Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
66. INT – RESTORAN PUJI - RUANG KERJA PUJI - SIANG
Kita melihat Nana duduk di sofa pojok. Puji dan Bimo duduk berhadapan, terhalang meja kerja Puji. Mereka saling pandang, lalu menatap Nana yang ada di sisi lain ruangan.
Puji menatap Bimo dengan alis bertaut, tangan kanannya memainkan pulpen. Dia menggerak-gerakkan pulpen, menunggu.
Bimo mengambil napas dalam-dalam, lalu menegakkan posisi badannya. Bimo menaikkan kedua tangan di meja, lalu menumpuknya. Dia memandang Puji lekat, pertanda apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang serius.
Puji tahu, Bimo meminta perhatian penuh. Sikap Bimo yang berubah menjadi semi formal, dipahami oleh Puji. Maka, dia pun menegakkan punggung.
Puji menoleh pada Nana yang menunduk diam. Lalu beralih pada Bimo lagi.
Bimo mengusap sudut matanya, lalu berdiri. Dia berjalan menuju pintu keluar, sekilas menatap Nana yang masih menunduk. Bimo menghampiri Nana, lalu mengecup puncak kepala Nana.
DISSOLVE TO:
67. INT – RUMAH PUJI - KAMAR NANA – MALAM
Terdengar suara ketukan pintu. Puji menunggu jawaban dari Nana. Akan tetapi, tidak ada suara apa pun dari dalam. Kemudian Puji perlahan memutar pegaangan pintu, lalu mendorongnya sampai terbuka sempurna.
Nana tiduran sambil memandang kosong ke arah jendela. Puji berjalan mendekat, berdiri mematung di dekat lemari pakaian Nana.
Puji menghela napas, berpikir apa yang harus dikatakannya pada Nana.
Nana masih diam. Dia memejam kuat-kuat, lalu bangun. Nana sekarang duduk, tetapi masih tidak menatap Puji.
Puji duduk di ujung tempat tidur, tidak mendekat di samping Nana.
Tatapan Puji menyipit, tak mengerti apa yang Nana bicarakan. Dia menatap Nana tajam.
Nana menarik selimutnya lagi. Dia berguling menyamping lalu menutup semua bagian tubuhnya sampai kepala. Puji menatap kosong pada Nana yang tenggelam di bawah selimut. Dia berdiri, lalu berjalan ke luar dari kamar. Usai menutup pintu, Puji menyandarkan punggungnya di daun pintu kamar Nana. Matanya berkaca-kaca.
DISSOLVE TO:
68. INT – PENGADILAN NEGERI AGAMA - RUANG SIDANG KEDUA - SIANG
Tampak hakim ketua merapikan kertas-kertas yang sudah dibacakan dari persidangan pertama mediasi. Hakim ketua memandang ke arah Puji selaku penggugat.
Puji gugup, keringat dingin mulai muncul di dahinya. Dia kemudian melirik sekilas pada Bimo.
Puji menatap ke arah Bimo. Dadanya menjadi sesak. Puji hampir menangis, mendengar pernyataan yang diucapkan oleh Bimo.
Hakim ketua menoleh pada panitera yang masih mencatat, keduanya lalu saling mengedip dan mengangguk pelan.
Kita melihat Puji menatap lekat pada Bimo. Bimo mengusap sudut matanya yang basah. Puji pun menangis. Bimo mendongak, sehingga jadi saling pandang dengan Puji.
Nana yang duduk di kursi saksi sesenggukan, terus menunduk.
Tiba-tiba Puji mengangkat tangan.
Panitera kembali membuka catatannya, dan menekan bolpoin agar ujung matanya muncul. Hakim ketua dan panitera menatap heran pada Puji.
DISSOLVE TO:
69. EXT - PENGADILAN NEGERI AGAMA – HALAMAN KANTOR PENGADILAN NEGERI AGAMA - SIANG
Kita melihat Puji dan Bimo berdiri saling berhadapan. Keduanya menangis, mata merah dan bengkak.
Puji berjalan lebih dekat ke depan Bimo. Dia menunduk, lalu mendongak.
Bimo pun diam, wajahnya berbinar senang. Dia tak percaya dengan apa yang didengarnya bahwa Puji mencabut gugatan cerai.
Nana berdiri di belakang Puji. Dia mengusap hidung, lalu kerepotan mengelap pipinya yang basah.
Puji melirik sekilas pada Nana yang ada di belakangnya, lalu berjalan di sebelah kanan Bimo.
Spontan Bimo menarik tangan Puji, memeluknya erat. Keduanya menangis tanpa berkata apa-apa. Nana berhambur memeluk kedua orang tuanya. Mereka bertiga menangis.
DISSOLVE TO:
70. EXT - LUAR GEDUNG SELEKSI - SIANG
Kita melihat Nana turun dari mobil Bimo. Dia buru-buru salim, lalu berlari menuju ruang seleksinya. Dia berhenti terengah-engah ketika berhenti di depan pintu yang masih terbuka.
Dika refleks berdiri, ketika melihat Nana berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum lebar, lalu duduk lagi menghadap komputer di depannya. Sesekali dia masih melirik Nana.
Pengawas bangkit dari duduk, lalu menghampiri Nana.
Dari arah selasar, Puji dan Bimo berhasil mengejar putrinya.
Pengawas seleksi mengambil kertas yang disodorkan oleh Nana, membacanya sekilas lalu memandang tempat kosong di ruangan itu. Ternyata memang ada satu kursi yang tidak berpenghuni, tempatnya ada di pojok ruangan.
Nana mengangguk, lalu berjalan menuju kursinya. Pengawas seleksi lalu menatap Bimo dan Puji yang baru sampai di depan ruangan.
Bimo sadar tengah diperhatikan, maka dia segera menatap balik si pengawas seleksi.
Bimo dan Puji mengangguk paham. Nana menoleh ke arah orang tuanya, tersenyum lebar melihat mereka bersama lagi. Bimo pun memandang Nana. Bimo mengangkat kepalan tangan, tanda menyemangati. Nana mengangguk, tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.
Lalu pintu ditutup oleh pengawas seleksi.
Nana mengatur napas, menarik dalam lalu mengembuskan perlahan sebelum memasang headphone yang telah disediakan.
DISSOLVE TO:
71. INT – PENGADILAN NEGERI AGAMA - RUANG SIDANG - SIANG
Kita melihat Bimo, Puji, Nana, kedua orang tua Bimo duduk di ruangan. Lalu kita melihat hakim ketua dan panitera yang tengah memeriksa lembar-lembar kertas.
Hakim ketua memperhartikan satu per satu pada semua orang, bersiap membacakan putusan.
Puji menangis, menoleh pada Bimo. Bimo pun berkaca-kaca. Ucapan hamdallah terdengar. Palu diketuk dua kali. Bimo pun berdiri, lalu berjalan untuk menyalami hakim ketua dan panitera. Kemudian dia berbalik, menatap Puji yang tersenyum sambil menangis bahagia.
Bimo menghampiri Puji lalu memeluknya. Di belakang mereka, Nana kerepotan mengelap air mata, tapi dia tersenyum bahagia.
Bimo mengurai pelukannya, lalu dia memandang Nana. Bimo pun membuka lengan agar Nana mendekat.
Nana berlari, berhambur memeluk kedua orang tuanya. Bimo menciumi puncak kepala Nana.
DISSOLVE TO:
72. INT – RUMAH PUJI – RUANG KELUARGA RUMAH PUJI - SORE
Terlihat bibi baru menutup pintu, lalu berjalan masuk ke rumah membawa amplop besar. Dia menuju ruang keluarga.
Puji dan Bimo yang tengah duduk sambil mengobrol menoleh ke Arah bibi. Juga Nana dan Vino yang tengah bermain catur di karpet pun menoleh.
Nana langsung berdiri, lalu berlari menuju Bibi. Nana menyambar amplop itu, yang belum sempat diambil alih oleh Bimo.
Nana buru-buru merobeknya, lalu membentangkan isi amplopnya lebar-lebar. Nana memekik kecil, melompat kegirangan. Dia berbalik memandang Puji dan Bimo.
Bimo dan Puji saling pandang, lalu tersenyum. Bibi pun ikut tersenyum.
Bimo merentangkan kedua tangan, lalu dia berdiri. Puji juga ikut berdiri. Keduanya menghampiri Nana.
Vino bangkit dari duduk, berlari menghampiri Nana. Vino menyambar kertas di tangan Nana.
Puji pun ikut memeluk. Tak ketinggalan Vino ikut juga. Nana memeluk pinggang Bimo erat-erat.
FADE TO: BLACK
TAMAT