Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Penyulam Harapan
Suka
Favorit
Bagikan
11. Babak 11 (Scene 56-60)

56. INT - RUMAH KONTRAKAN PUJI - KAMAR PUJI - MALAM (FLASHBACK)

 

Tampak halaman rumah kontrakan puji yang kecil, lalu pintu depan yang tertutup sempurna. Lampu ruang tamu sudah padam, gelap. Puji memutar kunci perlahan-lahan, takut membangunkan Bimo dan anak-anak yang mungkin sudah tertidur.

 

Pintu terbuka, Puji melongok sedikit sebelum berjalan masuk lalu menutup pintu pelan. Dia berjalan hampir mengendap-endap. Sampainya di kamar, Puji mendapati Bimo tengah duduk sambil memainkan ponsel.

 

Di sebelah Bimo ada Vino yang tertidur lelap. Anak itu tampak pulas. Bimo segera meletakkan ponselnya ketika dia melihat Puji. Bimo menurunkan kaki dari tempat tidur, lalu berjalan mendekati Puji yang baru saja meletakkan tasnya di meja belajar.

 

Bimo duduk di ujung ranjang yang lain, tak jauh dari Puji.

 

BIMO
Kamu sekarang sering pulang malam, Puj.
 
PUJI
(Dia melepas jaket dan blazer luarannya, lalu melemparkan ke keranjang baju kotor. Puji lalu duduk di kursi belajarnya)
Iya, Mas. Ada banyak diskusi sama temen terus juga tadi nunggu dosen pembimbing lama sekali. Dia memang nyebelin, susah dicarinya sudah kayak apaan aja.

 

BIMO
Kamu serius, setelah ini mau lanjut S2, Na?
 
PUJI
Serius, Mas. Memang kenapa? Mas enggak setuju aku lanjut S2?
 
BIMO
Bukan, Na. Tapi aku merasa waktu kamu di rumah semakin berkurang.
 
PUJI
(Menatap Bimo)
Oh, aku pikir, Mas keberatan karena takut aku menghabiskan uang hasil dari restoran makan kita. Mas tenang aja, aku akan cari beasiswa juga untuk S2 nanti.

 

BIMO
Bukan itu, Na. Aku takut Vino kehilangan sosok figure ibunya kalau kamu terus sibuk sama kuliah. Apa enggak bisa diatur waktunya, supaya lebih fleksibel.
 

PUJI

Ya, tergantung sih, Mas. Kalau mau lulus cepet ya masuk regular, kalau masuk kuliah weekend itu nanti lulusnya juga agak lebih lama.

 

Puji berdiri, lalu berjalan ke sisi tempat tidur dekat Vino. Puji mencium pipi Vino, tersenyum kecil sebelum berpaling pada Bimo lagi.

 

PUJI (CONT’D)
Memangnya Vino rewel, Mas?
 
BIMO
(Menggeleng)
Enggak, Vino sama sekali enggak rewel. Tapi aku kan bukan Vino, aku cuma takut Vino merasa kurang bahagia. Karena pengasuhan dan waktu kamu berbeda ketika merawat Nana dan Vino sekarang.
 
PUJI
Mas, Mas tahu kan, aku kuliah lagi juga buat kita. Supaya aku bisa dapat pekerjaan yang lebih layak ketika ada sesuatu terjadi yang enggak diinginkan kayak dulu. Mas lupa, kalau aku dan Nana hampir enggak makan kenyang pas Mas putus kontrak kerja dari kantor dulu?
 
BIMO
(Menelan ludah)
Aku ingat dan aku tahu, maksud kamu baik, Puj.

 

PUJI
(Berdiri, mengambil handuk lalu menuju pintu kamar)
Ya bagus, kalau Mas ingat. Seharusnya, Mas itu bangga karena aku masih mampu untuk melanjutkan kuliah. Toh, enggak merepotkan Mas untuk biayanya.
 

Puji meninggalkan Bimo yang duduk termenung di ujung tempat tidur.

 

DISSOLVE TO:

 

57.  INT - GEDUNG KOSONG TEMPAT RESTO YANG BELUM JADI - SIANG (FLASHBACK)

 

Terlihat dinding-dinding polos, lalu ada beberapa tukang yang tengah bekerja. Bimo dan Puji berdiri di tengah ruangan, keduanya mengamat-ngamati sekitar. Beberapa kali mereka menunjuk-nunjuk salah satu sudut, lalu berpaling ke sudut yang lain.

 

Kita melihat beberapa tukang, ada yang tengah mengecat, ada yang tengah memotong besi, ada juga yang tengah mengaduk semen.

 

BIMO
Kamu mau pergi, Puj?
Aku pikir hari ini libur.
 
PUJI
(Mendongak, selesai mengetik sesuatu di ponsel)
Iya, aku ada urusan sama teman, Mas.
Enggak apa-apa, kan, misalnya aku tinggal sendiri.
Nanti kuusahakan cepat pulang.

 

BIMO
Kamu selalu bilang begitu setiap mau pergi, Puj.
 
PUJI
Ya, kalau Mas enggak mengizinkan aku pergi, bilang aja, Mas. Jangan dibuat ribet begitu.
Sebenarnya Mas itu mendukung aku atau enggak, aku bener-bener bingung.
 
BIMO
Aku mendukungmu, Puj.
Tapi bukan berarti kamu jadi lalai sama tugas kamu.
Lagi pula, Mas mau kita mengurusi restoran ini berdua nantinya. Bukan kamu malah mencari pekerjaan lain di luar.

 

PUJI
Mas, aku mau mengurusi restoran kita berdua.
Tapi beasiswa dan kesempatan belajar itu langka.
Aku enggak mau nanti menyesal karena menuruti keinginan Mas yang beranggapan kita ini udah cukup mapan dan mampu.
Lalu berpuas diri dan enggak menggali potensi yang lain.

 

BIMO
Aku enggak mau berdebat.
 
PUJI
Tapi Mas yang mulai membahas aneh-aneh.
(Puji mengulurkan tangan, mau salim tetapi Bimo menyambutnya dengan muka masam)
 

Puji keluar dari gedung tanpa mengatakan apa-apa lagi. Bimo memandang punggung Puji yang semakin menjauh. Bimo muram, mukanya merengut.

BACK TO:

 

58.  INT – RUMAH NANA - KAMAR NANA - PAGI (PRESENT)

 

Kita melihat Puji melongok ke dalam kamar, tapi kamar Nana kosong. Puji bergegas masuk, lalu memeriksa kamar mandi. Dia belum melihat Nana sejak pagi, tapi dia tidak ada di kamar.

 

Puji buru-buru keluar, lalu berlari menuruni tangga.

 

PUJI
Bi, bibi lihat Nana?

 

Bibi tengah mennggoreng sosis, dia berbalik memandangi Puji. Bibi menggeleng. Puji beralih pada Vino yang duduk di meja makan sambil mengunyah.

 

 

PUJI (CONT’D)
Kamu lihat kakakmu, Vin?
 
VINO
Enggak, Mah. Kakak belum turun dari kamar deh kayaknya.
 
PUJI
Tapi kakakmu enggak ada di kamar.
 
VINO
(Memundurkan kursi, lalu menarik tali tas punggungnya)
Mungkin kakak pergi karena capek sama Mamah. Mamah kan enggak pernah mau dengar apa yang kami mau.
 
PUJI
Vino, jaga ucapan kamu. Sejak kapak kamu jadi anak enggak tahu sopan santun begitu?
 
VINO
Sejak Mamah enggak memikirkan kami lagi.
Aku ke sekolah dulu, Mah.

 

Vino berbalik, berjalan menjauh dari Puji dan bibi. Puji menyentuh dahinya sendiri, bingung memikirkan Nana dan Vino.

 

DISSOLVE TO:

 

59.  EXT – RESTORAN PUJI – RUANG KERJA PUJI – SIANG

 

Tampak Puji bergerak-gerak gelisah setelah turun dari mobil. Dia buru-buru mengeluarkan ponsel dari tas selempang. Dia mencoba menelepon Nana, tapi tidak diangkat. Panggilan dibiarkan mati. Lalu, Puji berusaha menghubungi Bimo lagi.  

 

Puji berdecak, lalu berjalan masuk ke restoran.

 

KARYAWAN SATU
Siang, Bu.
 

Puji menanggapi dengan senyum sekilas. Dia masuk ke ruangannya, lalu duduk. Sekali lagi mencoba menelepon.

 

Puji menggerutukkan gigi, geram. Dia berdiri lagi. Puji bersiap pergi, mau mendatangi Bimo langsung. Puji keluar lagi dari ruangannya dengan muka masam. Karyawan yang tadi tengah membersihkan meja, menyapa Puji lagi, tetapi Puji tidak merespons.

 

Puji setengah berlari menuju mobil, segera masuk. Dia menyalakan mesin lalu keluar dari parkiran resto.

 

DISSOLVE TO:

 

60.  INT - RUMAH KONTRAKAN BIMO – RUANG TAMU - SIANG

 

Tampak Nana tengah tertidur pulas di kasur lantai. Bimo menggeleng, tersenyum melihat putrinya. Bimo menyelimuti badan Nana. Bimo meraih remote TV, lalu mematikannya.

 

BIMO
Kamu itu kebiasaan dari kecil, Na.
Suka sekali ketiduran di depan TV.

 

Bimo menunduk, hendak membereskan bungkus camilan yang belum dibuang oleh Nana. Akan tetapi, ada suara telepon dari ponsel Bimo yang khusus untuk urusan restoran. Bimo memungut sampah cepat-cepat, lalu berjalan masuk ke kamar untuk mencari ponselnya.

 

BIMO (CONT’D)
Ya, halo.
 
SUARA KARYAWAN (O.S)
Halo Pak Bimo, ini di restoran ada Ibu nyariin Bapak.
 
BIMO
(Berkerut dahi, menelaah kata ibu)
Ibu Puji?
 
SUARA KARYAWAN (O.S)
Benar, Pak. Ibu Puji.
 

Bimo menarik jaket yang tergantung di belakang pintu. Dia menyambar kunci mobil, sekilas dia melirik Nana yang begitu pulas. Bimo tahu, Puji pasti mencari Nana. Bimo pergi untuk menemui Puji tanpa memberi tahu Nana. Bimo mencium kepala Nana sebelum berjalan menuju pintu keluar.

 

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar