Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ROGO SUKMO
Suka
Favorit
Bagikan
4. MAHLUK MENGERIKAN
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

 

41. INT. RUMAH KOSONG – MALAM

PEMAIN : ADAM, SUMAWAI

Rumah tua di pinggir kampung. Dinding berlumut, atap bocor. Angin malam berdesir, suara daun bambu bergesekan “kreeeek kreeeek”.

Adam dan Sumawati duduk bersila berhadapan, hanya diterangi lampu minyak.

Di antara mereka, segelas air putih dan dupa yang menyala tipis.

SUMAWATI (serius):
Kalau kamu ingin selamat, kamu harus belajar mengendalikan jalan masuk dan keluar. Jangan biarkan rohmu berkeliaran sembarangan.

Adam menelan ludah, wajahnya tegang.

ADAM:
Kamu yakin kita harus melakukannya sekarang?

 

SUMAWATI:
Kalau tidak, makhluk itu akan datang sendiri. Percayalah, lebih baik kita menemuinya dengan cara kita… daripada dia yang menjemputmu.

 Sumawati menutup mata, bibirnya komat-kamit membaca doa. Adam mengikuti.

 Lilin tiba-tiba bergetar. Bayangan di dinding bergerak sendiri.

Kamera close-up wajah Adam: matanya perlahan terpejam. Nafasnya semakin berat.

 SFX: Duum… duum… duum… suara jantung berdetak makin keras.

Tiba-tiba— WHOOSH!

Tubuh mereka berdua mendadak lemas, kepala terkulai.

 CUT TO

 

42. INT. ALAM GAIB – HUTAN KABUT

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Adam dan Sumawati kini berdiri di jalan setapak berbatu. Kabut tebal menggantung, suara lolongan panjang terdengar jauh di dalam kegelapan.

Adam menoleh ke sekeliling, panik.

ADAM (cemas):
Kita… benar-benar di sini?


SUMAWATI (tenang):
Jangan takut. Selama kita bersama, aku bisa menarikmu kembali.

 

Tiba-tiba suara langkah berat “dumm… dumm… dumm…” menggema.

Dari balik kabut, sosok bayangan raksasa bergerak mendekat.

Adam mundur, wajahnya pucat.


ADAM:
Dia… dia yang mengejarku waktu itu…

 

Makhluk hitam bermata merah muncul—lebih besar dari sebelumnya. Bola matanya menyala, sorotnya membakar kabut.

 

SUMAWATI (cepat, menahan tangan Adam):
Jangan tatap matanya! Dia akan membawamu pergi!

 

CUT TO

 

43. INT. ALAM GAIB – JALAN BERBATU

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Makhluk itu meraung, suaranya menggema hingga tanah bergetar. Dari tanah, tangan-tangan hitam muncul, meraih kaki Adam.

 

ADAM (menjerit):
Sumawati! Aku… aku nggak bisa gerak!

 

Sumawati merapatkan kedua tangannya, membaca doa keras-keras. Tubuhnya memancarkan cahaya samar.


Tangan-tangan hitam terbakar dan lenyap.

Makhluk itu meraung semakin marah, lalu menghempaskan kabut ke arah mereka.

 

SFX: WHOOOOOSH!!!

Adam dan Sumawati terpental.

 

CUT TO

 

44. INT. RUMAH KOSONG – MALAM

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Keduanya terbangun dengan teriakan keras. Tubuh Adam berkeringat deras, wajah pucat pasi.

Lampu minyak padam, ruangan dingin seperti kulkas.

Sumawati memegang dada Adam, menatapnya tajam.


SUMAWATI (tegas):
Kamu lihat kan? Itu bukan mimpi. Dia sudah mengincarmu.

 

Adam terengah, matanya masih kosong, suara kakeknya terngiang di telinga:


Jangan percaya siapa pun… bahkan temanmu sekalipun.

 

Adam menatap Sumawati, ragu dan takut bercampur.

 

FADE OUT.

 

45. INT. KAMAR ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM

Adam berbaring, tubuhnya lelah. Di meja, buku catatan kakeknya terbuka, tulisan aksara Jawa kuno samar terbaca.

Tiba-tiba…


Suara bisikan lirih terdengar dari arah buku:

Kembalilah… kami menunggumu…

 

Adam terperanjat, menutup buku. Lampu kamar berkedip. Bayangan di dinding berubah wujud menjadi makhluk hitam bermata merah.

 

Adam memejamkan mata, tubuhnya bergetar. Saat ia buka mata, ia sudah berada di alam gaib—tanpa ia sadari meraga sukma.

 

CUT TO

 

46. INT. ALAM GAIB – HUTAN RUNTUH

PEMAIN : ADAM, ROBERT, LAURA

Adam berjalan sendirian. Langkahnya berat, tanah seperti menarik kakinya. Dari kabut, muncul wajah-wajah pucat: anak-anak Belanda, tentara, wanita bergaun putih—semua arwah penasaran.

 

Di antara mereka, Robert dan Laura (teman masa kecil gaib Adam) muncul.


ROBERT (lirih):
Kenapa kau lama sekali? Kami merindukanmu.


LAURA (mendekat):
Jangan pulang, Adam. Tinggallah bersama kami…

 

Adam bimbang, hampir menyentuh tangan Laura—namun tiba-tiba wajah Laura berubah mengerikan, matanya kosong penuh darah.

 

SFX: BRAAAAK!

Makhluk hitam muncul, melangkah mendekat. Tanah bergetar.

 

CUT TO

 

47. INT. KAMAR ADAM – REALITAS

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Tubuh Adam tergeletak, kaku. Nafasnya nyaris hilang.

Sumawati menerobos masuk ke kamar (dengan bantuan ibunya Adam). Ia segera duduk di samping Adam, membaca doa sambil memegang kepala Adam.

 

SUMAWATI (berbisik):
Adam… dengarkan suaraku. Ikuti aku… keluar dari sana…

 

CUT TO

 

48. INT. ALAM GAIB – HUTAN

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Suara Sumawati menggema di sekitar Adam. Ia melihat cahaya samar terbuka di ujung jalan setapak.

 

Adam berlari, tapi makhluk hitam berusaha menghalangi. Tangannya panjang seperti akar pohon, mencoba meraih tubuh Adam.

 

Tiba-tiba, cahaya semakin terang—dan tangan Sumawati muncul dari dalam cahaya, menggapai Adam.

 

SUMAWATI (suara menggema):
Adam! Pegang tanganku!!
 

Adam meraih tangan itu. Sekejap sebelum makhluk hitam menubruk, Adam tersedot masuk ke cahaya.

 

CUT TO

 

49. INT. KAMAR ADAM – SUBUH

PEMAIN : ADAM, SUMAWATI

Adam tersentak bangun, berkeringat. Nafasnya berat. Sumawati masih di sampingnya, wajahnya letih.

 

SUMAWATI (tegas):
Sekarang kau tahu… dia tidak akan berhenti mengejarmu. Kau harus pilih, Adam: kendalikan ilmu ini… atau kau akan binasa.

 

Adam menunduk, wajahnya penuh ketakutan. Tapi di balik itu ada rasa bersalah—dan rasa penasaran.

 

ADAM (pelan):
Kalau begitu… ajari aku.

 

Kamera close-up wajah Sumawati. Ia tahu, sejak saat itu, mereka berdua akan terikat dalam permainan berbahaya antara dunia nyata dan gaib

 

FADE OUT.

 

50. INT. KAMAR ADAM – MALAM

PEMAIN : ADAM, LAURA, MAHLUK MATA MERAH

Adam tidur gelisah. Tubuhnya menggeliat, nafasnya berat.

Lampu tiba-tiba padam. Suara bisikan semakin jelas:

“Kembali… ini rumahmu…”

 

Adam membuka mata, dan ia sudah berdiri di dunia gaib—kali ini di sebuah reruntuhan benteng kuno.

 

Arwah-arwah berkerumun di sekelilingnya, menatap kosong. Di antara mereka, Robert dan Laura muncul lagi.

 

LAURA (tersenyum pucat):
Kami sudah menunggumu, Adam. Jangan tinggalkan kami lagi.

 

Adam mencoba mundur, tapi tanah di belakangnya runtuh—seperti jurang tak berdasar.

 

Tiba-tiba, makhluk hitam bermata merah muncul di balik benteng, tubuhnya lebih besar dari sebelumnya. Ia membuka mulutnya, mengeluarkan suara raungan panjang seperti ribuan jeritan.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)