Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
31. INT – RUMAH NANA – KAMAR NANA – SORE (FLASHBACK)
Terlihat Nana masuk ke kamar. Dia menggantung tasnya di dekat meja rias. Nana lalu berjalan ke arah tempat tidur. Dia duduk di tepi tempat tidur, lalu mengeluarkan kertas yang tadi diberikan oleh Dika.
Nana tersenyum sendiri.
Nana menjatuhkan diri ke tempat tidur, dia telentang lalu meletakkan surat dari Dika di dada. Nana tersenyum lebar, sambil menatap langit-langit kamar.
DISSOLVE TO:
32. EXT – SEKOLAH SMA – PARKIRAN MOTOR SEKOLAH – SIANG (FLASHBACK)
Tampak Dika mau memakai helm. Dari arah kanan, Nana berjalan menghampiri. Nana tiba-tiba mencabut kunci motor matik Dika.
Dika menoleh tajam.
Dika terkejut sampai dahinya berkerut memikirkan maksud Nana.
Nana berbalik, lalu berjalan menjauh dari Dika. Kunci motor Dika masih dibawa oleh Nana.
Dika turun dari motor, melepaskan helm-nya lagi sebelum mengejar Nana.
Dika berhasil mencekal tangan Nana. Nana berhenti di ujung selasar dekat dengan pot-pot kaktus warna putih. Nana berbalik, mulutnya terkatup rapat karena kesal.
Dika melepaskan cekalannya di lengan Nana.
Nana menelan ludah. Dia membuka mulut, tetapi sesaat kemudian mengatupkan bibirnya lagi. Nana menatap Dika lama, bingung harus berkata apa. Spontan Nana melepas tangannya dari genggaman Dika.
Nana tersenyum, lalu menunduk. Dia menggeleng pelan, mendongak lagi, karena benar-benar bingung.
Dika tersenyum, lalu meraih kedua tangan Nana lagi.
Nana tergelak, satu tangannya menutup bibir. Dia kemudian menyodorkan kunci motor Dika.
Dika mengambil kunci motor dari tangan Nana.
Nana berlalu meninggalkan Dika. Dika mengejar Nana yang menuju motor Dika lagi. Dika menyejajari langkah Nana.
Dika berjalan lebih cepat dan lebar dari langkah Nana. Lalu dia menyalip Nana, menghadangnya.
Nana tergelak, begitu pun Dika. Keduanya lalu berjalan bersama menuju motor Dika.
BACK TO:
33. INT – RUMAH NANA - DEPAN KAMAR VINO – PAGI (PRESENT)
Kita melihat Nana di depan kamar Vino. Dia mendekatkan telinga ke daun pintu, mencari suara dari dalam. Alis Nana bertaut, mengendur, lalu bertaut lagi. Tidak terdengar Vino sedang bersiap ke sekolah. Hening di dalam kamar. Nana mengetuk pintu dua kali. Dia menatap pintu sekilas, lalu mengetuk lagi dua kali.
Vino masih bergelung di bawah selimut, hanya kepalanya yang terlihat. Dia menatap ke arah jendela. Vino tetap diam, meski tahu Nana mendekat. Vino melirik Nana sekilas, lalu memandang ke luar jendela lagi. Cuaca pagi itu cerah dan langitnya bersih.
Nana menghampiri Vino, lalu duduk di ujung tempat tidur. Nana menyingkap selimut, mencari telapak kaki Vino. Nana mengusap kaki Vino sebentar, lalu menutup selimut lagi.
Nana mengangguk, meski tatapan Vino masih terpaku pada entah apa di depannya. Nana pun berpaling, mengikuti arah pandang Vino yaitu jendela besar kamar Vino yang tepat menghadap ke dahan pohon di luar samping rumah.
Mereka berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Nana menarik napas dalam, mengembuskannya perlahan.
Nana membalas tatapan Vino, lalu dia tersenyum.
Nana tersenyum, tetapi air matanya mengalir. Vino mendekat, lalu memeluk Nana. Mata Vino pun memerah karena menahan tangis.
Nana menyandarkan kepalanya di bahu Vino, dia menangis.
DISSOLVE TO:
34. INT – RUMAH NANA - DAPUR – SIANG
Kita melihat bibi tengah mengelap-elap piring basah lalu memasukkan ke dalam lemari penyimpanan. Nana turun dari tangga, menghampiri si bibi. Nana berhenti di samping bibi.
Bibi menoleh, memandang Nana sambil masih mencuci piring.
Nana langsung pergi, satu tangannya memegangi tali tas selempang di pundak. Nana tiba-tiba berhenti di dekat pintu utama rumah.
Nana mengambil ponselnya di tas, panggilan tak terjawab dari Bimo. Nana memandangi layar cukup lama, menunggu panggilan lagi. Karena tidak juga ada panggilan selanjutnya, Nana mengetuk ikon panggil.
Nana mendekatkan ponselnya ke telinga, mendengarkan bunyi tut tut tersambung. Akan tetapi, telepon tidak juga diangkat sampai mati sendiri. Nana memandangi ponselnya dengan ekspresi heran. Dia mengulangi lagi, menelepon papanya. Tetap tidak diangkat.
Kita melihat layar ponsel Nana. Dia membuka kotak pesan, lalu mengetik, ‘Ada apa, Pah?’. Centang dua abu-abu.
Nana memasukkan ponselnya ke tas lagi. Lalu buru-buru keluar rumah.
DISSOLVE TO:
35. EXT – RESTORAN PUJI - GARASI RESTORAN PUJI - SIANG
Kita melihat mobil yang membawa Nana masuk ke parkiran resto. Nana melongok dari jendela ketika dia melihat ada mobil warna hitam milik Bimo terparkir di depan resto. Nana mengambil napas dalam. Matanya memerah, hampir menangis.
Nana turun perlahan, pandangannya masih terpaku pada mobil papanya. Nana berdiri diam sebentar di depan mobil Bimo, lalu menoleh ke pintu masuk resto. Nana berpikir sejenak.
Mobil yang membawa Nana menyalakan klakson satu kali sebelum mundur lalu memutar arah menuju jalan raya.
Setelah berdiri diam cukup lama, Nana memutuskan untuk masuk ke resto apa pun risikonya. Dia berjalan menuju pintu masuk resto.
Kita melihat resto ramai, para pelanggan sibuk makan. Beberapa pelayan tengah sibuk dengan aktivitas pekerjaan masing-masing. Ada yang tengah mengelap meja. Ada yang membawa nampan berisi makanan untuk pelanggan. Ada juga yang tengah berdiri mencatat pesanan pelanggan.
Tepat ketika Nana mendorong pintu kaca resto, dia melihat Bimo dan Puji berdiri saling berhadapan. Dari posisi keduanya, mereka seperti tengah membicarakan sesuatu. Nana menyadari kecanggungan yang terjadi.
Puji yang berdiri menghadap ke arah luar resto melihat Nana masuk. Tatapan Puji langsung teralih dari Bimo. Bimo pun berbalik dan melihat Nana berjalan mendekat.
Nana tersenyum tipis.
Nana berhenti di belakang Bimo. Kedua tangan Nana berpegangan pada tali tas di depan dada. Nana menyembunyikan ketakutan dan kecemasannya.
Nana melirik Bimo sesaat, sebelum pergi ke kursi meja kasir tanpa menunggu respons dari orang tuanya.
Pandangan Bimo mengikuti gerakan Nana sampai anak itu duduk dan melepaskan tas selempangnya lalu menaruh tas di meja.
Bimo membuka mulut mau bicara, tetapi Bimo diam lagi.
Puji berbalik menuju kantor kecil di sudut restoran tempatnya beristirahat sekaligus mengecek laporan. Ruang kecil itu sengaja didesain khusus agar Puji tidak perlu membawa laporan keuangan pulang ke rumah. Bimo berjalan mengikuti Puji.
Pandangan Nana mengikuti ke mana perginya sang mama dan papa. Dia mengambil napas dalam, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk menghilangkan kecemasan yang dirasakannya.
DISSOLVE TO: