Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ROGO SUKMO
Suka
Favorit
Bagikan
10. GERBANG KEEMPAT MENANTI
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

 91. INT. ALAM GAIB – DEPAN GERBANG MERAH

PEMAIN : ADAM, LAURA

Adam melihat Nadia diikat dengan rantai hitam, meronta-ronta.

Dari balik kabut, muncul Laura—anak kecil pirang yang dulu sahabatnya, kini berwujud menyeramkan: matanya hitam legam, wajahnya retak seperti porselen pecah, senyumnya melebar terlalu panjang.

 

LAURA:
Kamu janji nggak akan tinggalkan aku, Adam. Tapi kamu bohong. Jadi aku bawa dia… biar kamu punya alasan untuk tinggal.

 

Adam gemetar, menahan amarah.


ADAM:
Lepaskan dia, Laura. Ini antara aku dan kamu!

 

Laura tertawa. Suaranya menggema, berubah jadi ribuan suara anak-anak yang menjerit bersamaan.

 

VISUAL – ARENA ALAM GAIB

Kabut berubah jadi pusaran. Dari tanah, ribuan tangan hitam muncul, mencoba menarik kaki Adam.

Adam menutup mata, tubuh astralnya bersinar biru samar—ilmu Meraga Sukma yang diwariskan kakeknya bangkit.

 

ADAM (berteriak, mantera):
Raga tunggal… jiwa tunggal… kembali pada cahaya asal!
 

Tangan-tangan hitam terbakar oleh cahaya itu. Laura menjerit, wajahnya retak makin parah.

 

Namun sosok hitam raksasa bermata merah—penjaga gerbang—muncul di belakang Laura. Langkahnya membuat tanah pecah.

 

Adam berhasil mendekati Nadia.

Rantai hitam yang mengikatnya begitu kuat. Adam memegang rantai itu, cahaya dari tubuhnya mulai melemah.

 

NADIA (lemah):
Adam… jangan korbankan dirimu. Tutup gerbang. Biarkan aku…

 

Adam menatap Nadia dengan mata berkaca.


ADAM:
Aku nggak bisa kehilangan kamu lagi. Aku udah kehilangan banyak hal karena dunia ini. Kali ini… aku nggak akan diam.

 

Adam menyalurkan seluruh energinya ke rantai. Cahaya biru menyilaukan, rantai meledak berhamburan.

Nadia jatuh ke pelukan Adam.

 

Laura menjerit marah, wajahnya pecah jadi serpihan, tapi ia tetap berlari ke arah Adam.


Sosok raksasa penjaga ikut melangkah, tangannya hampir meraih mereka.

 

Adam menutup mata, lalu meletakkan kedua tangannya ke tanah. Cahaya biru menyebar, membentuk segel besar dengan simbol kuno.


Gerbang merah bergetar, perlahan menutup.

 

Laura menjerit panjang, tubuhnya terseret ke dalam gerbang.


LAURA (teriak melengking):
Aku akan kembali, Adammmm!!!

 

Sosok raksasa ikut tersedot masuk, lalu pintu tertutup rapat dengan dentuman menggelegar.

 

CUT TO

 

92. INT. GUA – MALAM

PEMAIN : ADAM, KYAI HASAN

Adam terbangun dengan teriakan, tubuhnya kejang. Kyai Hasan dan Nadia segera memegangi tubuhnya.

Adam terengah-engah, wajahnya pucat tapi matanya terbuka lebar.

 

KYAI HASAN (lega):
Alhamdulillah, kamu kembali…

 

Nadia menangis di pelukan Adam.

Namun kamera menyorot tangan Adam: ada bekas hitam terbakar, seperti tanda dari gerbang.

Adam menatap tangannya dengan ketakutan.

 

ADAM (VO, lirih):
Aku berhasil menutup satu gerbang… tapi kutukannya ikut terbawa ke dalam diriku.

 

CUT TO BLACK.

 

93. EXT. DESA – PAGI

PEMAIN : ADAM

Kamera menyapu pemandangan desa: anak-anak berlari, ibu-ibu menjemur pakaian, suasana tampak normal kembali.

Orang-orang mulai berani tersenyum setelah kejadian beberapa hari lalu.

 

Adam berjalan bersama Nadia dan Kyai Hasan melewati jalan desa. Meski wajahnya lelah, ia mencoba tersenyum.

Namun tatapan warga masih setengah takut pada Adam.

 

NARASI ADAM (VO):
Sekilas… semua terlihat normal. Seperti tak pernah ada gerbang. Tapi aku tahu… ini baru awal.

 

CUT TO

 

94. INT. KAMAR ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM

Adam duduk sendirian, membuka buku warisan kakeknya.

Tangannya gemetar saat menyentuh halaman baru yang kini muncul sendiri:

 

“Gerbang ketiga telah tertutup. Tersisa empat lagi. Tapi hati-hati… setiap gerbang yang tertutup, bayangannya akan tetap tinggal di dalam penjaga.”

 

Adam menatap tangannya. Bekas hitam terbakar yang ia bawa dari alam gaib kini semakin melebar, menjalar sampai ke lengannya.

 

Adam menutup buku itu dengan keras, napasnya berat.

CUT TO

95. INT. RUMAH ADAM – SUBUH

PEMAIN : ADAM, LAURA

Adam terbangun karena mendengar suara ketukan.

Ia menoleh ke jendela—tampak samar bayangan Laura berdiri di luar, menatapnya dengan senyum retak.

 

LAURA (berbisik, menggema):
Empat lagi… kita akan main lagi, Adam…

 

Bayangan itu lenyap.

 

Adam menutup wajah dengan kedua tangannya.

 

CUT TO

 

96. EXT. HUTAN LEBAT – MALAM (CUTAWAY)

Kamera pindah ke sebuah hutan lebat di luar desa.

Di tengah hutan, ada candi kuno yang terkubur setengah tanah.

Tiba-tiba tanah bergetar, retakan muncul di batu-batu candi.

Suara-suara gaib bergema: jeritan perempuan, gonggongan anjing, dan gamelan Jawa yang diputar terbalik.

Dari retakan candi, muncul cahaya ungu menyala—tanda Gerbang Keempat mulai terbuka.

 

97. INT. KAMAR ADAM – SUBUH

PEMAIN : ADAM

Adam berdiri di depan cermin. Ia menatap wajahnya sendiri—tapi bayangannya di cermin berbeda:

Mata bayangan Adam berubah merah, senyum menyeramkan, seolah sisi gelapnya ikut terbawa dari gerbang.

Adam terkejut, mundur selangkah.

Cermin tiba-tiba retak.

 

FADE OUT.

Tulisan muncul:

“Gerbang keempat menanti…”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)