Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
41. INT. KOSAN NADIA. CONTINUES
NADIA
AAAAARGGGH!!!
Nadia terbangun dari tidurnya di atas tempat tidur di kamar kosannya. Tubuhnya gemetaran dan sangat ketakutan. Ternyata tadi itu Cuma mimpi.
Nadia mulai sadar dan memegang lehernya. Dia melihat ke sana kemari. Tidak ada orang di ruangan itu. Nadia menarik napas lega.
CUT TO
42. EXT. JALANAN. PAGI
Nadia tampak sangat gelisah begitu melangkah keluar dari toko sambil menghitung uang. Ekspresinya mumet dan gelisah.
NADIA
Yaah... terpaksa deh aku jual perhiasan...
Nadia memasukkan uang ke dalam tas. Tiba-tiba seorang laki-laki datang mendekati Nadia. Pemuda tampan yang tersenyum kagum begitu melihat Nadia dan penampilannya yang mewah.
Tiba-tiba sebuah bayangan hitam berkelebat. Nadia merasa ada sesuatu yang mengintainya di belakangnya. Nadia menoleh. Tidak ada apa-apa.
Praaaak! Kaki Nadia ditarik sebuah tangan kurus kerempeng mengerikan yang muncul dari dalam tanah. Nadia berteriak histeris. BUILD UP TENSION!
Kemudian Nadia ditarik seseorang.
IKHSAN
Kamu Nadia, kan? Kamu kenapa?
Nadia bingung lihatin pemuda itu. Nadia lihat tangan mengerikan itu sudah menghilang. Hanya terlihat tanah biasa, tidak bekas keluar tangan mengerikan itu dari dalamnya. Nadia menarik napas lega dan memijat keningnya.
IKHSAN
Aku Ikhsan, teman SD kamu dulu. Orang sekampung sama kamu. Anaknya Pak Dewo.
Nadia memandangi pria itu dan mulai ingat.
NADIA
Oh, Ikhsan! Iya sekarang aku ingat.
Nadia tampak ragu, malu buat cerita di situ. Ikhsan masih senyam-senyum perhatikan Nadia, tertarik.
CUT TO
43. INT. FREE SET. SIANG
Nadia mengobrol di sebuah meja dengan Ikhsan (bisa disesuaikan menjadi sebuah tempat tongkrongan sederhana). Suasana tempat itu sunyi, tidak ada orang.
Nadia duduk berhadapan dengan Ikhsan. Selama beberapa saat mereka saling curi pandang malu-malu.
Ikhsan tersenyum semakin tertarik melihat Nadia yang kelihatan pede. Nadia memang terlihat cantik penampilannya, seperti sosialita dengan tas, sepatu, dan pakaian branded.
IKHSAN
Aku udah cerai sama istriku karena dia selingkuh sama supirku sendiri. Gak selamanya harta itu segalanya. Cinta itu buta.
Nadia tertegun. Masih merasa aneh mendengar penjelasan Ikhsan.
NADIA
Sebenarnya aku juga lagi lagi pisah rumah sama suamiku...
Ikhsan mengangguk. Dia lalu menyodorkan makanan ke arah Nadia.
IKHSAN
Makan yuk biar ada tenaga buat move on...
Ikhsan dengan lembut menyuapi Nadia makan. Malu-malu Nadia memakannya.
Nadia dan Ikhsan tampak saling bercanda dan semakin akrab. Nadia tertawa-tawa bahagia.
CUT TO
44. MONTAGE
1. Nadia dan Ikhsan jalan-jalan bersama mengitari jalan. Keduanya tampak bahagia.
2. Ikhsan membelikan Nadia sepatu dan tas baru. Mata Nadia langsung berbinar kesenangan.
3. Nadia masuk ke mobil Ikhsan. Nadia memeluk semua tas belanjaannya riang. Mereka duduk bersebelahan dan saling lempar senyum tertarik.
4. Ikhsan mengajak Nadia masuk ke dalam kosan Nadia. Mereka saling berangkulan mesra.
CUT TO
45. INT. RUMAH ARJUNA. SIANG
Arjuna sedang bersiap di depan cermin besar di rumahnya. Dia memakai pakaian jubah hitam panjang. Di dekatnya ada Bi Darsih membawa nampan berisi bunga.
BI DARSIH
Semua sudah dipersiapkan, Tuan
ARJUNA
Ayo, Bi.
Arjuna melangkah pergi. Bi Darsih mengikuti di belakangnya. Kamera mengikuti langkah Arjuna menyusuri koridor dan masuk ke berhenti di depan pintu yang diberi tanda pita merah.
Arjuna tampak tegang. Dia lalu membuka pintu itu dan mulai masuk.
CUT TO
46. INT. SEBUAH RUANGAN. SIANG
Arjuna masuk ke sebuah ruangan yang di dalamnya penuh patung dan keris. Di tengah ruangan ada semacam altar dengan hiasan kepala kambing besar terpajang di atasnya.
Bi Darsih masuk ke dalam ruangan membawa nampan. Nampan berisi sesajian kemudian dia letakkan di atas altar.
ARJUNA
Uyut... saya datang hari ini menghadap Uyut
Wuuuuz! Seketika angin badai memenuhi ruangan. Benda-benda yang ada di situ berterbangan dan berantakan tak karuan. Arjuna dan Bi Darsih mundur ketakutan.
O.S. SUARA HANTU
Wanita itu.... Wanita itu...
Suara hantu terdengar marah dan menggeram-geram. Arjuna semakin ketakutan. Praaak! Sebuah keris terbang dan menusuk tangan Arjuna. Arjuna meringis kesakitan.
ARJUNA
A-a-ampun Uyut... Saya berjanji akan membawanya kembali...
Suara hantu masih berteriak-teriak marah. Badai semakin kencang mengamuk mengacaukan semua benda. Praaang! Nampan berisi sesajian jatuh berantakan di lantai, seperti tanda penolakan.
O.S. SUARA HANTU
Arjuna... ingat janjimu... janjimu...
Arjuna menangis. Dia ketakutan mengatupkan kedua tangan memohon ke altar. Bi Darsih membantu Arjuna berdiri. Dengan terseok-seok mereka keluar dari ruangan.
Byaaaar! Suara ledakan terdengar bersamaan dengan pintu yang terkunci.
CUT TO