Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
22. EXT. SEBUAH PERKAMPUNGAN — CERAH
Pemain : Lola, Aliando, Alkestis, Para Penduduk
Visual :
Aliando dan Lola dengan mobil terbangnya menuju Kota Shingwa. Dari atas Kota Shingwa berkesan megah dan modern. Dikelilingi danau yang indah dengan bunga-bunga teratai yang mekar sepanjang masa. Ada jalan masuk yang membelah danau menuju Istana Gubernur. Perahu-perahu pesiar tampak berderet di pantai danau. Terdapat banyak arsitektur dan budaya China, mulai dari hiasan, ornamen-ornamen, hingga replica Naga di atap rumah. Namun Kota itu dalam keadaan sepi, Istana Gubernur juga terlihat lengang, tidak ada aktivitas penjagaan para prajurit.
Aliando
Lola
Aliando
Lola
Aliando
Lola
Aliando
(Mengangguk mengerti)
Mobil terbang yang dikendarai akhirnya turun di sebuah desa yang juga nampak sepi. Daerah pertanian yang sangat subur, tapi tak terlihat aktivitas petaninya. Keduanya keluar dari mobil masih mengagumi dan memandangi Kota Shingwa dari kejauhan.
Tiba-tiba keduanya dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis yang memandangi tanpa berkedip. Wajahnya yang tirus bermata sipit terlihat pucat tak berdaya. Tangannya yang kurus megempit seikat kayu bakar.
Aliando
Si Gadis
Aliando
(Mengangguk)
Alkestis
Aliando
Alkestis
(Wajahnya tampak serius)
Aliando
(sambil tersenyum)
Alkestis
Aliando
(Mengeluarkan bola Kristal)
Alkestis
(setelah berpikir beberapa saat)
Aliando
Alkestis
Aliando
(Menoleh pada Lola)
Lola
Aliando
(kembali kearah gadis)
Alkestis
Aliando
Alkestis
Lola
Alkestis
(Mengangguk)
Aliando
Lola
Alkestis
Mereka bertiga berkeliling menuju rumah-rumah penduduk. Terlihat banyak anak-anak kecil menangis, tubuhnya sangat kurus. Jelas sekali kekurangan gizi, ataupun kekurangan makanan. Di sebuah rumah penduduk mereka bertemu pemilik rumah.
Lola
Paman
(Raut muka bersedih)
Aliando
Paman
Lola
Alkestis
(Menunjuk Lola dan Aliando)
Paman
(menunjukkan raut muka gembira)
Lola
Paman
Paman segera pergi ke Balai Pertemuan Desa menabuh genderang. Dalam waktu sebentar warga berdatangan memenuhi Balai Pertemuan. Rata-rata mereka kebingungan, putus asa, dan penuh rasa takut. Pada kesempatan ini Lola dan Aliando tampil ke atas mimbar memberikan semangat.
Lola
Salah satu warga
Salah satu warga yang lain
Lola
(menunjukkan pedang Rudra Chakrin)
Penduduk
(Membalas dengan bersemangat)
Lola
Penduduk
Lola
Penduduk
Lola
Penduduk
(bersemangat)
Seluruh warga sibuk, Tua, muda, laki, perempuan, mencari batu-batu kapur. Dalam waktu singkat terkumpul puluhan karung berisi batu kapur. Kemudian dibawa ke pinggir danau yang melingkari Istana. Warga bersiaga berjajar dengan peralatan masing-masing. Lola dan Aliando dengan senjata rudra chakrin memimpin akan penyerangan.
Alkestis
(memberi isyarat pada Lola dan Aliando)
Lola
(Mengangguk lalu memberikan aba-aba)
Lola
(mengeluarkan senjata Rudra Chakrinmengarahkan pada seluruh warga)
Seluruh warga
(Bersemangat)
Penyerangan pun dimulai, Lola memuntahkan amunisi rudra chakrin yang Berupa energy plasma hydrogen raksasa sebesar 380 milyar MW. Tembakan langsung menembus kedalaman danau yang menyebabkan permukaan air terguncang hebat. Terjadilah pemandangan maha dahsyat. Para gigant terpental bersama gelombang air, lalu jatuh berserakan di tanah dan langsung lenyap.
Para gigant yang selamat berusaha keluar dari dalam air. Gerombolan para gigant itu menyembul ke atas permukaan air. Warga yang telah bersiap di pinggir danau segera menyerangnya. Melemparkan batu-batu kapur dengan peralatan yang telah disiapkan. Wajah-wajah gigant yang seram itu tak berdaya menghadapi serangan penduduk. Para gigant yang terkena batu kapurlangsung lenyap ke dasar air.
Ratu Meliai muncul dari pusat danau meloncat terbang bersama para gigant pengawal dan mendarat di tepian danau. Ratu Meilai yang cantik ini terlihat sangat marah, tiba-tiba dia merubah penampilannya menjadi mengerikan.Kepalanya berambut ular-ular kecildengan Sorot mata yang menakutkan. Tangannya memegang senjata tongkat berkepala tengkorak.
Para pengawalnya langsung menyerang warga yang ada disekitarnya. Aliando pun turun tangan melawan para pengawal itu. Sementara Ratu Meilai dengan Ujung tongkat mautnya bergerak cepat menyerang Lola. Warga menyaksikan pertarungan seru itu dengan turut melemparkan batu-batu kapur kearah Ratu Meilai dan para pengawalnya.Ratu Meilai dan pengawalnya berusaha menangkis dan menghindarinya. Efek energy batu kapur yang ditimbulkan rupanya sangat dahsyat. Para pengawal kewalahan, satu persatutubuhnya meledak dan lenyap sirna tak berbekas.
Perhatian Ratu Meilai terbelah,antara bertarung melawan Lola dan menangkis batu-batu kapur dengan tongkatnya. Karena serangan datang bertubi-tubi, Ratu Meilai terdesak. Dia memutar balik berlari sambil meloncat ke udara. Namun Lola mengejarnya, sinar cahaya pedang Rudra Chakrin berhasil menghantam tubuh Ratu Meilai dan… Klaap! Seperti kilat petir menyambar tubuh Ratu Meilai di angkasa.Tubuh Ratu Meilia terlihat melayang di udara mengeluarkan asap tebal hitam. Roh Ratu Meliai keluar dari raganya,Jazadnya jatuh meluncur ke tanah dan lenyap tak berbekas.
Sorak sorai para warga terdengar bergema merayakan kemenangan. Mereka berjalan berramai-ramai mendatangi Lola dan Aliando. Mereka bergembira ternyata bisa mengalahkan Ratu Meilai beserta para Gigantnya.
Setelah itu Aliando, Lola, Alkestis, bersama warga memasuki istana Gubernur. Disepanjang lorong istana ditemukan para prajurit penjaga istana menjadi patung. Rupanya mereka telah tertotok jalan darahnya sehingga tak bisa bergerak. Lola langsung membebaskan para prajurit sehingga kembali siuman. Di dalam Istana mereka bertemu Gubernur Morros yang pasrah karena tak mampu melawan Ratu Meilai.
Kondisi Istana Gubernur Shingwa berangsur-angsur membaik. Para prajurit, para abdi, para nimfa, dan yang lainnya kembali siuman dan beraktifitas lagi. Setelah beberapa saat Lola dan Aliando berpamitan untuk menuju Provinsi Roma.
FADE OUT.
CUT TO.
23. EXT/INT. DI DALAM KAMAR GUBERNUR/HALAMAN ISTANA — TERANG/CERAH
Pemain : Lola, Aliando, Gubernur Tanathos, Panglima Seth, para Figuran.
Visual :
Dari atas tampak sungai Akheiron membelah wilayah Propinsi Roma yang terlihat seperti gambar Atlas. Saat ini hari begitu cerah,pantulan sinar air sungai Akheiron yang sedang pasang berwarna jingga. Halimun tak terlalu tebal dan tak henti-hentinya menghembus awan putih seribu domba. Kota Roma terlihat juga serba modern dan canggih sebagaimana kota-kota lainnya. Lola dan Aliando menurunkan mobil terbangnya langsung menuju Pos Penjagaan Istana Gubernur.
Dengan memperlihatkan Bola Kristal Prajurit penjaga Pos sudah paham. Lola dan Aliando langsung diantar masuk mnuju kamar Gubernur Roma yang sedang sakit.
Lola
Gubernur Roma
(berkeluh kesah)
Lola
Gubernur Roma
Lola
Gubernur Roma
Aliando
Gubernur Roma
Lola
Gubernur Roma
Aliando
Gubernur Roma
Aliando
Gubernur Roma
Aliando
(tersenyum mengangguk)
Gubernur Roma
Lola
Gubernur Roma
Aliando
Lola
Gubernur Roma
Lola
Gubernur Roma
Lola
Gubernur Roma
Gubernur Roma memerintahkan seorang abdi istana mengambil sebuah lampion sebesar bola kaki lalu memberikannya pada Lola.
Lola
(Mengangkat lampion sambil menjelaskan)
Lola segera melakukan ritual ringan, Lampion diletakkan diatas meja. Lalu dioperasionalkan dengan mekanisme khusus sebagai ramalan orakel. Setelah beberapa saat Lampion memunculkan visualisasi gambar hologram. Dimana sinyal berhasil mendeteksi keberadaan Panglima Seth.
Lola mengirim sinyal langsung ke otak Panglima Seth yang terhisap dan terlempar ke alam lain. Dalam keadaan pikiran kosong Panglima Seth mudah dikendalikan. Lola memanggil secara paksa Panglima Seth untuk mengikuti perintah.
Tiba-tiba gambar pada Lampion muncul bergelombang. Rupanya Panglima Seth mengetahui pemanggilan secara telepati berasal dari Istana Gubernur Roma. Lola memprovokasi dengan menantang Panglima Seth Duel satu lawan satu. Terlihat Panglima Seth sangat marah dan mengutuk habis-habisan Gubernur Roma. Dengan mengenakan busana dan atribut seorang Panglima dan Pedang Frostmourne-nya, dia langsung menunggang kuda berpacu menuju Istana Roma.
Ritual selesai
Lola, Aliando, dan lainnya keluar kamar ke depan Istana. Setelah beberapa saat dari jauh terdengar berhembus angin kencang. Diikuti derap langkah kaki kuda menuju istana. Terlihat penunggang kuda memasuki gerbang istana sambil mengacungkan pedang Frostmourne-nya. Semua perhatian mengarah pada penunggang kuda yang datang. Para prajurit bergerak siap siaga menghadang tetapi Lola melarangnya.
Panglima Seth
(membentak menyebut nama Gubernur Roma)
Lola
(meloncat menghadang)
Panglima Seth
(Dengan muka meremehkan)
Lola
Panglima Seth
Lola
Panglima Seth
Lola
Panglima Seth
(terkesiap mendengar ucapan Lola)
Lola
(bibirnya tersungging)
Panglima Seth
(kembali marah)
Lola
(menghunus Rudra Chakrin)
Panglima Seth
(berteriak mengangkat pedangnya tinggi-tinggi sambil meloncat turun dari kudanyaberhadapan dengan Lola)
Panglima Seth mulai menyerang Lola dengan senjata Frostmourne-nya. Sementara Aliando dan para prajurit menyebar membentuk arena tanding. Pedang frostmourne Panglima Seth menyambar dari segala penjuru arah. Lola memperagakan teknik meringankan tubuh dengan sempurna. Menyelinap di antara sinar pedang lawan tanpa menangkisnya. Panglima Seth terkejut, tidak mengira Lola bisa lolos dari gulungan sinar Frostmourne-nya. Untuk yang kesekian Panglima Seth menghentak keras sambil memainkan pedangnya. Seberkas sinar laser meluncur deras ke arah Lola. Kali ini Lola menangkisnya dengan sinar putih rudra chakrinnya. Panglima Seth kembali terkejut, setiap ujung pedangnya berbenturan dengan pedang Lola tangannya selalu tergetar. Namun Panglima Seth yang sudah sangat emosi. Dia terus menyerang dengan memainkan jurus-jurus mematikan.
Dalam strateginya Lola memang hanya menahan jangan sampai Panglima Seth masuk istana. Serangan-serangan Panglima Seth semakin brutal dan tak beraturan arah. Setiap kali serangannya tidak disertai dengan konsentrasi pikiran yang benar. Menyerang secara liar yang hanya menghamburkan tenaga saja. Dia lupa akan sifat-sifat pedang frostmournenya. Tindakannya seperti itu justreru akan membahayakan dirinya sendiri.
Lama kelamaan Panglima Seth tidak mampu mengendalikan senjatanya. Kini malah berbalik Pedang Frostmourne-lah yang mengendalikan. Akibatnya sangat fatal, diaterkena kutukan terseret oleh senjatanya sendiri.Seperti terbawa oleh gelombang angin putting beliung. Tubuh Panglima Seth berputar-putar sebelum akhirnya terhempas ke tanah.
Jazad Panglima Seth sedikit demi sedikit membeku setelah bersentuhan dengan tanah. Senjata frostmournenya terlepas dan jatuh menancap kedalam tanah tak jauh darinya. Terlihat roh jahatnya terlepas dari tubuh Panglima Seth dan terlempar kealam lain. Baju kebesaran seragam Panglima pun ikut lenyap. Jazad Panglima Seth berubah menjadi manusia biasa. Para Prajurit bersorak-sorai merayakan kemenangan.
Namun dengan tiba-tiba muncul pasukan roh-roh jahat menyerbu prajurit-prajurit yang sedang merayakan kemenangan. Serangannya bertubi, bergelombang, ganas, dan mematikan. Sehingga banyak prajurit Roma yang terlena menjadi korban.
Perang terbuka pun terjadi dalam suasana yang mencekam. Kedua belah pihak berusaha saling menjatuhkan lawan-lawannya. Lola dan Aliando dengan senjata Rudra Chakrinnya turut membantu pasukan Roma. Pasukan roh terkejut bukan kepalang melihat kilatan sinar putih dari Rudra Chakrin. Kepercayaan dirinya pun lenyap, mereka tidak mampu menahan serangan itu. Pada akhirnya Pasukan Roh lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Para prajurit Roma akhirnya berhasil mengusir pasukan roh yang mengerikan itu. Setelah beberapa saat Prajurit Roma terdengar kembali merayakan kemenangannya dengan bersorak-sorai. Pertempuran telah berakhir, tak satu pun pasukan roh yang tersisa. SementaraAliando yang berusaha mengambil Pedang frostmourne tak bisa mencabutnya dari tanah.
Lola
Aliando
Lola
Aliando
Lola
DISSOLVE TO.
Dalam waktu bersamaan Gubernur Posid(Hypnos) dan Gubernur Shingwa (Moros) datang di Istana Roma. Terlihat juga anak-anak mereka Morfeus, Ikelos, Fantasos dan Moirai yang saling berpasang-pasangan. Gubernur Roma (Tanathos) mendadak sembuh dari sakitnya. Pertemuan Tiga dewa bersaudara itu membuat suasana haru dan bahagia. Kegembiraan bertambah melihat putra-putrinya kompak, rukun, dan damai. Seluruh penghuni istana mulai dari abdi dalem, para nimfa, para prajurit, para punggawa, semuanya bergembira.
FADE OUT.