalu meletakkan kedua tangannya ke tanah. Cahaya biru menyebar, membentuk segel besar dengan simbol kuno.
Gerbang merah bergetar, perlahan menutup.
Laura menjerit panjang, tubuhnya terseret ke dalam gerbang.
Sosok raksasa ikut tersedot masuk, lalu pintu tertutup rapat dengan dentuman menggelegar.
CUT TO
92. INT. GUA – MALAM
PEMAIN : ADAM, KYAI HASAN
Adam terbangun dengan teriakan, tubuhnya kejang. Kyai Hasan dan Nadia segera memegangi tubuhnya.
Adam terengah-engah, wajahnya pucat tapi matanya terbuka lebar.
Nadia menangis di pelukan Adam.
Namun kamera menyorot tangan Adam: ada bekas hitam terbakar, seperti tanda dari gerbang.
Adam menatap tangannya dengan ketakutan.
CUT TO BLACK.
93. EXT. DESA – PAGI
PEMAIN : ADAM
Kamera menyapu pemandangan desa: anak-anak berlari, ibu-ibu menjemur pakaian, suasana tampak normal kembali.
Orang-orang mulai berani tersenyum setelah kejadian beberapa hari lalu.
Adam berjalan bersama Nadia dan Kyai Hasan melewati jalan desa. Meski wajahnya lelah, ia mencoba tersenyum.
Namun tatapan warga masih setengah takut pada Adam.
CUT TO
94. INT. KAMAR ADAM – MALAM
PEMAIN : ADAM
Adam duduk sendirian, membuka buku warisan kakeknya.
Tangannya gemetar saat menyentuh halaman baru yang kini muncul sendiri:
“Gerbang ketiga telah tertutup. Tersisa empat lagi. Tapi hati-hati… setiap gerbang yang tertutup, bayangannya akan tetap tinggal di dalam penjaga.”
Adam menatap tangannya. Bekas hitam terbakar yang ia bawa dari alam gaib kini semakin melebar, menjalar sampai ke lengannya.
Adam menutup buku itu dengan keras, napasnya berat.
CUT TO
95. INT. RUMAH ADAM – SUBUH
PEMAIN : ADAM, LAURA
Adam terbangun karena mendengar suara ketukan.
Ia menoleh ke jendela—tampak samar bayangan Laura berdiri di luar, menatapnya dengan senyum retak.
Bayangan itu lenyap.
Adam menutup wajah dengan kedua tangannya.
CUT TO
96. EXT. HUTAN LEBAT – MALAM (CUTAWAY)
Kamera pindah ke sebuah hutan lebat di luar desa.
Di tengah hutan, ada candi kuno yang terkubur setengah tanah.
Tiba-tiba tanah bergetar, retakan muncul di batu-batu candi.
Suara-suara gaib bergema: jeritan perempuan, gonggongan anjing, dan gamelan Jawa yang diputar terbalik.
Dari retakan candi, muncul cahaya ungu menyala—tanda Gerbang Keempat mulai terbuka.
97. INT. KAMAR ADAM – SUBUH
PEMAIN : ADAM
Adam berdiri di depan cermin. Ia menatap wajahnya sendiri—tapi bayangannya di cermin berbeda:
Mata bayangan Adam berubah merah, senyum menyeramkan, seolah sisi gelapnya ikut terbawa dari gerbang.
Adam terkejut, mundur selangkah.
Cermin tiba-tiba retak.
FADE OUT.
Tulisan muncul:
“Gerbang keempat menanti…”