Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Penyulam Harapan
Suka
Favorit
Bagikan
12. Babak 12 (Scene 61-65)

61. INT – RUMAH KONTRAKAN BIMO - RUANG TENGAH KONTRAKAN BIMO - MALAM (FLASHBACK)

 

Kita melihat Nana dan Bimo duduk di sofa yang sama. Mereka sama-sama diam. Nana menunduk, memainkan tepian kausnya. Sementara pandangan Bimo kosong tertuju pada dinding.

 

BIMO
Mama kamu akan marah sama papah, Na.
 
NANA
Nana capek, Pah. Nana sudah berusaha ngomong sama Mamah, tapi Mamah itu egois. Mamah enggak mau maafin Papah, meski itu yang Nana dan Vino mau.
(Matanya mulai basah dan merah)

 

BIMO
(Menoleh pada Nana)
Mungkin mama kamu telanjur marah sama papah, Na.
Papa sudah berusaha bicara sama dia, tapi rasanya sulit.
Papa tahu papa punya salah, sama kamu, sama mamah kamu. Tapi Papah enggak ingin kita sampai pisah.
 
NANA
(Menangis, tangannya sibuk mengusap air mata yang mengalir di pipi)
Nana juga enggak mau Papah pergi.
Nana tahu, Nana enggak berhak ikut campur urusan orang tua.
Tapi, Nana tahu Papah sayang sama mamah. Nana udah lihat sendiri seberapa besar cinta papah untuk mamah, dulu waktu Nana masih kecil.
 
BIMO
(Memalingkan wajah sambil mengusap sudut mata)
Sini, Sayang.

 

Bimo menarik Nana dalam pelukan. Keduanya menangis. Bimo ingin meminta Nana pulang, tetapi dia pun ingin menghabiskan waktu bersama putrinya.

 

BACK TO:

 

62. EXT - RESTORAN BIMO – DEPAN RESTORAN - SIANG (PRESENT)

 

Tampak Puji berdiri di dekat pintu masuk. Dia celingukan, tengah menunggu Bimo yang belum juga datang. Puji mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu dia kembali memperhatikan gerbang masuk ke restoran.

 

Dari arah jalan raya, Bimo mengemudi buru-buru, masuk ke parkiran. Ketika mengambil posisi parkir, dia melihat Puji di kejauhan. Puji menurunkan kacamatanya, tahu Bimo datang.

 

Bimo segera turun dari mobil, menghampiri Puji yang bermuka masam. Bimo buru-buru mendekati Puji sambil berusaha tersenyum.

 

PUJI
 (Bersedekap)
Aku enggak perlu bilang apa tujuanku datang bukan?
 
BIMO
(Menggeleng, lalu menatap pintu masuk di belakang Puji)
Kita bisa bicara di kantor, Puj.

 

Bimo menyilakan Puji untuk masuk ke restoran lebih dulu. Bimo membukakan pintu sambil terus tersenyum. Bimo tidak ingin pembicaraan mereka didengar oleh banyak orang.

 

Di dalam restoran, kita melihat meja-meja pengunjung penuh.

 

Puji menghela napas dalam, percuma membantah Bimo. Tanpa mengatakan apa pun, Puji berbalik, masuk ke restoran lalu menuju ruang kerja Bimo. Restoran yang dikelola oleh Bimo memiliki desain yang mirip dengan restoran Puji, karena keduanya sengaja dibuat serupa agar pemandangan dan suasananya identik satu sama lain.

 

PUJI
(Duduk di sofa lebih dulu sebelum dipersilakan oleh Bimo)
Aku enggak akan ke sini kalau tahu di mana kamu tinggal sekarang.

 

Bimo tersenyum, menyadari Puji masih pasif-agresif seperti biasanya. Bimo duduk di sofa tak jauh dari Puji.

 

BIMO
Nana hanya ingin menginap sebentar, percayalah. Aku akan menyuruhnya pulang.
 
PUJI
(Berdecih, memalingkan muka ke arah lain)
Aku enggak punya alasan untuk percaya sama kamu.

 

BIMO
Dan aku enggak memintamu percaya padaku, Puj.
Kenapa enggak kamu tanyakan sendiri pada Nana? Meski aku yakin jawabannya pun sama denganku.
 
PUJI
Ya, karena kamu sudah meracuni otaknya supaya dia membantahku.
Aku enggak tahu apa yang kamu janjikan padanya.
Tapi aku bisa pastikan, Nana akan lebih baik hanya denganku.
Aku bisa menghidupinya, dan aku bisa memenuhi semua kebutuhannya.
Aku bisa menjaga anak-anakku sendiri.
 
BIMO
Aku yang enggak bisa tanpa kalian, Puj.
Kapan kamu akan mengerti itu?
Aku yang enggak bisa meninggalkan kamu dan anak-anak.

 

Puji terdiam membeku, dia tidak menyangka akan mendengar sebuah pengakuan keluar dari bibir Bimo.

 

DISSOLVE TO:

 

63.  INT – RUMAH PUJI - KAMAR TIDUR NANA - MALAM

 

Kita melihat tempat tidur bernuansa biru muda tertata rapi. Juga meja belajar yang tak tersentuh sama sekali. Di dinding atas dekat lemari terdapat foto keluarga yang diambil ketika mereka dulu tengah berlibur ke pantai.

 

Puji mengusap air mata, menyadari dia kehilangan sesuatu. Dia berdiri sambil terus menatap foto itu, lalu menunduk dan menoleh ke arah tempat tidur kosong yang kosong.

 

DISSOLVE TO:

 

64.  INT – RUMAH PUJI - RUANG MAKAN – PAGI

 

Kita melihat Puji dan Vino tengah makan pagi. Puji hendak menuang ulang susu ke gelas Vino yang setengah kosong. Vino menggeleng, lalu dia menggigit roti isi miliknya. Setelah satu gigitan itu dikunyah dan ditelan, Vino meraih gelasnya. Vino menenggak susu hinga tandas, lalu mengambil tisu untuk membersihkan bibir.

 

PUJI
Vin, tunggu sebentar.
Mama mau bicara sama kamu.
 
VINO
(Tidak jadi berdiri dari duduk)
Vino harus ke sekolah, Mah.

 

Puji menegakkan punggung, meletakkan garpu dan pisaunya di piring. Dia menatap tajam pada Vino.

 

PUJI
Kamu mau ikut-ikutan kakakmu, mendiamkan mama?
Begitu?

 

VINO
Vino enggak ngediemin Mamah.
Kak Nana juga enggak pernah ngediemin Mamah.
 
PUJI
Lalu?
Apa artinya sikap kamu yang begini?

 

VINO
Begini gimana maksud, Mamah?
Vino enggak ngerti.
 
PUJI
Kamu enggak pernah menyapa Mamah.
Sehari-hari kamu cuma terus diem di kamar setelah pulang sekolah, baru keluar kamar besok paginya pas mau berangkat ke sekolah.
 
VINO
Mah, emangnya, Mamah mau denger apa yang Vino omongin?
Vino enggak mau ngelawan Mamah, tapi Vino bener-bener kecewa sama Mamah.
Mamah ngebiarin Papah pergi, lalu sekarang Kak Nana yang milih tinggal sama Papah.
Mah, rumah ini tuh udah kosong, enggak hidup lagi.
(Vino menenteng tas punggungnya, lalu menarik tangan Puji)
Vino pergi dulu, Mah.

 

Puji menyandarkan punggung ke kursi. Dia mendongak, memandang langit-langit dengan tatapan kosong.

 

DISSOLVE TO:

 

 

65.  EXT - RESTORAN PUJI – HALAMAN DEPAN RESTORAN - SIANG

 

Tampak Nana turun dari mobil, disusul Bimo pun turun. Bimo tersenyum, lalu mengangguk. Dia menggandeng tangan Nana, lalu mengajak berjalan masuk ke restoran.

 

Keduanya saling menggenggam tangan erat. Nana menangis tanpa disadari.

 

Bimo mendorong pintu masuk. Nana masih setia di sisi papanya. Tatapan Bimo langsung bertemu dengan Puji.

 

Puji berdiri dari meja kasir. Dia tersenyum, tak menyangka melihat Nana dan Bimo berdiri di depannya.

 

DISSOLVE TO:

 


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar