Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
61. INT. GUBUK – MALAM
PEMAIN : ADAM, SUMAWATI, MAHLUK HITAM
Sumawati mulai membaca doa dan mantra. Lilin bergoyang meski tidak ada angin. Tanah bergetar.
Tiba-tiba, dinding gubuk seakan sobek, terbuka menjadi celah hitam.
Dari dalamnya terdengar jeritan ribuan roh.
Makhluk hitam muncul perlahan, tubuhnya lebih besar, sayap sobek-sobek keluar dari punggungnya.
Makhluk hitam menubruk lingkaran rajah, tapi cahaya dari rajah memantul, menahan serangannya.
Adam menggigil, tapi Sumawati menjerit:
Adam memejamkan mata, arwahnya keluar dari tubuh. Kini Adam berwujud cahaya, berhadapan langsung dengan makhluk hitam di dunia gaib.
CUT TO
62. INT. DIMENSI GAIB – BENTENG RERUNTUHAN
PEMAIN : ADAM, MAHLUK HITAM
Adam melayang, dikejar sayap hitam yang berusaha melilitnya.
Ia hampir kalah, tapi suara kakeknya bergema:
Adam berteriak, cahaya dari tubuhnya makin terang, memecahkan sayap hitam itu.
CUT TO
63. INT. GUBUK – MALAM
PEMAIN : ADAM, SUMAWATI
Di dunia nyata, Sumawati tiba-tiba kerasukan. Makhluk hitam mencoba masuk lewat tubuhnya.
Ia gemetar, darah keluar dari hidungnya.
Dengan sisa tenaga, ia merapal doa terakhir, membuat cahaya lingkaran rajah semakin kuat.
CUT TO
64. INT. DUNIA GAIB – BENTENG
Adam melihat tubuh Sumawati di dunia nyata mulai melemah.
Ia menjerit marah, lalu menghimpun seluruh tenaga. Tubuhnya berubah menjadi cahaya murni.
Adam menabrak tubuh makhluk hitam.
Ledakan cahaya besar terjadi.
Makhluk hitam meraung, tubuhnya hancur perlahan, terhisap kembali ke dalam pintu gaib.
CUT TO
65. INT. GUBUK – SUBUH
PEMAIN : ADAM, SUMAWATI
Pintu gaib menutup dengan suara dentuman keras.
Adam terbangun, tubuhnya lunglai, wajahnya penuh air mata.
Di sampingnya, Sumawati terbaring lemah, nafasnya tersengal.
Adam menggenggam tangannya.
Sumawati tersenyum samar.
Mata Sumawati perlahan tertutup.
Adam berteriak histeris, memeluk tubuhnya.
CUT TO
66. EXT. DESA – PAGI
PEMAIN : ADAM,
Matahari terbit. Desa kembali tenang, tapi wajah Adam muram.
Ia berdiri di bawah pohon beringin, menatap langit.
Kamera menjauh, memperlihatkan Adam berdiri sendirian, dengan bayangan tubuhnya yang memanjang.
Sekilas, mata merah muncul di bayangannya, lalu menghilang.
FADE OUT.
67. EXT. PEMAKAMAN DESA – SIANG
PEMAIN : ADAM, IBU DESA, WARGA
Langit mendung. Adam berdiri di samping liang lahat, memandang jenazah Sumawati yang sedang dimakamkan.
Tangannya gemetar, wajahnya penuh luka batin.
Para warga berbisik-bisik, beberapa melirik Adam dengan takut.
Seorang ibu desa berucap lirih:
Adam mendengar, tapi diam. Matanya menatap kosong pada nisan Sumawati.
CUT TO
68. INT. KAMAR ADAM – MALAM
PEMAIN : ADAM
Adam membuka buku catatan kakek sekali lagi.
Tiba-tiba ia menemukan halaman terakhir yang sebelumnya kosong. Kini terisi tulisan samar:
Adam terkejut, wajahnya pucat.
CUT TO
69. EXT. DESA – MALAM
PEMAIN : ADAM, LAURA
Adam berjalan pulang melewati jalan setapak.
Angin bertiup kencang, dedaunan berputar. Tiba-tiba ia mendengar suara anak kecil tertawa di kejauhan.
Adam menoleh.
Di bawah pohon beringin, tampak bayangan anak kecil berambut pirang—Laura, teman kecil gaibnya dulu.
Tapi kini wajahnya berubah pucat, matanya kosong.
Bayangan itu menghilang. Adam membeku, jantungnya berdentum keras.
CUT TO
70. INT. RUMAH ADAM – SUBUH
PEMAIN : ADAM
Adam duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela.
Wajahnya tampak letih, tapi matanya berbeda: kini ada ketegasan.
Ia menutup buku kakek dengan keras, lalu memasukkannya ke dalam tas kecil.
CUT TO