Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
RASA
Suka
Favorit
Bagikan
22. Chapter XXII
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

109. EXT. GEDUNG AMARTA DIGITAL AGENCY – ROOFTOP AMARTA DIGITAL AGENCY – DAY

(Renjana)

Renjana memandang gedung-gedung bertingkat di hadapannya dengan tatapan lemah. Berkali-kali ia menghela napas untuk mencoba menenangkan diri sendiri.

VO PAPA RENJANA

    Papa gamau tau Renjana! Kamu harus jadi dokter!

VO MAMA RENJANA

Kenapa sih kamu harus maksain di periklanan itu? Kamu aja belom tentu bisa disana!

VO PAPA RENJANA   

Kamu malu-maluin Papa, Renjana! Untuk apa kamu masuk IPA waktu SMA kalo bukan jadi dokter? Tau apa kamu soal passion?

VO MAMA RENJANA

Emang kamu bisa menjamin dengan ngikutin passion dan hobi kamu itu, kamu bisa sukses seperti papa kamu? Kamu itu gak usah sok tau, Na!

Suara papa dan mamanya terputar berulang-ulang di ingatan Renjana. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata yang semakin lama semakin deras tangisannya.

Renjana

Aduh bodoh banget sih gue! Kenapa gue gak ikutin kata papa mama aja, kenapa gue sok sok an ngikutin passion gue.

 

110. INT. GEDUNG AMARTA DIGITAL AGENCY – RUANG CREATIVE DEPARTMENT – DAY

(Bagas, Grace, Dhea, Sandra)

Bagas menghampiri meja kerja Renjana.

Bagas

Na, soal design di billboard-

Bagas menyadari kalau Renjana tidak ada di mejanya.

Bagas

Loh? Renjana kemana?

Grace

Eh iya. Kemana dia?

Dhea

Tadi sih terakhir setau gue dia mau ke toilet, mules kali.

Bagas

Lama amat mulesnya.

Sandra

Udah tungguin aja, ntar juga balik lagi.

Bagas mengangguk lalu kembali ke meja kerjanya.

 

111. INT. GEDUNG AMARTA DIGITAL AGENCY – RUANG KERJA KARSA – DAY

(Karsa)

Di sisi lain, Karsa melihat perbincangan mereka tadi meskipun tanpa suara. Karsa lalu juga ikut menyadari bahwa Renjana tidak ada di mejanya, ia menopang dagu memandangi meja kerja Renjana yang kosong.

 

112. EXT. GEDUNG AMARTA DIGITAL AGENCY – ROOFTOP AMARTA DIGITAL AGENCY – DAY

(Karsa, Renjana)

Karsa membuka pintu menuju rooftop kantor setelah menaiki banyak anak tangga sebelumnya, dan menemukan Renjana sedang terduduk sendirian di kursi kayu sambil menunduk. Karsa menghampiri Renjana, belum menyadari ia sedang menangis.

Karsa

Renjana

Renjana menoleh dan terkejut melihat Karsa berada tidak jauh darinya. Ia dengan cepat menyeka air matanya.

Renjana

Eh Pak Karsa. Ada apa pak? Kok di sini?

Karsa tertegun sejenak, baru menyadari Renjana menangis.

Karsa

Saya udah cari kamu kemana-mana, ternyata di sini. Itu, Bagas mau bahas soal design billboard.

Renjana

Oh baik pak saya akan segera ke bawah.

Renjana sudah bersiap-siap bangkit dari duduknya.

Karsa

Tapi gapapa kalo mau di sini dulu.

Renjana menatap Karsa bingung, namun mengurungkan niatnya untuk bangkit dari duduknya.

Karsa

Kenapa nangis?

Renjana tidak langsung menjawab.

Renjana

Gapapa kok, pak.

Karsa

Serius?

Renjana menghela napas.

Renjana

Gapapa pak. Saya cuman ngerasa kecewa aja.

Karsa menunggu kelanjutan dari Renjana.

Renjana

Kesalahan di project Binokular bener-bener kayak nampar saya, pak. Saya ngerasa gak berguna karena nggak bisa ngerjain tugas saya dengan baik. Apalagi ini project pertama saya pak.

Karsa

Kenapa harus nangis? Ini kan project bareng.

Renjana menyerit kening.

Renjana

Karena saya kecewa sama diri sendiri, pak. Saya marah sama diri sendiri. Kenapa saya bisa ngelakuin kesalahan itu juga. Kenapa saya gak teliti juga sebelumnya.

Karsa

Kan gak perlu nangis, Na.

Renjana

Tapi kan itu wajar pak. Nangis ketika ngerasa marah, kecewa, dan sedih. Kan manusiawi. Bapak emang gak ngerasa gitu?

Karsa terdiam.

Renjana

Malah menurut saya yang gak wajar itu nunjukin perasaan kita ke orang lain.

Karsa

Kenapa gitu?

Renjana

Karena orang gak akan peduli sama apa yang kita rasain, pak. Orang lain ya cuman mau ngeliat sisi terbaik dari kita.

Karsa

Saya peduli.

Renjana tidak menjawab.

Karsa

Jadi kamu nangis karena kecewa dengan kesalahan kita semua?

Renjana

Karena saya jadi mempertanyakan keputusan saya yang milih ngejar hobi saya di dunia advertising dibandingkan jadi dokter sesuai keinginan orang tua saya, pak. Apakah keputusan saya tepat?

Karsa

Kesalahan dan kegagalan kan wajar, Na. Itu kan hidup kamu. Dari pada disesalin mending belajar tanggung jawab aja atas pilihan yang kamu suka. Kesalahan juga masih bisa diperbaiki.

Renjana tertegun, tidak dapat menjawab. Mencerna dan terus memikirkan kata-kata Karsa. Keduanya pun terdiam untuk waktu yang lama, hanya menikmati hembusan angin.

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar