Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ROGO SUKMO
Suka
Favorit
Bagikan
7. GUA TERLARANG
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

 

61. EXT. DESA – PAGI

Adam berjalan keluar dari rumah, membawa tas di punggungnya.

Kamera mengikuti dari belakang.

Ketika ia melangkah melewati jalan desa, orang-orang menatapnya dengan wajah curiga bercampur takut.

 

Adam menunduk sebentar, lalu menatap lurus ke depan.

Suara langkahnya berpadu dengan suara dentuman halus… seperti pintu besar yang sedang bergetar dari kejauhan.

 

FADE OUT.

Tulisan muncul:

“Akhir adalah awal dari gerbang berikutnya…”

 

62. EXT. DESA – PAGI

PEMAIN : ADAM, WARGA DESA

Kamera melayang di atas desa berkabut. Jalan setapak sepi, hanya suara ayam sesekali berkokok.

Adam berjalan dengan wajah letih, membawa keranjang bambu berisi sayur. Orang-orang desa menatapnya penuh curiga, lalu segera menutup pintu rumah.

 

NARASI ADAM (VO):
Sejak malam itu, semua orang memandangku seolah aku pembawa sial. Mereka takut… atau mungkin mereka benar.
 

Adam menunduk. Suara bisik-bisik terdengar samar.


ORANG DESA (bisik lirih):
Itu anak yang bisa keluar dari tubuhnya… jangan sampai tatap matanya.
Karena dia, banyak arwah gentayangan di desa ini…

 

Adam berjalan makin cepat, pura-pura tak mendengar.

 

CUT TO

 

63. INT. RUMAH ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM, SOSOK MAHLUK

Rumah sederhana itu remang, hanya diterangi lampu minyak. Adam duduk di tikar, membuka kitab peninggalan kakek. Jari-jarinya berhenti pada halaman kosong yang tampak berlumur noda hitam samar.

Tiba-tiba… BRUKK!


Suara benda jatuh dari dapur. Adam menoleh cepat.

Ia berdiri perlahan, melangkah hati-hati.

Dapur gelap. Pintu lemari kayu terbuka sendiri.

Adam menghela nafas.


ADAM (pelan):
Jangan ganggu aku…

 

Namun saat ia berbalik… di sudut ruangan terlihat sosok hitam besar, tubuhnya dipenuhi asap, dengan dua mata merah menyala. Nafasnya berat, seperti hembusan angin neraka.

Sosok itu melangkah maju. Lantai berderit.

Adam terkejut, tubuhnya terpaku.

 

SOSOK (suara menggeram):
Gerbang… belum… selesai…

 

Tiba-tiba sosok itu melompat menerjang Adam.

Adam jatuh terjerembab. Tubuhnya bergetar.

 

Adam Meraga Sukma

Adam cepat memejamkan mata, menarik napas panjang. Tubuhnya terkulai di lantai… sementara arwahnya melayang keluar.

 

CUT TO

 

64. INT. ALAM GAIB – BERKABUT MERAH

PEMAIN : ADAM, LAURA, MAHLUK BESAR, ARWAH

Adam kini berdiri di dunia kabut tebal. Di kejauhan, tampak puluhan arwah berkeliaran dengan wajah kosong. Mereka berbisik-bisik, menatap Adam dengan tatapan haus.

 

Di belakang, sosok hitam bermata merah tadi muncul lagi—kini lebih besar, seakan mengisi seluruh langit.

Mulutnya membuka lebar, terdengar jeritan ribuan suara manusia sekaligus.

 

ARWAH-ARWAH (serentak):
Kembalikan jiwa… buka gerbang…

 

Adam menutup telinganya, berlari, tapi kabut seakan menelan langkahnya.


Tiba-tiba dari balik kabut, muncul sosok anak kecil berambut pirang—Laura.

Wajahnya pucat, matanya kosong. Ia tersenyum manis, tapi senyum itu terasa dingin.

 

LAURA (dengan suara bergema):
Kamu tak bisa lari, Adam… kita akan bermain lagi… jauh lebih jauh…

 

Adam terhenti, tubuhnya gemetar. Adam terbangun

 

65. INT. RUMAH ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM

Adam mendadak terbangun, terengah-engah. Tubuhnya basah oleh keringat.

Ia melihat sekeliling—rumahnya sunyi.

 

Tapi di dinding kayu, terlihat bekas cakaran hitam panjang—bukti nyata bahwa yang ia alami bukan sekadar mimpi.

Adam terdiam. Wajahnya pucat.


Matanya menatap kosong… lalu turun ke kitab kakek yang masih terbuka.


Tulisan samar di sana kini jelas terbaca:

“Gerbang kedua telah retak…”

 

CUT TO BLACK.

 

66. INT. RUMAH ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM, KYAI HASAN

Hujan deras mengguyur. Suara petir menyambar. Adam duduk di depan kitab peninggalan kakeknya. Api lampu minyak bergoyang-goyang, seolah takut ikut mendengarkan.

 

Adam membuka halaman demi halaman. Di balik lembaran kertas yang menguning, ia menemukan peta kuno yang terselip. Peta itu menunjukkan tanda berbentuk lingkaran hitam—tepat di sebuah lokasi hutan tua yang dikenal warga sebagai Gua Jepang.

Adam menghela napas.


ADAM (gumam):
Gerbang kedua… ada di sana…

 

Tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu. DUG! DUG! DUG!


Adam terlonjak. Ia mendekat perlahan. Saat pintu dibuka… berdiri seorang pria tua berjubah putih—Kyai Hasan, orang yang dulu pernah menolong Adam kecil.

 

KYAI HASAN (dengan suara berat):
Adam… waktumu sudah datang lagi.
 

CUT TO

 

67. INT. RUMAH ADAM – LATER

PEMAIN : ADAM, KYAI HASAN

Kyai Hasan duduk bersila, menatap kitab itu dengan serius.



KYAI HASAN:
Gerbang pertama sudah kau kunci. Tapi kau membuka jalan bagi gerbang lain. Gerbang kedua… mulai retak.
Adam terdiam, wajahnya pucat.


ADAM:
Kenapa harus aku? Kenapa bukan orang lain?

 

Kyai menatapnya tajam, matanya seakan berkilat.


KYAI HASAN:
Karena darahmu. Ilmu kakekmu mengalir dalam dirimu. Kau penjaga terakhir. Kalau kau lari, desa ini… mungkin dunia ini… akan hancur.

 

Adam tertunduk. Saat itu, suara bisikan terdengar samar dari sudut ruangan.


BISIKAN GAIB (samar):
Buka… buka gerbang…

 

Lampu minyak bergetar, api hampir padam. Adam mendongak. Kyai Hasan memejamkan mata, membaca doa pelan, hingga bisikan itu menghilang.

 

CUT TO

 

68. EXT. KAWASAN DESA – PAGI BERKABUT

PEMAIN : ADAM, NADIA

Adam berjalan ke arah hutan dengan membawa peta. Ia berhenti ketika melihat seorang perempuan muda—Nadia—sedang memotret reruntuhan tua.

 

Nadia mengenakan jaket tebal, kamera tergantung di leher. Ia menatap Adam curiga.

NADIA:
Kamu… Adam, kan? Orang yang katanya bisa keluar dari tubuh?

 

Adam terdiam, menatapnya dengan dingin.


ADAM:
Jangan dekat-dekat aku.

 

Nadia tersenyum sinis.


NADIA:
Aku wartawan. Banyak orang hilang di gua itu. Aku mau tahu kebenarannya. Kalau memang benar kamu bisa meraga sukma… mungkin kamu bisa menunjukkan apa yang orang lain nggak bisa lihat.

 

Adam berbalik hendak pergi, tapi Nadia menambahkan:


NADIA:
Kamu juga mau tahu kan… siapa yang benar-benar ada di balik gerbang itu?

 

Adam berhenti. Tatapannya gelap.

 

CUT TO

 

69. EXT. GUA JEPANG – SORE

PEMAIN : ADAM, NADIA, TENTARA JEPANG

Adam dan Nadia tiba di mulut gua yang gelap. Kabut tipis keluar dari dalam, seolah gua itu bernafas. Suara gemerisik terdengar, seperti langkah kaki tentara.

 

Nadia menyalakan senter. Cahayanya menyinari dinding gua—terlihat bekas goresan kuku berdarah di batu, dan tulisan Jepang samar-samar.

 

Tiba-tiba suara teriakan pria menggema dari dalam gua, diikuti suara tembakan senapan kuno.

Nadia terlonjak, menutup telinganya.


NADIA:
Apa itu?! Suara… tentara?

 

Adam menutup mata, wajahnya pucat.

 


ADAM
Itu arwah mereka. Mereka tidak pernah pergi dari sini…

 

Saat itu, sosok tentara Jepang dengan seragam compang-camping, wajah hancur berlumuran darah, muncul di ujung lorong. Matanya kosong. Tangannya memegang senapan, menodong ke arah Adam dan Nadia.

 

TENTARA JEPANG (suara serak):
Doushite… ore wa… koko ni…? (Kenapa… aku masih di sini…?)

 

Nadia menjerit. Adam menarik tangannya, berlari ke luar gua. Tapi sebelum mereka keluar… suara tawa anak kecil terdengar dari dalam kegelapan.

 

SUARA LAURA (bergema):
Ayo, Adam… buka gerbang kedua. Aku sudah menunggumu…

 

Adam berhenti, wajahnya membeku ketakutan.

 

CUT TO

 

70. EXT. MULUT GUA – SENJA

PEMAIN : ADAM, NADIA

Adam dan Nadia keluar terengah-engah. Matahari hampir tenggelam.


Nadia menatap Adam dengan serius.


NADIA:
Kamu harus jujur. Apa yang sebenarnya ada di dalam gua itu?

 

Adam menatap ke arah gua yang masih diselimuti kabut.

Wajahnya tegang, penuh bayangan horor.


ADAM:
Itu… gerbang kedua. Dan kalau aku gagal… kita semua mati.
 

CUT TO BLACK.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)