Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ROGO SUKMO
Suka
Favorit
Bagikan
8. MASUK KE ALAM GAIB
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

 

71. INT. RUMAH KYAI HASAN – MALAM

PEMAIN : ADAM, NADIA, KYAI HASAN

Ruang doa sederhana, penuh kitab tua dan dupa yang menyala. Adam duduk bersila, wajahnya tegang. Nadia ada di sampingnya, masih ragu tapi penasaran.

 

Kyai Hasan menyalakan kemenyan, asap mengepul memenuhi ruangan. Suara bacaan doa menggema pelan.


KYAI HASAN:
Adam, malam ini kau akan masuk lebih dalam. Meraga sukma di dalam gua… bukan permainan. Ingat, kalau kau tergoda, kalau kau menoleh… kau akan tersesat.
 

Adam mengangguk, menutup matanya.

Nadia menggenggam kamera di pangkuannya, berbisik lirih:


NADIA:
Kalau aku nggak lihat langsung, orang nggak akan pernah percaya…

 

Kyai Hasan menatapnya tajam.

 


KYAI HASAN:
Kau tidak boleh merekam. Ada hal-hal yang tidak boleh dibawa ke dunia manusia.

 

CUT TO

 

72. EXT. GUA JEPANG – TENGAH MALAM

PEMAIN : ADAM, NADIA, KYAI HASAN

Angin kencang bertiup. Kabut tebal menutupi mulut gua. Api obor yang dibawa Kyai Hasan bergetar seolah ingin padam.

Adam duduk bersila di depan pintu gua, memejamkan mata. Nafasnya berat. Tubuhnya mulai bergetar.


Tiba-tiba… wushh! Arwahnya keluar dari tubuh. Sosok cahaya Adam berjalan masuk ke dalam gua, sementara tubuh jasadnya tetap duduk di luar, dijaga Kyai Hasan.

 

Nadia menatapnya dengan mulut ternganga, tidak percaya.

 

CUT TO

 

73. INT. GUA JEPANG (DIMENSI GAIB) – MALAM

PEMAIN : ADAM, NADIA, LAURA, PENJAGA 1, TENTARA JEPANG, EXTRAS

Adam berjalan di lorong gua, tapi dunia yang ia lihat bukan gua biasa:

·        Dindingnya berlumur darah yang terus menetes.

·        Bayangan tentara Jepang berjalan tanpa arah, wajahnya hancur, sebagian tubuhnya berlubang bekas peluru.

·        Suara jeritan dan tembakan menggema tiada henti.

Tiba-tiba, Laura muncul. Gadis pirang kecil itu, tapi wajahnya sekarang mengerikan—matanya hitam legam, senyumnya terlalu lebar.

 

LAURA (tertawa pelan):
Kamu datang juga, Adam… ayo, waktunya bermain…

 

Di belakangnya, sebuah gerbang batu hitam mulai tampak. Gerbang itu bergetar, di tengahnya terlihat pusaran api merah menyala.

 

Gerbang bergetar keras. Dari dalam pusaran api, muncul sosok mengerikan: Penjaga Gerbang Kedua.

·             Tubuhnya tinggi, bersisik hitam.

·             Wajahnya seperti perpaduan manusia & oni Jepang, bertaring besar.

·             Bola matanya merah menyala, menatap langsung ke arah Adam.

 

PENJAGA (suara menggelegar):
Penjaga baru… darahmu harum… serahkan tubuhmu… maka aku biarkan gerbang tetap tertutup.

 

Adam gemetar, tapi menatap balik dengan tekad.


ADAM:
Tidak. Tugasku menutup gerbang. Bukan menyerahkannya.

 

Tiba-tiba penjaga itu meraung, lorong gua berguncang. Tentara-tentara Jepang bangkit, matanya merah, bergerak menyerang Adam.

 

Adam berlari, menghindar. Tangannya bergetar, cahaya putih keluar dari telapak tangannya. Ia teringat ajaran kakeknya: “Gunakan cahaya itu untuk melawan kegelapan.”

 

Dengan teriakan keras, Adam menyalurkan cahaya ke arah para arwah. Tubuh mereka terbakar, lalu lenyap menjadi debu cahaya.

 

Penjaga marah, maju menerjang Adam dengan tangan raksasanya.

Adam terpental, menghantam dinding gua. Darah keluar dari bibirnya meski ini hanya tubuh astral.

 

LAURA (tertawa, berlari-lari di sekitar):
Cepat, Adam… kalau kamu mati di sini, kamu nggak akan pernah bangun lagi…

 

CUT TO

 

74. EXT. GUA JEPANG – DUNIA NYATA – MALAM

PEMAIN : ADAM, KYAI HASAN

Di luar gua, tubuh Adam berkeringat deras. Kyai Hasan membaca doa dengan suara keras, suaranya bersaing dengan angin yang meraung. Nadia menahan tubuh Adam agar tidak terguling.

 

KYAI HASAN:
Cepat, Adam… kunci gerbangnya!

 

 

75. INT. GUA JEPANG (DIMENSI GAIB) – MALAM

PEMAIN : ADAM, PENJAGA

Adam berdiri dengan susah payah. Ia menatap penjaga, lalu menempelkan kedua tangannya ke tanah. Cahaya putih menyebar, membentuk lingkaran segel di sekitar gerbang.

Penjaga mengamuk, tubuhnya terbakar perlahan.


PENJAGA (meraung):
Tidak… kau belum tahu… ada lima lagi… yang lebih kuat dariku…

 

Suara ledakan besar terdengar. Gerbang bergetar hebat, lalu

tertutup rapat dengan cahaya putih menyilaukan.

 

Penjaga menjerit terakhir kali sebelum lenyap. Laura menatap Adam dengan tatapan kecewa, lalu menghilang ke kegelapan.

 

CUT TO

 

76. EXT. GUA JEPANG – MALAM

PEMAIN : ADAM, NADIA

Tubuh Adam mendadak bangkit dengan tarikan napas keras, seperti orang baru keluar dari tenggelam.

Nadia menatapnya dengan wajah ngeri sekaligus kagum.

 

NADIA:
Kamu… beneran menutupnya… aku lihat sendiri…

 

Adam menatap ke dalam gua yang kini sunyi. Wajahnya letih, tapi matanya dipenuhi kesadaran baru.


ADAM (lirih):
Satu sudah tertutup. Lima lagi menunggu…
 

FADE OUT.

 

77. INT. KAMAR ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM, NADIA, ANAK-ANAK

Adam tidur di ranjang, tubuhnya masih lemas. Nadia di kursi dekat meja, menatap rekamannya diam-diam di kamera.

Wajahnya serius, matanya membesar—ia melihat kilasan sosok Laura muncul di rekaman, berdiri tepat di belakang Adam saat di gua.

 

Nadia menoleh ke arah ranjang. Kosong.

Adam sudah tidak ada.

Suara lirih terdengar di dalam kamar, seperti anak kecil menyanyi dengan nada menyeramkan.


SUARA ANAK:
Main… yuk… main…

 

Lampu kamar berkelip-kelip. Nadia panik, mendekat ke ranjang. Selimut tiba-tiba terangkat sendiri, lalu jatuh ke lantai.

 

CLOSE UP – BAWAH RANJANG.

Dua bola mata merah menyala menatapnya.

 

CUT TO

 

78. EXT. HALAMAN RUMAH – MALAM

PEMAIN : ADAM, NADIA

Adam berjalan sambil terhuyung, seolah digerakkan sesuatu. Kakinya menyeret, wajahnya kosong.

Nadia berlari mengejarnya.

 

NADIA (berteriak):
Adam! Sadar! Itu bukan jalan keluar!

 

Adam terus berjalan menuju pohon besar di sudut halaman. Dari kejauhan terlihat bayangan sosok anak kecil berdiri di bawah pohon: Laura. Rambut pirangnya menutupi wajahnya.

 

Laura tersenyum aneh, lalu tiba-tiba tubuhnya berubah—kepalanya retak, darah menetes, menampakkan wujud aslinya yang menyeramkan.

 

Adam mendekat, hampir menyentuhnya.

Nadia nekat menarik Adam dengan sekuat tenaga.

Tiba-tiba, BRAK! ranting pohon patah sendiri, jatuh hampir menimpa mereka.

 

CUT TO

 

79. INT. RUMAH – RUANG KELUARGA – MALAM

PEMAIN : ADAM, KYAI HASAN

Kyai Hasan datang terburu-buru setelah dipanggil Nadia. Wajahnya pucat ketika masuk rumah.


KYAI HASAN:
Kalian sudah membangunkan sesuatu. Menutup gerbang berarti mengusik para penjaga lain. Mereka akan mencari… dan menyerang… di dunia manusia.

 

Adam menatapnya lelah, masih setengah sadar.


ADAM:
Kalau begitu… mereka tidak akan berhenti sebelum aku mati, kan?

 

Kyai Hasan hanya menunduk.

Di meja, gelas bergetar sendiri. Air di dalamnya berubah menjadi hitam.

 

CUT TO

 

80. INT. KAMAR ADAM – TENGAH MALAM

PEMAIN : ADAM

Adam tertidur. Kamera close-up wajahnya yang penuh keringat.

Tiba-tiba ia terbangun—tapi bukan di kamar.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)