Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ROGO SUKMO
Suka
Favorit
Bagikan
6. GERBANG KETUJUH
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

 

61. INT. GUBUK – MALAM

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI, MAHLUK HITAM

Sumawati mulai membaca doa dan mantra. Lilin bergoyang meski tidak ada angin. Tanah bergetar.


Tiba-tiba, dinding gubuk seakan sobek, terbuka menjadi celah hitam.

 

Dari dalamnya terdengar jeritan ribuan roh.

Makhluk hitam muncul perlahan, tubuhnya lebih besar, sayap sobek-sobek keluar dari punggungnya.

 

MAKHLUK HITAM (suara menggema):
Adam! Darahmu… milikku!

 

Makhluk hitam menubruk lingkaran rajah, tapi cahaya dari rajah memantul, menahan serangannya.

Adam menggigil, tapi Sumawati menjerit:

 

SUMAWATI:
Fokus, Dam! Kendalikan sukma-mu! Jangan biarkan dia masuk!

 

Adam memejamkan mata, arwahnya keluar dari tubuh. Kini Adam berwujud cahaya, berhadapan langsung dengan makhluk hitam di dunia gaib.

 

CUT TO

 

62. INT. DIMENSI GAIB – BENTENG RERUNTUHAN

PEMAIN : ADAM, MAHLUK HITAM

Adam melayang, dikejar sayap hitam yang berusaha melilitnya.

Ia hampir kalah, tapi suara kakeknya bergema:

 

SUARA KAKEK:
Adam… ingat. Ilmu ini bukan untuk berkuasa. Ilmu ini untuk menjaga. Jadilah penjaga, cucuku!

 

Adam berteriak, cahaya dari tubuhnya makin terang, memecahkan sayap hitam itu.

 

CUT TO

 

63. INT. GUBUK – MALAM

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Di dunia nyata, Sumawati tiba-tiba kerasukan. Makhluk hitam mencoba masuk lewat tubuhnya.

Ia gemetar, darah keluar dari hidungnya.

 

SUMAWATI (menangis, lirih):
Adam… selesaikan ini… meski aku harus hilang…

 

Dengan sisa tenaga, ia merapal doa terakhir, membuat cahaya lingkaran rajah semakin kuat.

 

CUT TO

 

64. INT. DUNIA GAIB – BENTENG

Adam melihat tubuh Sumawati di dunia nyata mulai melemah.

Ia menjerit marah, lalu menghimpun seluruh tenaga. Tubuhnya berubah menjadi cahaya murni.

 

ADAM (berteriak):
Pergi kau!!!

 

Adam menabrak tubuh makhluk hitam.

Ledakan cahaya besar terjadi.

Makhluk hitam meraung, tubuhnya hancur perlahan, terhisap kembali ke dalam pintu gaib.

 

CUT TO

 

65. INT. GUBUK – SUBUH

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Pintu gaib menutup dengan suara dentuman keras.

Adam terbangun, tubuhnya lunglai, wajahnya penuh air mata.

Di sampingnya, Sumawati terbaring lemah, nafasnya tersengal.

Adam menggenggam tangannya.

 

ADAM (parau):
Kau selamat… kan?

 

Sumawati tersenyum samar.

SUMAWATI (lirih):
Adam… kau sekarang penjaga gerbang itu. Jaga dunia ini… jangan ulangi kesalahan kakekmu.

 

Mata Sumawati perlahan tertutup.

Adam berteriak histeris, memeluk tubuhnya.

 

CUT TO

 

66. EXT. DESA – PAGI

PEMAIN : ADAM,

Matahari terbit. Desa kembali tenang, tapi wajah Adam muram.

Ia berdiri di bawah pohon beringin, menatap langit.

 

SUARA NARASI ADAM:
Aku pikir ilmu ini hanya permainan. Tapi sekarang… aku tahu. Ini adalah beban. Sebuah warisan… sekaligus kutukan.

 

Kamera menjauh, memperlihatkan Adam berdiri sendirian, dengan bayangan tubuhnya yang memanjang.

Sekilas, mata merah muncul di bayangannya, lalu menghilang.

 

FADE OUT.

 

67. EXT. PEMAKAMAN DESA – SIANG

PEMAIN : ADAM, IBU DESA, WARGA

Langit mendung. Adam berdiri di samping liang lahat, memandang jenazah Sumawati yang sedang dimakamkan.

Tangannya gemetar, wajahnya penuh luka batin.

 

Para warga berbisik-bisik, beberapa melirik Adam dengan takut.


Seorang ibu desa berucap lirih:


IBU DESA:
Sejak anak itu ada, desa ini banyak diganggu… jangan-jangan…

 

Adam mendengar, tapi diam. Matanya menatap kosong pada nisan Sumawati.

 

CUT TO

 

68. INT. KAMAR ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM

Adam membuka buku catatan kakek sekali lagi.

Tiba-tiba ia menemukan halaman terakhir yang sebelumnya kosong. Kini terisi tulisan samar:

 

“Gerbang yang kau tutup… hanyalah satu dari tujuh. Kau adalah penjaga, Adam. Dan mereka akan mencarimu.”

 

Adam terkejut, wajahnya pucat.

 

CUT TO

 

69. EXT. DESA – MALAM

PEMAIN : ADAM, LAURA

Adam berjalan pulang melewati jalan setapak.

Angin bertiup kencang, dedaunan berputar. Tiba-tiba ia mendengar suara anak kecil tertawa di kejauhan.

Adam menoleh.


Di bawah pohon beringin, tampak bayangan anak kecil berambut pirang—Laura, teman kecil gaibnya dulu.


Tapi kini wajahnya berubah pucat, matanya kosong.

 

LAURA (dengan suara bergema):
Main lagi, Adam… main jauh-jauh…

 

Bayangan itu menghilang. Adam membeku, jantungnya berdentum keras.

 

CUT TO

 

70. INT. RUMAH ADAM – SUBUH

PEMAIN : ADAM

Adam duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela.

Wajahnya tampak letih, tapi matanya berbeda: kini ada ketegasan.

 

NARASI ADAM:
Dulu aku hanya bocah yang suka bermain di alam gaib. Sekarang aku tahu… aku bukan pemain. Aku penjaga.
 

Ia menutup buku kakek dengan keras, lalu memasukkannya ke dalam tas kecil.

 

CUT TO

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)