Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ROGO SUKMO
Suka
Favorit
Bagikan
3. NASEHAT KAKEK
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

 

31. EXT. KORIDOR KAMPUS – PAGI

PEMAIN : ADAM, DICKY

Adam berjalan santai melewati koridor, bayangannya di lantai tampak sedikit terlambat mengikuti gerak tubuhnya.

Kamera fokus ke wajah Dicky yang berdiri jauh, tubuhnya gemetar. Ia sadar: sahabatnya bukan lagi Adam yang dulu.

CUT TO

32. INT. RUMAH TUA KOSONG – SORE

PEMAIN : ADAM

Sepulang kuliah, Adam menyelinap ke rumah kosong peninggalan Belanda di ujung kampung. Dindingnya lembab, lumut menjalar, jendela pecah. Di ruang tengah, Adam duduk bersila, menyalakan beberapa lilin.

Matanya perlahan memutih. Napasnya melambat. Tubuhnya kaku.

SFX: Whoooosh!

Sukmanya keluar dari jasad. Sosok astral Adam berdiri, menatap tubuh fisiknya yang diam di lantai.

Ia berjalan keluar—dan dunia nyata perlahan berganti jadi alam gaib: kabut pekat, langit kelabu, pepohonan mati. Dari jauh, terdengar suara anak-anak kecil tertawa.

ADAM (lirih, dalam hati):
Tempat ini lagi… tempat aku dulu bermain.

 CUT TO


33. INT. ALAM GAIB – HUTAN KABUT

PEMAIN : ADAM, ROBERT (10), LAURA (10)

Adam berjalan melewati lorong pepohonan. Tiba-tiba ia melihat dua sosok kecil berlari—Robert dan Laura, kakak-beradik Belanda yang dulu jadi temannya saat kecil.


ROBERT (tertawa kecil):
Adam… ayo main lagi…


LAURA:
Jangan pergi. Tetaplah di sini bersama kami.


Adam terpaku. Senyum samar muncul, tapi wajahnya segera berubah ragu. Suara lain—bisikan berat, menyeramkan—tiba-tiba terdengar:

"Jangan percaya mereka… Kau sudah terlalu jauh, Adam…"

Adam menoleh ke arah suara, tapi kabut semakin menutup pandangan. Dari kegelapan, sepasang mata merah menyala muncul perlahan.

Adam panik. Ia berlari.

CUT TO

TUBUH ADAM DI DUNIA NYATA

Tubuhnya yang diam mulai bergerak sendiri, bibirnya menyeringai. Lilin padam satu per satu.

 

Kamera CLOSE UP wajah Adam (astral) yang berlari ketakutan di alam gaib… kemudian dipotong dengan CLOSE UP wajah tubuh Adam di dunia nyata, tersenyum menyeramkan.

FADE OUT.


34. INT. ALAM GAIB – HUTAN KABUT

PEMAIN : ADAM, KAKEK SURYA

Adam berlari di antara pepohonan hitam yang mengerikan. Tawa Robert dan Laura terdengar semakin menjauh, terganti dengan suara-suara bisikan asing yang semakin nyaring.

BISIKAN (SFX):
Jangan pulang… tetaplah di sini… tubuhmu bukan milikmu lagi…


Kabut menutup jalan. Dari kegelapan muncul bayangan tinggi besar dengan mata merah menyala—makhluk hitam yang tadi mengejarnya. Nafasnya berat, menggeram.

Adam jatuh tersungkur. Saat makhluk itu mendekat, tiba-tiba tanah bergetar. Cahaya kuning keemasan membelah kabut.

CUT TO

 

35. INT. ALAM GAIB – LAPANGAN TERBUKA

PEMAIN : ADAM, KAKEK SURYA

Adam mendapati dirinya berdiri di tengah lapangan luas berkabut. Dari balik cahaya, muncul sosok tua berjubah putih—Kakek Surya, yang sudah meninggal sejak Adam kecil.

 

KAKEK SURYA (tegas, berat):
Adam… kakek sudah bilang. Jangan main terlalu jauh.

 

Adam meneteskan keringat dingin.


ADAM (gemetar):
K-kakek… aku hanya ingin tahu… ingin melihat…

 

KAKEK SURYA:
Kau bodoh, Adam! Alam ini bukan tempatmu. Semakin sering kau datang, semakin kuat ikatanmu dengan mereka. Jika kau tersesat… tidak ada jalan pulang.

 

Tiba-tiba terdengar jeritan mengerikan. Makhluk hitam bermata merah muncul di kejauhan, melolong keras. Kabut berputar liar.

 

Kakek Surya menggenggam bahu Adam, menatap tajam.

KAKEK SURYA (keras):
Ingat ini, Adam! Jangan percaya siapapun di sini—bahkan temanmu sekalipun. Mereka bukan manusia lagi. Pulanglah sebelum semuanya terlambat!

 

Adam ingin menjawab, tapi tubuhnya tiba-tiba ditarik kuat dari bawah—seolah ada tangan-tangan hitam yang mencoba menyeretnya ke tanah.

 

CUT TO

 

36. INT. RUMAH TUA KOSONG – MALAM

PEMAIN : ADAM

Tubuh Adam di dunia nyata mendadak kejang. Lilin-lilin padam, ruangan jadi gelap gulita. Napasnya tersengal, matanya melotot putih.

 

SFX: DUUUM! pintu kamar rumah kosong tiba-tiba bergetar sendiri.

 

Adam tersedak, lalu… WHOOOSH!


Roh Adam kembali menghantam tubuhnya. Ia terbangun dengan teriakan keras.

 

ADAM (terengah, panik):
HUAAAAAAH!!!

 

Ia terjatuh, tubuhnya lemas. Tangannya gemetar, matanya liar. Di telinganya masih terngiang suara kakek:


"Jangan percaya siapapun… bahkan temanmu sekalipun."

 

CUT TO

 

37. INT. KAMAR ADAM – MALAM HARI

PEMAIN : ADAM

Adam kembali ke rumah, duduk di meja belajar. Ia menulis di buku lusuhnya dengan tangan bergetar. Gambar-gambar simbol gaib memenuhi halaman.

 

Cahaya lampu berkelip. Angin dingin bertiup.

Adam berhenti menulis, menatap cermin.

Sekilas—refleksinya tersenyum menyeramkan.

Adam menjatuhkan pena, wajahnya pucat.

 

FADE OUT.

 

38. EXT. KAMPUS – SORE

PEMAIN : ADAM, GADIS BERAMBUT PANJANG

Langit berwarna jingga, mahasiswa bubar kuliah. Adam berjalan sendirian membawa tas lusuh, wajahnya pucat. Dari tadi ia merasa seperti diikuti.

 

SFX: kreeeek… kreeek… (bunyi langkah samar mengikuti).

Adam menoleh cepat. Tak ada siapa-siapa. Namun, kamera POV Adam memperlihatkan sekilas bayangan gadis berambut panjang berdiri di bawah pohon beringin tua, lalu menghilang.

 

CUT TO

 

39. INT. PERPUSTAKAAN KAMPUS – HAMPIR MAGRIB

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI (22)

Adam masih membuka buku catatannya di pojok ruangan. Sunyi, tinggal beberapa mahasiswa. Dari ujung lorong rak buku, seorang gadis berusia 22 tahun muncul—SUMAWATI, berhijab sederhana, wajah teduh tapi matanya tajam seperti bisa menembus jiwa.

Ia berjalan mendekati Adam.


SUMAWATI (tenang):
Kamu sering keluar masuk… ya?

 

Adam mengangkat kepala, heran.


ADAM:
Apa maksudmu?

 

SUMAWATI:
Meraga sukma. Kau sering melakukannya.

 

Adam terdiam, tubuhnya menegang. Matanya membelalak.


ADAM (berbisik):
Kamu… siapa?

 

SUMAWATI (datar, menatap lurus):
Namaku Sumawati. Aku indigo. Dari dulu aku bisa melihatmu… tapi baru kali ini kita bertemu langsung.

 

Kamera close-up wajah Adam, gelisah. Ia menutup bukunya cepat-cepat.

 

ADAM:
Kamu ngawur. Jangan asal bicara.

 

Tiba-tiba, lampu perpustakaan berkedip. Rak buku bergetar. Dari sela-sela rak, tampak bayangan hitam bermata merah mengintip sekejap.

 

Sumawati menoleh, wajahnya tetap tenang.


SUMAWATI (lirih, ke Adam):
Dia sudah menempelimu.

 

Adam pucat. Nafasnya tercekat.


ADAM (gemetar):
A-apa maksudmu?

 

SUMAWATI:
Makhluk itu. Penunggu kabut. Kau sudah dipanggilnya… kalau kau terus masuk ke alam itu, suatu saat kau tidak akan bisa pulang.

 

CUT TO

 

40. EXT. HALAMAN PERPUSTAKAAN – MALAM

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Adam dan Sumawati berjalan keluar. Suasana kampus sudah sepi. Angin malam menderu.

Adam menatap Sumawati, masih bingung tapi juga penasaran.


ADAM:
Kenapa kamu tahu semua ini? Kenapa peduli padaku?

 

Sumawati berhenti berjalan, menatap Adam tajam.


SUMAWATI:
Karena… aku juga bisa. Aku juga bisa meraga sukma. Dan aku tahu, kau sedang menuju sesuatu yang berbahaya.

 

ADAM:
“….” (terdiam, hanya menatap)

 

SUMAWATI (tegas):
Kau butuh aku, Adam. Kalau tidak… kau akan tersesat.

 

Adam menelan ludah, wajahnya pucat bercampur rasa takut dan penasaran.

 

FADE OUT.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)